Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 38 - (Obat Luka)

Share

Bab 38 - (Obat Luka)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-06-10 18:07:08

"Maksud kamu apa?" Tanya Reno meminta penjelasan.

Laura menyunggingkan senyum tipis. "Aku sadar, aku bukan siapa-siapa, aku hanya sebuah wayang yang sedang dimainkan dalangnya. Kamu putuskan sesuatu hal dan aku tinggal memainkan perannya saja. Sesimple itu bukan?" Ujar Laura dengan nada sarkas.

Reno mengacak rambutnya kasar. Wayang? Dalang? Sungguh, analogi yang tak bisa dipecahkan! Reno sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan yang Laura sampaikan.

"Laura, bisakah kamu menjelaskan dengan bahasa yang sederhana?" Ujar Reno frustasi.

Laura kembali tersenyum. "Gunakan logikamu, untuk apa kamu mengajak aku diskusi sekarang? Bukankah keputusanmu untuk pindah ke villa juga tak mengajakku diskusi? Kamu tinggal bicarakan apa maumu dan nanti akan aku turuti. Jangan dibuat ribet." Ujar Laura dengan ekspresi tak acuh. Ia lalu mengangkat kakinya yang masih terendam air dan beranjak naik.

Reno tertegun dengan perkataan Laura. Ia segera menahan Laura yang hendak kembali ke dala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 72 - ( Bertemu Menantu )

    Meski rasanya Rina belum puas dengan semua cerita Laura, ia memilih menghentikannya sementara. Sebagai ibu yang sangat menyayangi putri semata wayangnya, Rina ingin sekali memberikan wejangan-wejangan yang setidaknya bisa membuat hidup Laura merasa jauh lebih baik. Namun hari semakin larut, dan Laura sudah terlihat sangat lelah. Rina tak mau memaksa, ia menyayangi Laura termasuk calon cucunya juga. Sehingga ia meminta Laura untuk segera beristirahat setelah makan malam bersama. Gemuruh angin dan petir yang bersambaran membuat gaduh isi rumah yang awalnya hanya diwarnai keheningan. Hujan mengguyur begitu derasnya, membuat Rina berjalan mondar-mandir di balik pintu utama rumah kecilnya. Rina mengkhawatirkan Johan yang ia hubungi beberapa menit yang lalu, namun tak kunjung juga datang. Setelah menemani Laura tidur dengan nyenyak di kamar, Rina beralih ke ruangan depan agar tak mengganggu Laura. Saat hujan masih turun dengan derasnya, sinar lampu mobil menembus jendela membuat

  • Rahim Sewaan   Bab 71 - ( Kecewa dan Khawatir )

    Walau dengan bahasa yang halus sekalipun, sebagai seorang pria dewasa, Devan tahu betul bahwa Laura ingin ia segera pulang. Devan menatap Jefri yang duduk di sampingnya, dan Jefri membalasnya dengan anggukkan tipis. Walau merasa sedikit kecewa, namun Devan memahami, Laura butuh waktu sendiri untuk bisa mencari ketenangan setelah melewati hari yang sulit. "Baiklah, sayang. Aku paham, kamu beristirahatlah. Aku akan pulang sebentar lagi. Tapi aku minta, kabari aku secepatnya. " Ujar Devan yang mendekat lalu mengusap pucuk kepala Laura. Tunggu, sayang? Devan masih memanggil Laura dengan sebutan sayang? Jadi mereka masih berhubungan? Batin Rina merasakan geram. Ia tak pernah mengajari anaknya untuk berbohong, apalagi berkhianat, namun mengapa Laura tak sampai hati untuk berlaku jujur. Rina menggelengkan kepalanya perlahan. Laura bisa merasakan kemarahan ibunya yang terpendam. Saat menerima perlakuan manis Devan, sejenak ia memejamkan matanya dengan perasaan bersalah semakin m

  • Rahim Sewaan   Bab 70 - ( Benang kusut )

