“Kamu ingin Keith agar menceraikanmu?” Kayla bertanya setelah sekian lama terdiam.Di sisi lain, Naina bertukar pandang dengan Keith, tidak ada yang tahu apa yang diam-diam terbesit dalam benak mereka. Satu hal yang pasti, raut wajah Keith sama sekali tidak terlihat baik. Pria itu mengencangkan rahangnya hingga urat-urat di dahinya tampak berdenyut-denyut menyeramkan.“Kamu ingin bercerai dan tidak ingin memberikan calon pewaris untuk suamiku?”Kayla sekali lagi bertanya.Sahara mengangguk, meskipun wanita itu bertanya padanya dengan sorot mata normal dan nada yang wajar, tapi Sahara merasa ada sesuatu yang tidak benar tentang semua itu.Seperti burung pipit yang terkena hujan, Sahara berdiri di sana di bawah tatapan dua pasang mata yang mendominasi dengan penampilan buruk dan terlihat sangat menyedihkan.“Aku tidak tahu alasan apa yang kamu miliki hingga mengizinkan Keith menikah denganku.” Sahara berjuang menahan nada suaranya agar tetap stabil tanpa gemetaran. “Karena kalian berdu
Sahara sudah kehabisan akal dalam mencari cara untuk melarikan diri dari Keith. Dia sudah memberanikan diri untuk berbicara langsung dengan Kayla, tidak berharap reaksi wanita itu begitu tenang, bahkan dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak diizinkan berpisah dengan Keith sebelum Sahara melahirkan seorang calon pewaris untuk mereka.“Tolong aku, kak Farhan. Aku tidak bisa lagi tinggal di sisi Keith. Pria itu sangat jahat,” Sahara menangis saat berbicara dengan kakaknya. Dia duduk sambil memeluk lutut di atas karpet, bersandar pada sisi kayu kerangka ranjang.“Bukannya kakak tidak mau menolong, Sahara-” Suara Farhan terdengar serba salah di seberang sambungan saat dia dengan hati-hati membalas perkataan adiknya. “Kamu tahu sendiri bagaimana hubungan ayah denganku. Ayah pasti akan melakukan sesuatu jika tahu aku ikut campur dalam masalahmu ini.”“Lalu, apakah aku harus bertahan di rumah ini? Apakah kakak tahu seberapa tidak masuk akalnya Keith? Kak, dia laki-laki bajingan! Dia menyalah
Sahara sudah berencana bahwa dia tidak akan pernah keluar dari kamar selama Keith dan istrinya masih ada di rumah itu.Dia tidak sudi melihat keduanya memadu kasih di segala tempat, bukannya cemburu, Sahara hanya merasa malu atas kehadirannya yang tidak pada tempatnya.“Tuan Keith dan nyonya Kayla sudah pergi, apakah Nyonya masih tidak mau keluar?” Suara Naina terdengar setelah dua kali ketukan.Sahara melihat waktu, di luar masih cerah. Pemberitahuan dari gadis itu membuat Sahara mau tidak mau bangkit dari tempat duduknya dan berjalan membuka pintu. Dilihatnya Naina membawa segelas air putih di tangannya, juga beberapa kue kecil di atas nampan.Sahara mengerjap, terbesit pertanyaan dalam hatinya tentang sikap Naina. Entah gadis itu tak tahu malu atau hanya masa bodoh terhadap apa yang pernah diungkapannya.“Kamu tidak perlu datang jika aku tidak memanggil, apakah kamu lupa atas apa yang sudah kukatakan tempo hari?” tanya Sahara, dia menatap dengan tidak nyaman ke arah Naina yang ters
Keith menyugar rambutnya dengan satu tangan, sementara satu tangannya yang lain mengendalikan setir mobil saat Land Rover hitam itu melaju di tengah-tengah pusat kota.Perkataan Kayla masih terngiang-ngiang dalam benaknya. Keith tidak mengerti mengapa Kayla tampak begitu tenang dalam semua tindak-tanduknya. Meminta agar mereka berpisah untuk sementara, bukankah sama saja dengan Kayla yang mengharap hubungan pernikahan mereka sebagai permainan belaka?Ketika mobil yang dia bawa hendak berbelok di persimpangan yang berlawanan arah dengan rumahnya, Keith merasakan getar dari ponselnya.Melambatkan laju mobil, Keith menyambungkan ponselnya dengan earphone dan segara setelah panggilan terhubung terdengarlah suara Naina.Raut wajah Keith berubah, rahangnya mengeras saat dia menginjak pedal rem. Tidak lama, mobil itu berbelok dan sekali lagi melaju dengan kencang menembus kepadatan lalu lintas di sore akhir pekan itu.“Untunglah dia segera dibawa ke rumah sakit, jika tidak kondisinya tidak
