Home / Romansa / Rain / Bab 2 ~ Namanya Kia

Share

Bab 2 ~ Namanya Kia

Author: Aily Ar
last update Last Updated: 2021-07-16 02:27:49

Rain memasukkan surat itu ke dalam amplop kemudian menitipkan pada satpam rumah untuk mengirimkan surat itu ke kantor pos. Dia menyeret koper besarnya menuju mobil. Ibu dan kedua adiknya melepas kepergiannya dengan tangisan. Namun, Rain tidak merasakan apa-apa selain hatinya yang telah membeku.

Karena orang itu.

Seminggu sebelum Rain yakin dengan keputusannya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Ayahnya terlebih dahulu membuat pilihan, meminta Rain menetap di Indonesia dengan risiko menjadi pengangguran, atau menerima perjodohan. Rain bimbang, bukan karena perjodohan ataupun menjadi pengangguran. Namun, bimbang karena Eren, perempuan yang menetap di hatinya selama ini.

"Aku setuju dengan perjodohan itu." ucap Rain saat ayahnya bertanya mengenai keputusannya.

Percakapan itu mengarah pada keinginan ayahnya untuk mengadakan pernikahan secara tertutup. Terdengar terburu-buru dan Rain curiga jika dia hanya korban dari perjodohan itu. Namun, apa pun itu, Rain tidak ambil pusing karena dengan pernikahan itu, dia bisa melupakan Eren. Minimal teralihkan karena perjodohan itu.

"Setelah menikah, kamu harus melanjutkan studi di luar negeri. Ayah sudah mengatur semuanya, kamu tinggal datang ke alamat yang sudah ayah berikan. Ibu dan kedua adikmu tidak boleh tahu tentang pernikahan ini. Ayah tidak ingin merusak kebahagiaan ibumu."

Rain tumbuh dalam keluarga berantakan. Sejak kecil kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan hak asuh jatuh di tangan ibunya. Hingga dua tahun setelah perceraian itu, ibunya menikah lagi dan memiliki dua putri kembar dari ayah tirinya. Dan dua tahun lalu ayah tirinya meninggal karena kecelakaan. Peristiwa pahit itu meninggalkan luka mendalam di hati ibunya dan Rain berusaha menjadi anak yang baik. Lebih tepatnya berpura-pura baik bagi ibu dan kedua adiknya. Hingga tawaran ayahnya datang dan Rain membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka.

Karena Eren.

Suasana bandara pagi itu tampak ramai, Rain menyeret kopernya dengan langkah lebar. Pertama kalinya dia menaiki pesawat dan mungkin sedikit kebingungan karena bandara itu cukup besar. Dia tidak tahu di mana harus melakukan check-in. Hingga pandangannya mengarah pada perempuan yang berdiri di sampingnya. Perempuan itu fokus dengan ponsel dan tidak menyadari ada orang lain yang berdiri kebingungan di sana. Rain menyentuh pundak perempuan itu dengan senyum dipaksakan. Dia tidak suka bersikap akrab dengan orang asing. Namun, hari ini adalah pengecualian.

"Permisi nona." ucap Rain sehingga menarik perhatian perempuan itu sepenuhnya.

"Oh, ada apa?" tanya perempuan itu mengangkat sebelah alisnya menatap Rain penuh penilaian.

"Aku tidak tahu di mana harus melakukan check-in." ucap Rain jujur, dia mengusap keningnya pertanda gugup. "Ini pertama kalinya aku naik pesawat."

"Serius?!"

Rain mengangguk kemudian menatap perempuan itu yang nyaris mengeluarkan kedua bola matanya karena terkejut mendengar ucapannya.  Anggap saja dia kampungan dan wajar orang lain menganggapnya manusia kuno karena tidak menggunakan smartphone untuk berpikir.

"Iya, aku tidak pernah pergi kemana pun." ucap Rain tidak percaya dia baru saja berbicara panjang lebar pada orang asing.

"Miris banget."

Ucapan itu menyebabkan sudut bibir Rain terangkat ke atas. Lalu mengikuti langkah perempuan itu menuju counter check-in. Beruntung, perempuan itu membantunya sehingga Rain tidak perlu repot-repot mengeluarkan suara.

