Share

Anak Haram

Penulis: Queenau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-01 10:12:23

Ashyana memalingkan wajahnya terlebih dahulu karena tidak kuat melihat wajah tampan Kenan. Bisa - bisa ia pingsan sungguhan jika terus menatapnya. Pipinya saja sampai terasa panas karena kini tersipu.

“Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya tuan?” Tanya Ashyana dengan suara pelan bahkan nyaris tidak jelas terdengar. Untung Kenan memiliki pendengaran yang tajam.

“Apa kamu tau saya?” Tanya Kenan dengan gamang.

“Emm anak Madam Soraya mungkin.” Ucap Ashyana dengan ragu. Ia ragu sebab baru saja membuat masalah di rumah ini, ia takut dihukum. Lebih menyeramkannya lagi sekarang ia hanya ditinggal berdua dengan laki - laki di kamar ini. Kalau sampai Ashyana membuat marah dan dia diapa - apakan disini, pasti tidak akan ada yang tau. Itulah yang membuat nyalinya kini menciut.

Sementara Kenan, laki - laki itu mengerutkan dahinya. Ia seperti menelisik wajah gadis di depannya dan menghembuskan nafas dengan kasar.

“Lalu apa alasanmu menerima tawaran ibu saya?” Tanya Kenan masih dengan tatapan menelisik. Benar - benar membuat Ashyana tidak nyaman saja.

“Saya tidak pernah ditawari,” ucap Ashyana yang membuat Kenan bingung.

“Maksudnya?”

“Saya dijual ibu saya katanya, saya saja nggak tau apa yang terjadi sebelumnya dan tiba - tiba sudah berada disini.” ucap Ashyana dengan suara pelan.

Kenan jadi berpikir bahwa ibu itu ternyata menyeramkan. Ibunya saja suka memaksa - maksa dirinya dan kini ibu gadis di depannya ini malah menjual anaknya sendiri. Kenan sampai menggeleng tidak percaya.

"Lalu kamu tau apa yang akan dilakukan ibu saya padamu?" tanya Kenan dengan alis sebelah terangkat.

"Emm, kata Madam Soraya saya harus mengandung cucunya."

"Gadis yang malang."

Mata Ashyana langsung mendelik mendengar ucapan bernada datar itu.

"Ya memang malang, makanya tuan jika tidak ingin membantu saya pergi dari sini, keluar sajalah dari kamar ini." usir Ashyana karena kesal dengam ucapan Kenan tadi. Meski benar, Ashyana tidak ingin mengakuinya sama sekali. Ia masih ingin berusaha untuk kabur meski terlihat cukup sulit baginya.

"Memangnya kamu fikir mudah keluar dari sini? Mungkin kamu bisa mengelabui penjaga tapi tidak dengan anjing-anjing ibuku."

Kenan menyeringai saat gadis di depannya itu kini berwajah lesu.

"Lalu maksud tuan menemui saya disini untuk apa? tidak mungkin hanya untuk menyampaikan perihal anjing." ucap Ashyana yang menekankan kata anjing.

"Oh cukup pandai kamu, karena kamu yang akan mengandung anak saya maka saya perlu tau kan calon ibu dari anak- anak saya?"

"A-pa? jadi tuan yang akan menghamili saya?" Ashyana sampai tergagap mendengar ucapan Kenan itu. Jika di keadaan normal dan dia tidak dijual, mungkin Ashyana rela- rela saja menikah dan mengandung anak pria itu. "E-eh menikah-" Ashyana menatap Kenan dengan wajah super bingungnya.

"Kita tidak akan menikah." ucap Kenan begitu melihat wajah kebingungan Ashyana.

"Berarti anak haram?!"

"HEH!?"

Kedua manusia berbeda kelamin itu saling menatap dengan wajah aneh masing - masing. Ashyana yang syok karena informasi dari Kenan dan Kenan yang tidak menyangka dengan ucapan spontan Ashyana. Raut terkejut tidak bisa disembunyikan dari keduanya.