“Kamu tidak mengatakan sepatah kata pun padaku tentang apa yang dikatakan Sahara padamu,” ucap Keith, tatapannya tajam menusuk ke arah Naina yang berdiri membeku.“Sudah kukatakan, bahwa apa pun yang terjadi tugasmu hanya fokus pada Sahara dan laporkan segala sesuatu tentangnya padaku,” lanjut Keith, dia menatap Naina dengan sorot penuh perhitungan sebelum mendengus kasar.Pun begitu, dia tidak mengatakan lebih banyak untuk memarahi gadis pelayan itu. Sebaliknya, dia meminta agar Naina lebih berhati-hati lain kali. Kertas laporan di tangannya diletakkan asal ke atas meja di dekat ranjang. Ruangan vip itu hening sejenak sampai Eve meminta diri untuk keluar lebih dulu.Keith baru saja mendudukkan dirinya di atas sofa, dia membiarkan Naina tetap duduk dan berjaga-jaga di sisi ranjang Sahara.“Tuan, saya …” Keith mengunci layar ponselnya dan sedikit mendongak, mengerling dengan pandangan bertanya ke arah Naina.Melihat gadis itu masih diam dan tampak serba salah, Keith hampir kehabisan
“Aku benar-benar tidak terkejut saat mengetahui jika kamu akhirnya berakhir di tempat ini.”Raina mencibir dengan sudut bibir terangkat. Kedua alisnya naik saat menatap wanita yang duduk di atas ranjang rumah sakit dengan sorot ketidakpedulian.Sementara Sahara terduduk kaku dengan raut wajah yang menegang.“Sahara, tampaknya aku terlalu meremehkanmu saat berpikir kamu dapat setuju dan dengan patuh akan memberiku cucu tanpa menciptakan masalah yang tidak perlu,” lanjut Raina dengan mata menyipit tidak suka ke arah Sahara.“Dan kamu pasti juga meremehkanku, tidak tahu bahwa aku dapat melakukan sesuatu yang membuatmu tetap tunduk dan rela melakukan segala yang kuperintahkan.” Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Raina berbalik dan pergi ke arah sofa, mendudukkan dirinya di sana. Meskipun ruangan tempat Sahara dirawat merupakan ruang khusus VIP, tapi Raina masih mengerutkan hidungnya dengan jijik. Bagaimanapun bersihnya, bau disinfektan tetap tidak bisa dipisahkan dengan te
“Halo, Sahara, bukan?” Pria itu menjulurkan tangannya, tersenyum dengan kecerobohan yang jelas terdengar dalam nada suaranya. Dia bahkan terkekeh ringan usai menyebut nama Sahara dengan pelafalan yang tepat.“Aku Nathan, kakak laki-laki Keith,” lanjutnya.Sahara sejenak tertegun, tidak tahu bagaimana harus menanggapi. Satu hal yang pasti, dia mengabaikan uluran tangan Nathan dan tetap berdiri di sana tanpa bergerak.Tidak terlihat kecanggungan saat Nathan menarik kembali tangannya dan kini dimasukkan ke dalam saku.“Aku mengerti,” ucap Nathan di antara suasana yang tidak pasti. Matanya melirik ke arah Naina sekilas, tapi segera berpusat kembali pada Sahara.“Maaf, kamu tidak ingin bersentuhan denganku pasti karena khawatir membuat Keith marah,” sambung Nathan masih dengan tawa kecil di ujung kalimatnya. “Aku tahu dia ada
Sahara ingat jaraknya dengan sofa yang terletak di tengah ruang tamu tidak sedekat ini sebelumnya. Namun, dia terus melangkah mundur saat Keith berusaha mendekatinya.Wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit tersebut tampak semakin pucat saat jarak keduanya semakin dekat.Sahara terkepung dalam situasi yang mencekam, merasa denyut panik memenuhi setiap serat tubuhnya ketika berhadapan dengan niat Keith yang semakin jelas.Raut wajahnya tegang saat dia mengangkat tangan dan menahan tubuh besar Keith yang terus mengimpitnya demi pertahanan diri.“Jangan dekati aku, Keith!” teriak Sahara dengan suara yang gemetar. Dia ketakutan setengah mati.Naina selalu menghilang di saat-saat seperti ini, entah gadis itu sengaja bersembunyi. Tuhan tahu betapa kalutnya jantung Sahara kini berdetak dengan keringat yang mengalir di dahinya.Namun, se