"Makasih." ucap Rain sesaat setelah proses check-in itu selesai. Dia memegang erat boarding pass miliknya berserta dokumen lain yang diperlukan.

"Sama-sama," ujar perempuan itu kemudian mengulurkan tangannya. "Namaku Kia."

Rain menjabat tangan perempuan itu. "Rain." ucapnya singkat.

"Semoga penerbanganmu lancar dan sampai jumpa lagi."

"Tunggu!" cegah Rain sebelum Kia meninggalkan tempat itu.

"Ada apa Rain?" tanya Kia merasa aneh dengan sikap laki-laki itu.

"Ehm, tidak apa-apa." Rain mengusap leher belakangnya salah tingkah.

"Ngomong-ngomong aku juga mau ke Jepang. Sampai jumpa di sana."

Rain menatap perempuan itu hingga menghilang dari pandangannya. Dia menyentuh telapak tangannya bekas jabatan mereka tadi. Lalu bergumam pelan.

"Kia ya?"

***

Jepang bukan impian Rain. Namun, kakinya justru menginjak negara itu. Dia keluar dari terminal kedatangan dan menatap ponselnya yang tidak menampilkan notifikasi apa pun. Sepertinya, ayahnya mengirim seseorang untuk menjemputnya. Rain melihat sekeliling tempat itu dan melihat seseorang menuliskan namanya dan mengangkat kertas itu tinggi-tinggi.

Rain mendekati laki-laki berambut pirang yang menuliskan namanya.

"Di mana ayahku?" tanya Rain dengan bahasa Inggris yang kacau.

"Tuan Hari sudah menunggu anda." ucap laki-laki itu dan mengambil alih koper dari tangan Rain. "Perkenalkan, aku asisten tuan Hari."

Selama perjalanan menuju tempat ayahnya berada, Rain hanya menatap pemandangan melalui kaca mobil. Tidak berniat membalas ucapan laki-laki yang mengenalkan diri sebagai asisten ayahnya. Kemampuan bahasa Inggris nya sangat buruk. Mendengar orang itu berbicara sama saja mendengar bahasa alien. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian menatap foto Eren.

Ingatannya melayang pada kejadian itu. Saat dengan jelas memergoki Eren bersama laki-laki lain. Dan mereka sedang berada di hotel, tengah bercumbu tanpa menyadari Rain menyaksikan kejadian itu sejak awal. Keduanya bahkan tidak mengenakan pakaian apa pun ketika Rain melihat Eren di sana. Rain tidak menunjukkan kemarahan meskipun kecewa pada Eren. Namun, kejadian itu, dia tidak pernah menerimanya. Eren, perempuan polos yang dicintainya menjadi orang asing yang rela tidur dengan laki-laki lain. Selama ini, Rain tidak pernah melakukan kontak fisik selain bergandengan tangan. Dia juga tidak berani mencium Eren karena menghargai perempuan itu. Ternyata semua itu hanya tipuan dan Rain dengan bodohnya mempercayainya bahkan sangat mencintainya.

Hingga hari ini.

Bangunan mewah bergaya abad pertengahan menjadi pemandangan pertama ketika mobil itu berhenti di halaman luas. Beberapa pelayan menyambut kedatangannya di pintu masuk saat Rain turun dari mobil. Dia mengikuti seorang pelayan hingga berhenti di sebuah ruangan luas dengan deretan sofa berjejer rapi. Ada banyak lukisan, salah satunya lukisan Mona Lisa yang melegenda itu. Rain bertaruh, lukisan itu bernilai tinggi dan dia tidak percaya jika ayahnya berubah menjadi orang kaya dalam waktu cepat. Terakhir, dia mendengar kabar ayahnya sakit keras dan hanya berbaring di tempat tidur. Kini, Rain menebak jika ayahnya menjadi  pemuja pesugihan agar menjadi orang kaya di negara asing.

"Gimana perjalanan kamu?"

Rain mengalihkan perhatiannya pada laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Wajah ayahnya masih terlihat sama seperti yang ada di ingatannya. Rahang tegas dengan kumis tipis dan juga kulit wajah kencang tanpa kerutan. Bahkan ibunya telah menunjukkan tanda penuaan, mengapa ayahnya masih terlihat muda?