"Sh*t," umpat Kenan dengan suara pelan. Saat dirinya sudah mampu mengontrol diri, ia langsung keluar dari kamar itu tanpa berkata - kata lagi.

****

Setelah insiden pingsannya yang cukup menggelikan menurutnya, Ashyana digiring seorang maid ke ruang makan besar di rumah itu. Disana Madam Soraya dan Kenan sudah duduk dengan ekspresi yang sama persisi, datar dan dingin sampai rasanya Ashyana menggigil melihatnya saja.

"Cukup sekali ini main- mainnya Ashyana jika tidak ingin saya kurung dikamar." ancam Madam Soraya dengan nada suara menyeramkan.

"Baik Madam."

Ekhem

Suara deheman Kenan membuat atensi kedua wanita di meja makan itu teralih kepadanya. "Kita makan terlebih dahulu, setelah ini ada yang ingin Kenan samaikan." ucap Kenan langsung mengambil makanan yang sudah tersaji di meja makan itu.

Sementara Kenan dan Madan Soraya mengambil makanan, Ashyana merasa sungkan. Gadis itu lapar, tapi ragu untuk mengambil makanannya. Madam Soraya yang melihat gelagatnya pun segera mengambil piring Ashyana dan mengisinya dengan nasi.

"Mau apa?"

Ashyana sempat kaget dengan pergerakan Madam Soraya, tapi dengan malu- malu Ashyana menunujuk lauk dan sayur yang ia mau.

"Anggaplah ini penyambutan untuk dirimu, setelah ini makanmu akan diatur oleh ahli gizi."

Baru saja diperlakukan baik dan ingin berprasangka baik juga, tapi harus urung mendengar ucapan Madam Soraya setelahnya. Daripada pusing, Ashyana mulai menyantap makananya yang terasa nikmat di lidahnya.

Terlarut dengan acara makannya, Ashyana sampai tidak memperhatikan sekitar dimana dua orang lainnya di meja makan itu sudah selesai dan tengah menunggunya. Karena yang ditunggu tidak peka, Ibu dan anak lelakinya memilih mengobrol tentang bisnis keluarga mereka. Pembicaraan itu baru berhenti tatkala Ashyana tanpa sadar menaruh gelas bekas pakainya di meja terlalu keras.

"Ehh, ma-af." cicit Ashyana. Dirinya sudah mirip tikus di depan kucing yang ingin memakannya, menciut sekali nyalinya.

"Karena Ashyana sudah selesai langsung saja, Kenan mau menikah dengan Ashyana Mom."

Uhuk

Ashyana tersedak ludahnya sendiri sedangkan Madam Soraya menatap aneh putranya itu.

"Kamu sadar berbicara seperti itu? setelag puluhan gadis kamu tolak begitu saja? Apa yang kamu rencanakan?!" cecar ibunya. Bagaimana mungkin Madam Soraya tidak kaget, dihadapkan dengan puluhan gadis yang ia jodohkan saja Kenan menolak mentah - mentah, kini malah dengan gadis yang ia dapat karena dijual ibunya itu Kenan ingin menikahinya. Kepalanya langsung berdenyut memikirkan rencananya untuk mendapatkan cucu akan digagalkan lagi oleh putranya.

"Mom, aku tidak merencanakan apapun, percayalah aku hanya lelah saja melawan rencana - rencanamu itu." ucap Kenan itu masih memunculkan wajah curiga dari ibunya. "Lagipula Mom mau punya cucu yang terlahir diluar nikah?" ucap Kenan dengan wajah dibuat semeyakinkan mungkin.

"Tidak masalah daripada keluarga ini tidak ada penerusnya." jawab Madam Soraya tanpa beban.

"Mom, aku yang tidak mau. Aku tidak ingin anakku dipanggil anak haram." ucapan Kenan membuat Ashyana serasa tertohok karena topik anak haram itu ia yang membawanya. Sementara Madam Soraya tampak memikirkan ucapan putranya itu.

