Entah berapa hati telah kutolak
untuk satu hati yang tak pernah pasti
*****
“Sudah order?” Pria itu menarik kursi di hadapan Lady.
Broto memandang sekilas ke sekeliling. Sebuah kafe dengan nuansa rustic yang sebagian dinding dibiarkan setengah jadi berbalur semen kasar, dipadu interior baru tapi bergaya kuno di beberapa sudut. Tata cahaya bergaya modern plus tambahan beberapa lukisan pop art menambah nyaman suasana.
“Sungguh perpaduan yang apik,” batin Broto.
“Belum. Sekalian nunggu lo.” Lady berusaha bersikap setenang mungkin.
Broto masih asyik menyapu pandangan ke sekeliling kafe. Terlihat beberapa anak muda tak henti berfoto. Memang, tempat ini instagramable banget. Beberapa tanaman hias buatan ditambahkan di sudut ruangan.
“Tempatnya keren,” puji Broto.
“Iya. Nyaman aja di sini. Walau sebetulnya lebih banyak anak muda yang nongkrong di kafe ini,” jawab Lady sambil t
Kita adalah juri untuk diri kita sendiri, tanpa perlu orang lain menjabarkan, tentang apa dan siapa kita. ***** “Lo yakin dengan semua ini, Lad?” Broto masih tercengang. Wanita itu terlihat tenang. Sangat tenang bahkan. Broto sama sekali tidak mengira bahwa Lady akan setenang itu membicarakan semua ini. “A thousands percent. Gue nggak pernah setengah-setengah jalanin apapun. Semua selalu gue pertimbangkan dengan matang. Termasuk keputusan gue menikah dengan Kala, dan sekarang, to have an affair with you. Tapi mungkin dari sekarang kita jangan sebut affair. Kita bisa ganti dengan kesepakatan, gimana?” Lady yakin pria itu pasti akan menerima tawaran dari dia. Karena itu ia tampak lebih tenang dari sebelumnya. “Second Love. Walau bagi gue, lo itu tetap number one.” Broto menyecap americano coffee di cangkirnya. “Numero Uno. Kaya chocolatos aja. Hahaha.” L
Semesta telah menuliskanyang datang pasti akan pergilalu muncul sebuah pertanyaanapakah yang pergi pasti kembali?*****“Kasih gue waktu ya, Lad. Gue kudu pertimbangkan baik-baik,” jawab Broto.Akhirnya mereka lanjut berbincang santai. Tentu saja, sesekali Lady memasukkan bahasan tentang anak dan hubungan yang akan mereka jalani. Seiring waktu, sikap mereka sudah layaknya pasangan kekasih. Kemesraan itu tumbuh perlahan dan natural.Lady memang berusaha mengarahkan perasaannya sebagai pasangan Broto. Dia tidak ingin pria itu ragu untuk membantu. Tidak mungkin juga bagi wanita itu untuk terus berpura-pura suka.“Gue harus mencoba untuk benar-benar suka dan menerima Broto sebagai pria milik gue. Dengan demikian, semua tidak akan terasa berat untuk dijalani. Nggak mungkin juga selamanya gue bersandiwara, pasti sangat menderita. Kepalang basah,
Relativitas masamemang jauh berbedaberlari cepat bagi yang sedang terpikatmerangkak lambat untuk yang tercekat*****“Morning, Bee. Bangun gih. Mandi, terus sarapan,” ucap Lady membangunkan Kala seraya membelai rambutnya. Semalam saat ia pulang, memang Kala sudah terlelap.“Morning too, Honey. Gimana si Broto. Mau bantukah?” Kala menggeliat dengan malas.“Mau lah. Udah tugas dia juga kan untuk itu. Dia juga akan rahasiakan semua data dan prosesnya,” jawab Lady penuh keyakinan.“Syukurlah. Oya, pagi ini ikut aku ke kantor ya. Kita dengarkan hasil penyelidikan Pandu soal si Embun. Kalau kita nilai layak, Pandu akan segera bernegosiasi dengan dia,” ajak Kala.“Oke. Gue juga pengen dengar. Gue tunggu di bawah ya, Bee,” ucap Lady.Kala segera bangkit menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Sem