"Kamu memang tidak banyak bicara seperti ibumu." ucap Hari lalu menghampiri Rain dan memeluknya. "Ayah senang kamu di sini Rain, maaf tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu."

Rain melepaskan pelukan itu lalu duduk di sofa. "Apa maumu?" tanyanya langsung.

"Kamu setuju dengan perjodohan itu. Artinya, kamu sudah menikah dengan Sarah." Hari memberikan sebuah foto pada Rain. "Kamu lihat fotonya baik-baik. Dia belum pernah melihatmu dan besok kamu mulai kuliah. Kalian akan tinggal bersama, jangan khawatir masalah biaya. Ayah sudah menanggung semuanya."

Rain menerima foto itu lalu bangkit dari duduknya.

"Di mana kamarku?" tanya Rain pada pelayan yang berada di tempat itu.

"Kamar anda di lantai atas. Sebelah kanan dari tangga, maaf tuan aku tidak bisa mengantar anda karena pelayan biasa tidak diperbolehkan memasuki tempat itu."

"Besok pagi Alex akan bawa kamu ke apartemen." ucap Hari sebelum Rain meninggalkan ruangan itu.

Kehidupan orang kaya memang membosankan. Rain tidak membalas ucapan ayahnya dan menaiki tangga menuju lantai atas. Dia memasuki ruangan seperti yang disebutkan pelayan tadi. Kamar dengan interior monokrom bukan kesukaannya dan ayahnya sama sekali tidak mengetahuinya.

Sekarang, Rain menyesal meninggalkan ibu dan kedua adiknya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rain   Bab 22 ~ Permintaan Berdamai

    “Kak Rain?” Rain tersentak ketika Jeslyn menepuk bahunya. Tidak hanya Jeslyn ternyata Jessica juga ikut menjenguk Eren. Jangan berharap Rain menemukan sambutan hangat dari Jessica selain wajah dingin yang biasa dia tunjukkan pada siapa pun. “Gimana kondisi, Kak Eren?” tanya Jeslyn cemas. Rain menggeleng. “Kakak belum lihat?” Rain kembali menggeleng. “Gimana sih?” Kali ini Jessica yang berbicara dengan raut wajah masam. Rain enggan berkomentar dan membiarkan kedua adiknya memasuki ruang perawatan Eren. Dia tidak berminat melihat perempuan itu setelah melihat lelaki yang merusak suasana hatinya. Lelaki yang tidak akan pernah Rain sukai sampai kapan pun. “Kondisinya tambah buruk.” Jeslyn duduk di samping Rain dengan wajah muram. Entah apa pun itu dia sama sekali tidak peduli akan kondisi Eren. Bahkan jika perempuan itu pergi, Rain mencoba untuk tidak peduli. “Kakak masih dendam sama dia?” Rain menggeleng. Untuk apa menyimpan dendam pada seseorang yang mengkhianatinya? “Icha

  • Rain   Bab 21 ~ Meninggalkan Jepang

    Rain benci merasa bersalah dan perasaan itu bersarang selama satu bulan sejak kepergian Kia. Dulu, perasaan itu hanya pernah dirasakannya ketika bersama Eren. Tidak menyangka bahwa secepat itu Rain menggantikan posisi Eren di hatinya dengan Kia.Hanya saja semuanya telah terlambat ketika Kia melihat Rain sedang bercinta dengan Sarah.Kemudian Kia pergi tanpa memberikan Rain kesempatan untuk menjelaskan. Dia tidak pernah mencintai Sarah kecuali perjanjian konyol yang disepakatinya bersama Hari.Yang Rain tahu Kia sudah meninggalkan Jepang dan entah berada di mana lagi perempuan itu berada.“Kau punya masalah?”Rain menggeleng pelan lalu menggeser layar ponselnya hanya untuk mengusir bosan. Siang itu dia pergi keluar bersama Alex untuk mengusir penat. Sejak Alex kembali dari luar negeri, Rain segera meminta laki-laki itu menemaninya.“Sarah sudah mendapatkan apa yang dia mau,” ucap Alex.Rain hanya mendengarkan.“Pernikahanmu hanya formalitas karena dia masih tidur dengan banyak lelaki.