    "Dev, ini sudah sore. Aku harus pulang." Ujar Laura dengan perlahan. "Baiklah, aku antar kamu pulang. " Ujar Devan tanpa ragu. Laura menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Dev, aku bisa naik taksi sendiri. Aku nggak enak jika terus merepotkanmu hari ini." Bagaimana mungkin ia membiarkan Devan mengantarnya pulang. Jangan sampai ia mengetahui kalau sekarang ia tinggal di Villa milik Reno. Ia tak akan membiarkan Devan mengetahui hal itu. "Ya ampun, Laura sayang. Sejak kapan aku merasa kamu repotkan? Justru aku akan selalu senang jika kamu mau melibatkan aku untuk semua hal dalam hidupmu. " Sahut Devan meyakinkan. "Benar kata Devan, kamu barusaja mengalami kejadian yang tak mengenakkan. Mana bisa kami membiarkanmu pulang sendirian? Bukan soal repot atau tidak, tapi keselamatanmu sekarang adalah yang utama. " Ujar Jefri ikut menimpali. Sejenak Laura menatap kedua pria dihadapannya. Jika Devan hendak mengantarnya pulang, pasti tujuan yang dimaksud Devan adalah rumah orang t

  • Rahim Sewaan   Bab 69 - ( Kesederhanaan Laura )

    "Oh itu, mobil taksi." Ujar Laura setelah menemukan alasan dengan cepat. "Ya, taksi online. Soalnya tadi aku sedang berada dalam mobil saat kedua orang itu tiba-tiba membawaku ke gedung tua itu. " Laura kembali meyakinkan. Ia memasang wajah yang percaya diri, walau dalam hati ia menggerutu dan tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Mengapa hari ini dirinya sangat pandai berbohong? Tapi bagaimana lagi, kejujuran untuk seorang Devan adalah tantangan yang sangat berat untuk ia lakukan kali ini. "Oh iya? Oke baiklah, ini handphonenya. " Devan menganggukkan kepalanya sambil menyodorkan benda pipih yang Laura minta. Laura menerimanya dengan perlahan. Ia menatap Devan dengan perasaan bersalah, ia terus meminta maaf dalam hati atas semua hal yang masih ia tutup rapi saat ini. Laura segera mengetikkan nomor ponsel yang akan ia hubungi. Untung saja nomor sang Ayah sudah berada di luar kepalanya, sehingga tak menyulitkannya saat ini. Tak butuh waktu lama, dua kali deringan saa

  • Rahim Sewaan   Bab 68 - ( Perhatian yang Dirindukan )

    Devan semakin dibuat khawatir saat melihat wajah Laura semakin pucat. Ia menyenggol lengan Jefri agar berhenti mencecar Laura dengan berbagai pertanyaan. Ia khawatir rasa trauma masih Laura rasakan, sehingga membuatnya tak bisa menceritakannya sekarang. Devan segera beranjak dari tempat duduknya, lalu beralih duduk di samping Laura. "Laura, sayang, nggak apa, kamu nggak harus menceritakannya sekarang. Kami akan menunggu sampai kamu siap menceritakan. Yang terpenting sekarang kamu aman dan selamat. " Ujar Devan, lalu menarik lembut tubuh Laura, mendekapnya dengan hangat, lalu mengusap pelan rambut Laura. Perhatian kecil yang selalu Laura rindukan, kini ia dapatkan kembali. Devan tak berubah, selalu mengerti dan memahami apa yang Laura rasakan. Laura menghembuskan napas lega, saat akhirnya sikap Devan membuatnya terselamatkan dalam suatu keadaan. Ia membiarkan kepalanya terbenam dalam dekapan dada bidang Devan untuk beberapa saat, hingga ketenangan menjalar kembali. Jefri ha

  • Rahim Sewaan   Bab 67 - ( Mimpi atau Nyata )

    "Devan, apa ini benar kamu?" Tanya laura memastikan sekali lagi. Ia menatap Devan tak percaya. Jika ini mimpi, mengapa terasa begitu indah untuknya hari ini. Ingin rasanya mencubit dirinya sendiri, untuk memastikan bahwa ini memang bukan mimpi. Namun ikatan tangannya membuat Laura tidak bisa melakukan itu. Devan berjalan semakin mendekat dengan perlahan. Apa yang dirasa Laura sama halnya dengan dirinya. Antara percaya dan tak percaya dengan kenyataan di depan matanya ini. Devan berhenti saat jaraknya dengan Laura hanya tinggal beberapa sentimeter saja. Ia membungkukkan badannya, menangkup wajah Laura dengan lembut, memastikan bahwa ini memang benar-benar nyata. Laura menangis haru, buliran bening keluar dari sudut matanya, namun bibirnya melengkungkan senyuman yang sudah lama Devan rindukan. Jefri hanya menyaksikan pertemuan dramatis tersebut tepat di belakang Devan. Menimbulkan seribu pertanyaan yang tak mungkin ia lontarkan saat ini juga. Melihat keharmonisan dua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status