Valerie duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tidak percaya jika hari ini ia akan menikah.
Setelah Amora melontarkan ancamannya kemarin, pada akhirnya Sean setuju untuk menikah. Hanya pernikahan siri dan hanya disaksikan beberapa orang. Hanya Amora dan dua orang lainnya, sekretaris pribadi Sean dan asisten Amora.Valerie menghela napas, menunduk menatap tubuhnya. Dia bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin seperti impiannya semasa kecil, hanya kemeja kerja yang sudah terlihat lusuh.“Kau sudah siap?”Suara itu mengejutkan Valerie dari lamunannya, dan dengan cepat mengangkat kepala dan menemukan Amora di sana.“Aku sudah siap, Nyonya,” balasnya.“Ingat, ini hanya pernikahan di atas kertas. Jangan pernah jatuh cinta pada suamiku, setelah kau berhasil melahirkan anakku kau harus siap untuk diceraikan.”Peringatan dari Amora dibalas anggukan oleh Valerie. Memangnya apa yang diharapkan dari semua ini, Valerie sudah menerima takdirnya dijadikan ibu pengganti. Operasi ibunya berjalan lancar sudah cukup baginya, dia tidak akan memikirkan apa-apa lagi.“Iya, Nyonya. Jatuh cinta pada Tuan Sean adalah hal yang tidak akan pernah aku lakukan,” jawabnya dengan penuh keyakinan.“Okay, sekarang kita harus keluar dan menyelesaikan ini dengan cepat. Ikut denganku!”***Langit malam tak seindah biasanya, meskipun bintang bersinar terang sama sekali tak memberikan perbedaan bagi Valerie.Yang berbeda hanyalah statusnya, kini dia sudah menjadi istri siri dari Sean Emilio Kyler.Valerie mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ini adalah apartemen mewah yang diberikan Amora untuknya ditinggali selama menjadi istri Sean, atau lebih tepatnya untuk tidur bersama Sean dan melakukan kewajibannya untuk hamil anak mereka.Suara pintu terbuka dengan keras dari luar mengejutkan Valerie, seketika ia berbalik dan menemukan Sean tengah berdiri di depan pintu. Pria itu sangat berbeda, kemeja yang sebelumnya rapi kini terlihat acak-acakan, lengannya di gulung sampai siku dan wajahnya terlihat berbeda.Satu tangan pria itu tengah memegang botol minuman keras. Ah, ternyata pria itu tengah mabuk.“Ah istriku ....” Dengan langkah sempoyongan Sean mendekati Valerie yang tengah duduk di pinggiran ranjang. “Apa kau sudah lama menunggu untuk disentuh, wanita murahan?”Mendengar hal tersebut, Valerie tentu saja ketakutan. Dalam sadar saja Sean sangat menakutkan, terlebih lagi jika tengah dikuasai minuman keras.Namun mengingat perjanjian yang sudah di tandatangani, ia harus menyerahkan tubuhnya malam ini dan segera mengandung anak pria itu.Dengan tangan bergetar Valerie perlahan membuka kancing piyama miliknya. Hingga kancing ketiga, tangannya tertahan di sana mendengar suara dingin dari Sean.“Apa yang kau lakukan, huh?” Nada dingin itu segera menghentikan pergerakan Valerie. “Bahkan sudah menyandang gelar istri pun kau masih berlagak bak wanita murahan. Apa begini caramu menjual diri pada pria-pria lain demi uang?”“Apa tubuh murahanmu itu sudah merindukan sentuhan pria?” cibir Sean sekali lagi, sarat akan penghinaan.Napas Valerie tertahan, menelan kelu di bibirnya. Sekuat tenaga menguatkan hati atas hinaan-hinaan tersebut. “Aku hanya ingin menjalankan tugas sesuai perjanjian, Tuan!”“Tetapi aku sama sekali tidak bernafsu pada tubuhmu itu, jalang. Walaupun kita menikah statusmu tetap perempuan murahan yang menjual diri demi uang. Jadi jangan berharap saya akan memberimu malam pertama yang indah. Sampai kapan pun aku tidak akan meniduri wanita jelek dan tak tahu malu sepertimu.”Sean mendekat ke arah Valerie, menyentuh wajah yang bersimbah air mata itu dengan gerakan kasar. “Aku tidak akan menyentuhmu dan kau harus merahasiakan ini pada istriku. Karena setiap aku melihatmu, hanya perasaan jijik yang aku rasakan.”Lalu Sean berjalan ke sudut kamar di mana terdapat vas bunga besar yang terpajang di sana. “Tetapi tentu saja malam pertama ini harus dirayakan. Aku akan memberimu malam pertama yang tidak akan terlupakan, Valerie.”Valerie menegang mendengar namanya keluar dari bibir Sean untuk pertama kalinya, tetapi tindakan selanjutnya membuatnya menjerit takut.Prang~~Vas bunga itu jatuh berkeping-keping dan meninggalkan suara yang cukup memekakkan telinga. Seakan belum cukup, Sean berpindah menghancurkan apa pun yang bisa di jangkaunya. Mulai dari cermin hias, tv, bahkan pigura yang terpasang di dinding.Sean benar-benar membuat kamar itu hancur bak kapal pecah.“Stop, berhenti, Tuan Sean!”Tangis Valerie pecah, ia merasakan ketakutan luar biasa. Barang-barang yang beterbangan karena di lempar secara acak oleh Sean membuatnya takut, sehingga dia berusaha bersembunyi di sudut dinding untuk mencari perlindungan.Seakan tuli dengan teriakan ketakutan itu, dengan beringas Sean menghantam pajangan dinding yang terbuat dari kaca. Menjatuhkan semua yang ada di sana, bahkan menarik gorden hingga tak terbentuk. Dan yang terakhir, dia meraih botol minuman kerasnya dan melemparnya ke arah Valerie yang sudah meringkuk ketakutan.Botol itu jatuh ke dinding tepat di samping Valerie, sebelum menghantam lantai menimbulkan pecahan beling yang berhamburan. Tak ayal beberapa pecahan jatuh tepat mengenai kaki Valerie.“Arghh ....”Kamar itu sudah tidak berbentuk lagi, dan saat itulah Sean berhenti. Seakan dia memang sengaja menunjukkan sifat iblisnya di depan istri keduanya itu.‘Hadiah malam pertama katanya.’Sedangkan Valerie hanya bisa menangis terisak. Perih di kakinya bahkan tidak dihiraukan lagi, karena sakit di hatinya diperlakukan sekejam ini lebih dominan.Dia takut. Sangat-sangat takut.Setelah selesai melampiaskan amarahnya, Sean melenggang keluar kamar dengan penuh kepuasan. Tetapi sebelum itu, dia melirik ke arah Valerie yang meringkuk.“Aku akan membuat pernikahan ini seperti di neraka. Aku bersumpah akan membuatmu menyesalinya, sampai kau sendiri yang berpikir untuk tidak akan mengandung anakku!”“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora