Share

Bab 2 ~ Namanya Kia

Rain memasukkan surat itu ke dalam amplop kemudian menitipkan pada satpam rumah untuk mengirimkan surat itu ke kantor pos. Dia menyeret koper besarnya menuju mobil. Ibu dan kedua adiknya melepas kepergiannya dengan tangisan. Namun, Rain tidak merasakan apa-apa selain hatinya yang telah membeku.

Karena orang itu.

Seminggu sebelum Rain yakin dengan keputusannya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Ayahnya terlebih dahulu membuat pilihan, meminta Rain menetap di Indonesia dengan risiko menjadi pengangguran, atau menerima perjodohan. Rain bimbang, bukan karena perjodohan ataupun menjadi pengangguran. Namun, bimbang karena Eren, perempuan yang menetap di hatinya selama ini.

"Aku setuju dengan perjodohan itu." ucap Rain saat ayahnya bertanya mengenai keputusannya.

Percakapan itu mengarah pada keinginan ayahnya untuk mengadakan pernikahan secara tertutup. Terdengar terburu-buru dan Rain curiga jika dia hanya korban dari perjodohan itu. Namun, apa pun itu, Rain tidak ambil pusing karena dengan pernikahan itu, dia bisa melupakan Eren. Minimal teralihkan karena perjodohan itu.

"Setelah menikah, kamu harus melanjutkan studi di luar negeri. Ayah sudah mengatur semuanya, kamu tinggal datang ke alamat yang sudah ayah berikan. Ibu dan kedua adikmu tidak boleh tahu tentang pernikahan ini. Ayah tidak ingin merusak kebahagiaan ibumu."

Rain tumbuh dalam keluarga berantakan. Sejak kecil kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan hak asuh jatuh di tangan ibunya. Hingga dua tahun setelah perceraian itu, ibunya menikah lagi dan memiliki dua putri kembar dari ayah tirinya. Dan dua tahun lalu ayah tirinya meninggal karena kecelakaan. Peristiwa pahit itu meninggalkan luka mendalam di hati ibunya dan Rain berusaha menjadi anak yang baik. Lebih tepatnya berpura-pura baik bagi ibu dan kedua adiknya. Hingga tawaran ayahnya datang dan Rain membutuhkan waktu untuk menyembuhkan luka.

Karena Eren.

Suasana bandara pagi itu tampak ramai, Rain menyeret kopernya dengan langkah lebar. Pertama kalinya dia menaiki pesawat dan mungkin sedikit kebingungan karena bandara itu cukup besar. Dia tidak tahu di mana harus melakukan check-in. Hingga pandangannya mengarah pada perempuan yang berdiri di sampingnya. Perempuan itu fokus dengan ponsel dan tidak menyadari ada orang lain yang berdiri kebingungan di sana. Rain menyentuh pundak perempuan itu dengan senyum dipaksakan. Dia tidak suka bersikap akrab dengan orang asing. Namun, hari ini adalah pengecualian.

"Permisi nona." ucap Rain sehingga menarik perhatian perempuan itu sepenuhnya.

"Oh, ada apa?" tanya perempuan itu mengangkat sebelah alisnya menatap Rain penuh penilaian.

"Aku tidak tahu di mana harus melakukan check-in." ucap Rain jujur, dia mengusap keningnya pertanda gugup. "Ini pertama kalinya aku naik pesawat."

"Serius?!"

Rain mengangguk kemudian menatap perempuan itu yang nyaris mengeluarkan kedua bola matanya karena terkejut mendengar ucapannya.  Anggap saja dia kampungan dan wajar orang lain menganggapnya manusia kuno karena tidak menggunakan smartphone untuk berpikir.

"Iya, aku tidak pernah pergi kemana pun." ucap Rain tidak percaya dia baru saja berbicara panjang lebar pada orang asing.

"Miris banget."

Ucapan itu menyebabkan sudut bibir Rain terangkat ke atas. Lalu mengikuti langkah perempuan itu menuju counter check-in. Beruntung, perempuan itu membantunya sehingga Rain tidak perlu repot-repot mengeluarkan suara.

"Makasih." ucap Rain sesaat setelah proses check-in itu selesai. Dia memegang erat boarding pass miliknya berserta dokumen lain yang diperlukan.

"Sama-sama," ujar perempuan itu kemudian mengulurkan tangannya. "Namaku Kia."