  • Rain   Bab 20 ~ Nasihat Ben

    Kia tidak menemukan keberadaan Ben usai menemani Eren menuju ruang perawatan. Laki-laki itu menghilang dalam sekejap seolah memiliki ilmu teleportasi. Ponsel Ben juga tidak bisa dihubungi membuat Kia kesal setengah mati. Dia memiliki janji temu dengan seorang psikiater, tapi Ben seolah melupakan janji itu.“Kia lagi nyari Ben?” tanya Eren lembut.Kia menggaruk kepalanya lantas mengangguk cepat. “Iya,” ucapnya singkat.“Tadi aku lihat dia keluar, coba kamu cari di sekitar taman. Kalau nggak salah aku lihat dia lari ke arah sana.”Kia kembali menggeleng. “Kamu lebih butuh teman.”Eren tertawa canggung merasa ucapan Kia menyindirnya dengan telak. Namun, dia cepat-cepat menyamarkannya dengan senyuman. “Ben pasti nggak suka lihat kamu di sini. Sebelum dia marah lebih baik kamu pulang aja, Kia.”Kia semakin merasa tidak nyaman.“Maksud aku kamu pulang buat istirahat.” Eren meralat ucapannya. “Kamu dari kemarin kurang tidur gara-gara jagain aku, lho.”Melihat raut wajah Eren yang tidak enak

  • Rain   Bab 19 ~ Retak

    Seperti bingkai foto yang terhempas ke lantai menyisakan serpihan kaca, Kia mencoba berdiri tegap memandangi kedua orang yang sedang bercumbu. Rain yang semalam menyentuhnya secara lembut rupanya juga menyentuh perempuan lain. Kia tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah mengetahui kenyataan pahit itu. Dia hanya berdiri dalam diam melihat kedua orang itu memisahkan diri dan membenarkan pakaian masing-masing. Kedatangan Kia kemari hanya menganggu aktivitas mereka, maka tidak ada alasan yang membuatnya tetap tinggal kecuali segera membereskan barang-barangnya.Kia lupa, dia nyaris tidak memiliki apa pun!Dengan langkah berat, Kia keluar dari apartemen itu. Menyusuri lorong sepi menuju lift. Dia tidak punya tujuan dan satu-satunya orang yang bisa menghiburnya saat ini hanya Ben.Udara dingin tengah malam itu Kia duduk di halte. Tangannya menggenggam erat secangkir kopi yang dibelinya di minimarket. Namun, ras

  • Rain   Bab 18 ~ Mencari Kia

    Dua jam lamanya Rain mengurung diri di kamar mandi. Hingga sosok Kia tidak ditemukan di manapun. Ponsel perempuan itu juga tidak bisa dihubungi membuatnya merasa was-was. Mengingat Kia belum lama menginjakkan kaki di Jepang juga gerombolan orang berjas hitam terlihat menginginkan perempuan itu. Setengah kesadaran Rain mulai terusik. Tempat pertama Rain kunjungi adalah taman. Musim semi kebanyakan orang akan datang ke taman untuk melihat sakura mekar. Dia berharap Kia menjadi salah satu pengunjung di taman itu. Namun, menit berlalu menjadi jam Rain tidak menemukan Kia di tempat itu. Pertama kalinya Rain merasa kalut hanya karena seorang perempuan. Bahkan hubungan mereka tidak sedekat itu kecuali sebagai teman tidur. Namun, bersama Kia, Rain merasakan sedikit kenyamanan. Seperti ketika bersama Eren. Sial! Rain terjatuh ketika seseorang menabraknya. Dan pelaku tersebut terus berlari tanpa meminta maaf. Rain mengusap telapak tangannya