"Hmm baiklah, kamu bolah menikahinya tapi dengan syarat tertulis yang harus kamu tanda tangani." ucap Madam Soraya dengan wajah sumringah, berbanding terbalik dengan Ashyana yang kini tampak lesu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahim Tawanan   Malam itu🔞

    Bunyi kulit saling beradu terdengar dangat nyaring di sebuah kamar hotel. Dua anak adam berbeda jenis kelamin itu begitu terbuai satu sama lain. Kegiatan itu tidak hanya sekali dua kali tapi terjadi berulang kali hingga si gadis mengeluh. "Ashya capekh." Keluhan itu hanya dianggap angin lalu oleh pria yang kini tengah mengungkung Ashyana itu. Seakan tak puas setelah melakukan berulang kali, nyatanya kegiatan itu tak kunjung terhenti. "Tuanh." tubuh Ashyana masih mebgeliat kesana kemari karena tangan nakal pria di atasnya itu. "Panggil namaku dan aku akan mengakhirinya sekali ini." "Tidakh sopanh tuanh." tatapan sayu yang Ashyana berikan bukannya menghentikan kegiatan pria itu di atas tubuh Ashyana tapi malah menjadi. "Cukup panggil namaku dipuncaknya nanti atau kamu mau menambah beberapa ronde lagi?" Ashyana langsung menggeleng kepalanya kuat. Bibir yang rasanya sudah kebas itu semakin kebas saat benda kenyal pria itu memagutnya kesekian kalinya. Ashyana yang sebenarn

  • Rahim Tawanan   Kebun Anggur, Fastival dan Rahasianya

    Meski sudah tidak pusing lagi, Ashyana memilih bertahan di kamarnya. Ia tbahkan tidak turun untuk sarapan dan itu membuat Kenan kini menghampirinya. Padahal sudah jelas tujuan Ashyana ingin menghindari tuannya itu. "Kamu masih demam?" Refleks tangan Kenan terangkat untuk mengecek suhu Ashyana, dan refleks juga gadis itu memundurkan kepalanya. "Enggak Tuan." jawab Ashyana dengan kepala tertunduk dan jari memilin piyama tidurnya. "Syukurlah, siap - siaplah 30 menit lagi kita keluar." pernyataan yang keluar dari mulut Kenan itu membuat Ashyana mengerjap sebelum mengangguk patuh. "Bi Elle tolong bantu Nona Ashyana bersiap." Bibi Elle pun mengangguk patuh. "Ti-" Ashyana menelan protesn yang akan ia keluarkan begitu teringat prinsipnya semalam. "Ada apa Nona Ashyana?" Kenan yang akan berbalik itu mengurungkan niatnya mendengar suara Ashyana tadi. "Tidak apa - apa Tuan." jawab Ashyana masih dengan kepala menunduknya. Meski merasa janggal Kenan hanya mengangkat sebelah alisnya d

  • Rahim Tawanan   Bertengkar

    Ashyana masih tenggelam dalm lautan mimpinya saat sebuah tangan besar mengusik tidur nyenyaknya. "Cy jangan menggangguku, aku beneran pusing ih." gumam Ashyana tanpa repot - repot membuka matanya. Ia balikkan tubuhnya dari posisi semula sehingga kini ia memunggungi si pengganggu tidurnya itu. "Langsung periksa saja Steve." Dan tidurnya itu menjadi semakin terusik saat lamat - lamat ia mendengar suara pria yang akhir - akhir ini begitu familiar ditelinganya. Tak lama setelah itu, dapat Ashyana rasakan benda yang ia yakini sebagai stetoskop itu menyentuh dadanya. Karena semakin mengganggu tidurnya, akhirnya Ashyana membuka mata dan langsung dihadapkan pada dua wajah tampan yang sama - sama memasang wajah seriusnya. "Nyonya Ashyana masih merasa pusing?" tanya dokter Steve yang diangguki oleh Ashyana. "Selain itu apa yang dirasakan?" "Udah itu aja Dok." Setelah itu dokter Steve tidak bertanya lagi dan sibuk memilah obat. Ashyana sendiri memilih untuk memejamkan matany

