Kita seperti sajak yang berbicara
saat nada tak lagi mampu melantunkan suara
ketika kata tak cukup mampu mengutarakan rasa
*****
“Ya udah, kita makan dulu yuk, Beib. Di bawah ada warung bambu. Menu andalannya rica-rica mentok pedas. Enak banget. Udah lama gue nggak makan di sana,” ajak Al.
“Wait, aku geli dengan semua panggilan-panggilan sayang. Never do that. Biasa aja panggil Embun,” ujar gadis itu.
Embun memang jijik dengan panggilan-pangilan mesra semacam yang, beib, cin, dan lain-lain.
“Hahaha. Lo emang beda banget ma cewek lain, Mbun,” kata Al sembari tertawa.
“Justru karena itu kan kamu suka ma aku. Coba aku sama kayak cewek-cewek lain, bakalan kamu pakai sehari dua hari terus dibuang.” Embun mencibir pada Al.
“Dih, itu kan masa lalu-“
“Iya masalahlu, bukan masalah gue,” potong
Jangan menjadi pelangi bagi orang yang buta warna Jangan pernah kau cintai yang tak menganggapmu ada ***** Lady dan Kala tersenyum membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Pandu. Satu tahap lagi. [Harus deal!] Kala membalas pesan Pandu. [Good job! Lanjutkan. Kabari terus perkembangannya] Lady membalas pesan tersebut. Tulalit ... tulalit .... Telepon genggam Lady berbunyi. Dari suaminya, Kala. “Ya, Bee. Ada apa?” Lady menjawab panggilan telepon suaminya. “Honey, Pandu bilang malam ini dia akan ketemu sama Embun. Semoga semuanya lancar ya,” kata Kala penuh harap. “Ya, dia juga udah ngabarin gue kok. Semoga semua seperti yang kita harapkan,” jawab Lady sedikit lesu. “Kamu kenapa lesu gitu, Honey? Ada masalah?” Mestinya ini kabar gembira, tapi kenapa Lady terdengar tidak semangat? Tentu saja Kala be
Kukira daging ternyata lengkuasinginku bersanding ternyata kandasyang singkat adalah pertemuanmenyisakan rindu berkepanjangan*****Lady melepas pakaian yang ia kenakan di hadapan Broto, menyisakan 2 buah kain kecil yang menutupi bagian rahasia tubuhnya. Baju itu dibiarkan merosot ke lantai begitu saja.Lady meraih tangan Broto dan mengusapkan jemari pria itu dengan perlahan di lehernya. Dokter tampan itu terkesima, dan menelan ludah berkali-kali.“Stop, Lady. Nggak begini caranya.” Dengan tergesa Broto menarik tangannya. Dia segera meraih baju Lady yang tergeletak di atas lantai dan mengulurkan pada wanita itu.“Pakai, Lad. Kita bisa bicara baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini,” kata Broto dengan bibir bergetar.Dia sangat bingung saat ini. Pria itu berusaha keras untuk tidak kehilangan akal sehatnya.Lady menerima
Aku merelakanmu pergijangan pernah berpikir untuk kembalitidak dirimu, tidak juga hatimutidak bayangmu, tidak pula kenanganmu*****Alaska memandang gadis di depannya dengan takjub.Kenapa dia tampak lebih cantik dari biasanya?Rasa hangat menjalar di dada lelaki itu, bahkan terus naik hingga ke wajahnya.Oh My God, baru kali ini aku bisa mengagumi keindahan cipta-Mu.Biasanya Alaska tidak terlalu mempedulikan wajah gadis yang dikencaninya. Bentuk tubuh dan cara berpakaian lebih banyak menyedot perhatian. Muka urusan ke sekian. Toh tinggal dipoles dengan make up, beres.Sebuah keputusan nekat yang sudah ia buat, menjadi pacar Embun, sekalipun gadis itu belum menaruh hati padanya. Tapi baru kali ini, seorang Alaska merasa sangat yakin juga mantap untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita.Mereka berdua sedang duduk di sebuah warung b