Terasa singkat saat bersamamuteramat panjang kala merindumuberasa sesaat ketika menggenggammusangatlah lama untuk menantimu******Tawa dan canda sepanjang perjalanan membuat semua lelah tak lagi terasa. Kadang bernyanyi bersama walau dengan suara yang tidak jelas nadanya. Yang penting happy.Sepanjang perjalanan harus melintasi perkebunan teh yang mampu menyejukkan mata dan pikiran. Beda sekali dengan penatnya kota Jakarta. Di sini masih sangat asri.Setelah beberapa jam perjalanan, Alaska dan Embun akhirnya tiba di kawasan wisata Kawah Putih.“By the way, ini mobil pinjam siapa, Al?” Embun penasaran.“Ngapain nanya-nanya. Udah itu urusan gue,” jawab Alaska sembari memarkir mobil.“Bukan gitu. Aku takutnya ini mobil nyolong.” Embun ngakak melihat Alaska pura-pura melotot.“Yuk, turun.&r
Sebenarnya dalam hati, Pandu masih ragu bahwa Embun akan menerima tawaran kerja sama ini. Bagaimanapun, dia masih seorang gadis, belum menikah. Seperti tidak masuk akal saja, seorang gadis mau hamil. Terlepas dari dia butuh uang, ya.Pandu membayangkan, kalau dia yang jadi gadis itu, jelas tidak mungkin mau. Walau hanya sewa beberapa bulan saja, tapi ada resiko besar di dalamnya. Dia dengar, melahirkan itu pertaruhannya adalah nyawa. Belum lagi, fisik juga pasti akan berubah. Apakah gadis itu siap dengan badan berubah melar, jadi seperti ibu-ibu, sedangkan dia belum menikah?‘Ah, entahlah. Kurasa itu bukan urusanku’, pikir Pandu.[Pak, saya siapkan berkas dan lain-lain untuk Embun dulu, ya. Boleh saya izin keluar sekalian nanti ketemu Embun?]Pandu mencoba menggunakan Embun sebagai alasan untuk bisa kabur sejenak dari urusan kantor. Dia merindukan ibunya.[Oke. Nggak masalah. Lepas saja semua urusan kantor. Kamu fokus sama masalah Embun
Kita seperti sajak yang berbicarasaat nada tak lagi mampu melantunkan suaraketika kata tak cukup mampu mengutarakan rasa*****“Ya udah, kita makan dulu yuk, Beib. Di bawah ada warung bambu. Menu andalannya rica-rica mentok pedas. Enak banget. Udah lama gue nggak makan di sana,” ajak Al.“Wait, aku geli dengan semua panggilan-panggilan sayang. Never do that. Biasa aja panggil Embun,” ujar gadis itu.Embun memang jijik dengan panggilan-pangilan mesra semacam yang, beib, cin, dan lain-lain.“Hahaha. Lo emang beda banget ma cewek lain, Mbun,” kata Al sembari tertawa.“Justru karena itu kan kamu suka ma aku. Coba aku sama kayak cewek-cewek lain, bakalan kamu pakai sehari dua hari terus dibuang.” Embun mencibir pada Al.“Dih, itu kan masa lalu-““Iya masalahlu, bukan masalah gue,” potong
Jangan menjadi pelangi bagi orang yang buta warna Jangan pernah kau cintai yang tak menganggapmu ada ***** Lady dan Kala tersenyum membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Pandu. Satu tahap lagi. [Harus deal!] Kala membalas pesan Pandu. [Good job! Lanjutkan. Kabari terus perkembangannya] Lady membalas pesan tersebut. Tulalit ... tulalit .... Telepon genggam Lady berbunyi. Dari suaminya, Kala. “Ya, Bee. Ada apa?” Lady menjawab panggilan telepon suaminya. “Honey, Pandu bilang malam ini dia akan ketemu sama Embun. Semoga semuanya lancar ya,” kata Kala penuh harap. “Ya, dia juga udah ngabarin gue kok. Semoga semua seperti yang kita harapkan,” jawab Lady sedikit lesu. “Kamu kenapa lesu gitu, Honey? Ada masalah?” Mestinya ini kabar gembira, tapi kenapa Lady terdengar tidak semangat? Tentu saja Kala be
Kukira daging ternyata lengkuasinginku bersanding ternyata kandasyang singkat adalah pertemuanmenyisakan rindu berkepanjangan*****Lady melepas pakaian yang ia kenakan di hadapan Broto, menyisakan 2 buah kain kecil yang menutupi bagian rahasia tubuhnya. Baju itu dibiarkan merosot ke lantai begitu saja.Lady meraih tangan Broto dan mengusapkan jemari pria itu dengan perlahan di lehernya. Dokter tampan itu terkesima, dan menelan ludah berkali-kali.“Stop, Lady. Nggak begini caranya.” Dengan tergesa Broto menarik tangannya. Dia segera meraih baju Lady yang tergeletak di atas lantai dan mengulurkan pada wanita itu.“Pakai, Lad. Kita bisa bicara baik-baik. Tidak dengan cara seperti ini,” kata Broto dengan bibir bergetar.Dia sangat bingung saat ini. Pria itu berusaha keras untuk tidak kehilangan akal sehatnya.Lady menerima