  • Rahim Tawanan   Minum 2

    Huekk Kenan sudah pasrah saat baju depannya sudah penuh dengan cairan kental yang berasal dari mulut Ashyana. Sementara di pelaku kini menatap Kenan dengan wajah polosnya. "RIKO! MUSNAHKAN SELURUH ALKOHOL DI RUMAH INI!!" teriakan kencang Kenan bersamaan dengan datangnya Riko juga limbungnya tubuh Ashyana. "Tuan, apa yang terjadi? kenapa dengan Nona Ashyana?" tanya Riko dengan kebingungan. "Tuli kamu?!" hardik Kenan yang membuat Riko menunduk patuh. "Aku tidak mau ada satu minumanpun di rumah ini besok pagi." ucap Kenan sebelum membawa tubuh Ashyana masuk kedalam kamarnya. Riko hanya mengangguk patuh dan segera melakukan perintah tuannya itu. Kacung sepertinya bisa apa memangnya selain menuruti perintah sang tuan. Sementara di kamar, Kenan langsung melepas kaos yang ia pakai. Ia bilas tubuhnya di kamar mandi guna menghilangkan rasa lengket akibat ulah Ashyana itu. Setelah selesai, ia menatap Ashyana yang tadi ia tinggalkan di sofa kamarnya dalam keadaan setengah sadar. De

  • Rahim Tawanan   Minum

    "NANA!" Baru saja keluar dari mobil, pekikan serta terjangan Lucy membuat Ashyana kaget. Tubuhny sampai limbung dan hampir saja terjatuh jika tidak ada Kenan yang memegangi pundaknya. "Bisa hati - hati Cy?" sarkas Kenan yang membuat Lucy mengeluarkan cengirannya. "Maaf, habisnya aku kangen sama Nana. Ayo kita masuk!" ucap Lucy merasa bersalah. "Tapi, cie udah mulai di bucinin nih." ledek Lucy dengan begitu bersemangat menyeret lengan Ashyana untuk segera masuk ke rumah berlantai dua itu. Ashyana hanya memutar bola matany malas. Lucy tidak tahu saja apa yang sebenarnya terjadi. Jika tau mungkin dia sudah marah pada ibu dan kakaknya, mungkin juga padanya karena telah berbohong. Setelah di dalam rumah, Lucy mengajak Ashyana duduk di sofa ruang tamu. Ashyana sampai heran dengan sahabatnya itu yang tidak terlihat kecapekan sama sekali padahal baru saja melakukan perjalanan jauh. Bahkan gadis itu sudah berceloteh menceritakan perjuangannya agar bisa diizinkan ibunya alias Madam

  • Rahim Tawanan   Welcome to Italia

    Setelah sepagian ini ia dibuat kaget dengan kedatangan sang sahabat, sekarang Ashyana dibuat tercengan dengan pernyataan kakak kandung sahabatnya itu. Tiba - tiba saja is diberitahu bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke Italia malam ini juga. Bukan hanya Kenan, tapi juga dirinya. "Kenapa ke Italia?" tanya Ashyana dengan tampang cengonya. "Nanti juga tau." jawab Kenan datar yang membuat Ashyana menghembuskan nafas secara kasar. Sampai di mension pun tidak ada yang membuka percakapan kembali. Kenan yang enggan diganggu dan Ashyana yang sudah malas bertanya kembali membuat percakapan hanya sampai disitu saja. "Nanti jam 9 malam keberangkatan kita Nona, Anda jangan sampai lupa ya?" pesan Riko setelah sang tuan masuk ke mension. "Baik tuan." jawab Ashyana dengan senyum canggungnya. "Panggil saja Riko, saya hanya asisten Tuan Kenan jadi jangan panggil saya Tuan." ucap Riko dengan senyum ramahnya. Ashyana pun terkesan jadinya. Selama hampir seminggu di mension ini jujur h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status