Hati memiliki nalarnya sendiri,sedangkan nalar tak pernah memiliki hati.******Embun mencoba menyamankan diri ketika sepanjang perjalanan balik ke Jakarta, Al terus saja menggenggam tangannya sembari satu lagi berkonsentrasi dengan setir mobil.Aku mencoba, Al. Membiasakan diri, kata Embun dalam hati.Mereka memang tetap bercanda dan tertawa seperti biasa. Tapi ada sedikit hal yang berubah. Nada itu tak lagi sama. Kini lebih lembut dan siapapun yang mendengar pasti bisa menebak bahwa mereka adalah pasangan kekasih, bukan sebatas teman.Kalau selama ini orang hanya memandang curiga pada mereka, atau berspekulasi dengan mengatakan bahwa Embun dan Al adalah TTM alias Teman Tapi Mesra, sekarang pasti tidak lagi.Alaska tak akan mampu lagi menutupi kilatan netra penuh cinta ketika ia memandang Embun, wanita tercintanya.Rasa sayang Embun memang meningkat pada pria ini dibanding sebelumnya
Hanya ingin berjumpalalu duduk berduabertukar ceritadan pulang bersama*****“Hei, kok malah ngelamun?” Al membuyarkan lamunan Embun.Ini yang selalu terjadi setiap kali Embun dekat dengan seorang lelaki. Bayangan masa lalu, dua lelaki penting dalam hidup, yang sudah memberikan tato permanen di hatinya berbentuk luka.“Nggak papa. Al, sebetulnya ada hal yang kamu belum tahu juga tentang masa laluku. Someday pasti aku cerita, tapi tidak sekarang. Nggak masalah kan?” Embun menatap pria di sampingnya yang sedari tadi tidak melepaskan genggaman. Sesekali pria itu mengusapkan ibu jari di tangan Embun yang sedang digenggamnya.“Kapanpun kamu siap, Mbun. Lagian masa lalu ya masa lalu. Kalau kamu lebih nyaman untuk nggak dibahas, ya udah. Lupakan aja. Nikmati hidup, bahagia, dan lebih mikirin masa depan aja. Masa lalu kan udah terjadi.
Kamu...Tak terlupakan bagikuKarna kamu...Punya hutang padakuKAPAN BAYAR?*****“Tentu tidak saya jawab.” Embun menatap Pandu tepat di lingkaran hitam bola matanya.Tatapan teduh yang bisa seketika berubah tajam dan menusuk. Rupanya seperti inilah cara gadis ini melindungi diri. Dia bisa sekejap berubah. Dari seekor angsa putih yang rupawan, menjadi seekor harimau yang siap untuk melawan.Suasana menjadi sedikit kikuk karena pertanyaan Pandu tadi. Untunglah pelayan segera datang membawa pesanan mereka.“Silahkan, Mbak. Kita sambil makan, sambil berdiskusi.” Pandu mencoba mencairkan suasana.Embun hanya membalas dengan anggukan dan mulai menyantap makanan, sembari menunggu Pandu melanjutkan pembicaraan. Ia memutuskan untuk berhenti berbicara.Biar pria ini yang menjelaskan semuanya, batin
Hidup adalah mimpi untuk orang bijakPermainan bagi orang yang tololKomedi bagi yang kayaDan tragedi untuk si miskin******“Kenapa saya yang dipilih sama penyewa, dan mereka tahu soal saya dari mana?” Embun tentu saja penasaran.“Mbak pasti menebak, bahwa penyewa pasti bukan orang sembarangan. Jadi apa yang tidak bisa dilakukan dengan uang? Mengumpulkan informasi, sampai di titik terdalam sekalipun, hingga akhirnya memang Mbak Embun yang dirasa cocok sebagai kandidat. Kami sudah melakukan penyelidikan cukup mendalam tentang kehidupan Mbak Embun selama beberapa hari,” jawab Pandu yang segera menyeruput minuman untuk sedikit mengurangi debar di jantungnya.“Sejauh apa yang kalian tahu?” Embun sedikit berdebar mendengar area pribadinya dimasuki tanpa permisi oleh orang lain.“Cerita almarhum ayah, pekerjaan, kuliah. Seb
Tak ingin melukaimu dengan hadirkuTak ingin menyayatmu dengan dekatkuAku yang memilih tiadaAku yang memilih terlupa******Mereka berbincang banyak hal sepanjang perjalanan. Tak ada pembicaraan serius. Hanya obrolan ringan untuk saling mengenal.“Makasih ya, Mas Pandu. Tuh kosan saya.” Embun menggerakkan telunjuknya pada deretan bangunan yang berjarak sekitar 20 meter dari tempat mereka.Sengaja Embun minta berhenti di situ, agar tidak ada omongan tetangga melihatnya pulang bersama pria tak dikenal, bermobil pula.“Ini masih hujan. Apa nggak sebaiknya saya antar sampai depan kos, Mbun?” Pandu menoleh pada gadis itu.Nanti cantikmu luntur, kan sayang, batin Pandu.“Santai aja, Mas. Saya bukan mermaid, yang kalau kena air terus kaki saya berubah jadi sirip. Kehujanan sebentar, langsung dibilas. Aman.”