  • Rain   Bab 17 ~ Heat

    Rain memasuki apartemen mengabaikan Kia yang menyambutnya dengan senyuman. Saat ini Rain tidak baik-baik saja, tubuhnya terasa panas. Dia berlari menuju kamarnya lalu mengurung diri di kamar mandi. Menyalakan shower untuk mendinginkan tubuhnya. Namun, cukup lama melakukannya kondisi tubuhnya tak kunjung membaik. Rain bersandar pada dinding marmer yang dingin. Menahan gejolak emosi serta keinginan untuk melakukan sesuatu. Sarah memang berniat membunuhnya melalui obat perangsang.Brengsek!Ketukan di pintu menghentikan umpatan Rain."Rain, kamu baik-baik aja?" tanya Kia dari balik pintu.Rain mematikan shower lalu meraih handuk dan melilitkannya di pinggang. Dia menarik napas panjang sebelum membuka pintu."Kenapa?" tanya Rain langsung."Kamu kenapa Rain?"Rain sudah tidak bisa menahan gejolak itu lagi jika Kia terus berad

  • Rain   Bab 16 ~ Kembali ke Jepang

    Menghabiskan waktu seminggu di Indonesia menyebabkan mood Rain tidak stabil. Salah satu penyebabnya adalah Eren. Entah bagaimana caranya perempuan itu masih menghantui pikirannya. Penyakit ginjal yang diderita Eren cepat atau lambat akan merenggut nyawa. Dan Rain belum siap menerima kemungkinan terburuk apabila sesuatu terjadi pada Eren.Hujan membuat Rain tersadar dari lamunan. Mobil yang membawanya ke apartemen melaju dengan kecepatan sedang. Dia bisa melihat kaca mobil yang berembun dan itu mampu menambah rasa kesalnya. Rain masih tidak menyukai hujan.Selama di Indonesia tidak sekali pun Rain menghubungi Kia. Ponsel sengaja dimatikan untuk menghindari Sarah. Setelah pertengkarannya dengan Eren, kebencian akan Sarah semakin memuncak. Namun, ada perasaan lain yang menghampirinya. Sedikit kerinduan untuk Kia.Rain tidak tahu sejak kapan merindukan perempuan itu. Dia jelas tidak tertarik pada Kia mengingat kejadian

  • Rain   Bab 15 ~ Surabaya

    Sekali lagi Rain melihat makam ibunya sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu. Kedua adiknya masih berada di sana. Menangis keras dan sebagai kakak yang gagal, Rain tidak bisa melakukan apa-apa selain memperhatikan dalam diam.Hujan menyambutnya mewakili perasaan yang paling dibencinya. Rain tidak menyukai hujan. Demi Tuhan, itu semua menyakitkan. Dia muak, lelah, marah, dan menyalahkan hidupnya. Kalau saja egonya bisa diturunkan, Rain tidak akan kehilangan ibu dengan cara menyakitkan.Hidup penuh drama akibat kesalahannya sendiri, dampak dari patah hati yang begitu hebat. Kenapa Rain harus termakan bujukan?Seandainya dia tidak menerima tawaran Hari hidupnya saat ini masih sangat sederhana. Melihat wajah ibunya dan kedua adiknya tanpa terbentang jarak. Lalu pernikahan palsu itu juga tidak pernah terjadi. Namun, semua itu hanya pengandaian. Kenyataan pahit ada di depan matanya sekuat apa pun Rain ingin kembali ke masa lalu. Dia tidak bisa melakukann

  • Rain   Bab 14 ~ Syarat

    Rain sudah bersiap dengan koper besar di bawah kakinya. Sudah satu jam Alex tidak kunjung datang ke apartemennya. Padahal laki-laki itu mengabarkan sudah dalam perjalanan dan akan tiba setengah jam lagi. Namun, ini sudah berlalu satu jam sejak Alex menghubunginya. Rain khawatir Hari berubah pikiran dan meminta Alex untuk kembali."Rain, serius kamu nggak apa-apa?"Pertanyaan ketiga dan Rain hanya membalasnya dengan anggukan."Ini tengah malam, kamu yakin pergi sekarang?"Ponselnya berbunyi menyelamatkan Rain dari pertanyaan itu sementara Kia memperhatikannya dalam diam."Rain, ada perubahan rencana." ucap Alex dari seberang."Apa?" tanya Rain tidak sabar."Tuan Hari mengizinkan kamu pulang dengan satu syarat."Rain diam dengan tangan terkepal. Beberapa jam yang lalu Hari hanya menginginkan Alex ikut serta, tapi sekarang rencana licik apa lagi?"Kamu harus memiliki anak bersama Sarah. Syarat wajib kalau kamu ingin m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status