Rain menjabat tangan perempuan itu. "Rain." ucapnya singkat.

"Semoga penerbanganmu lancar dan sampai jumpa lagi."

"Tunggu!" cegah Rain sebelum Kia meninggalkan tempat itu.

"Ada apa Rain?" tanya Kia merasa aneh dengan sikap laki-laki itu.

"Ehm, tidak apa-apa." Rain mengusap leher belakangnya salah tingkah.

"Ngomong-ngomong aku juga mau ke Jepang. Sampai jumpa di sana."

Rain menatap perempuan itu hingga menghilang dari pandangannya. Dia menyentuh telapak tangannya bekas jabatan mereka tadi. Lalu bergumam pelan.

"Kia ya?"

***

Jepang bukan impian Rain. Namun, kakinya justru menginjak negara itu. Dia keluar dari terminal kedatangan dan menatap ponselnya yang tidak menampilkan notifikasi apa pun. Sepertinya, ayahnya mengirim seseorang untuk menjemputnya. Rain melihat sekeliling tempat itu dan melihat seseorang menuliskan namanya dan mengangkat kertas itu tinggi-tinggi.

Rain mendekati laki-laki berambut pirang yang menuliskan namanya.

"Di mana ayahku?" tanya Rain dengan bahasa Inggris yang kacau.

"Tuan Hari sudah menunggu anda." ucap laki-laki itu dan mengambil alih koper dari tangan Rain. "Perkenalkan, aku asisten tuan Hari."

Selama perjalanan menuju tempat ayahnya berada, Rain hanya menatap pemandangan melalui kaca mobil. Tidak berniat membalas ucapan laki-laki yang mengenalkan diri sebagai asisten ayahnya. Kemampuan bahasa Inggris nya sangat buruk. Mendengar orang itu berbicara sama saja mendengar bahasa alien. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian menatap foto Eren.

Ingatannya melayang pada kejadian itu. Saat dengan jelas memergoki Eren bersama laki-laki lain. Dan mereka sedang berada di hotel, tengah bercumbu tanpa menyadari Rain menyaksikan kejadian itu sejak awal. Keduanya bahkan tidak mengenakan pakaian apa pun ketika Rain melihat Eren di sana. Rain tidak menunjukkan kemarahan meskipun kecewa pada Eren. Namun, kejadian itu, dia tidak pernah menerimanya. Eren, perempuan polos yang dicintainya menjadi orang asing yang rela tidur dengan laki-laki lain. Selama ini, Rain tidak pernah melakukan kontak fisik selain bergandengan tangan. Dia juga tidak berani mencium Eren karena menghargai perempuan itu. Ternyata semua itu hanya tipuan dan Rain dengan bodohnya mempercayainya bahkan sangat mencintainya.

Hingga hari ini.

Bangunan mewah bergaya abad pertengahan menjadi pemandangan pertama ketika mobil itu berhenti di halaman luas. Beberapa pelayan menyambut kedatangannya di pintu masuk saat Rain turun dari mobil. Dia mengikuti seorang pelayan hingga berhenti di sebuah ruangan luas dengan deretan sofa berjejer rapi. Ada banyak lukisan, salah satunya lukisan Mona Lisa yang melegenda itu. Rain bertaruh, lukisan itu bernilai tinggi dan dia tidak percaya jika ayahnya berubah menjadi orang kaya dalam waktu cepat. Terakhir, dia mendengar kabar ayahnya sakit keras dan hanya berbaring di tempat tidur. Kini, Rain menebak jika ayahnya menjadi  pemuja pesugihan agar menjadi orang kaya di negara asing.

"Gimana perjalanan kamu?"

Rain mengalihkan perhatiannya pada laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Wajah ayahnya masih terlihat sama seperti yang ada di ingatannya. Rahang tegas dengan kumis tipis dan juga kulit wajah kencang tanpa kerutan. Bahkan ibunya telah menunjukkan tanda penuaan, mengapa ayahnya masih terlihat muda?

"Kamu memang tidak banyak bicara seperti ibumu." ucap Hari lalu menghampiri Rain dan memeluknya. "Ayah senang kamu di sini Rain, maaf tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu."

Rain melepaskan pelukan itu lalu duduk di sofa. "Apa maumu?" tanyanya langsung.

"Kamu setuju dengan perjodohan itu. Artinya, kamu sudah menikah dengan Sarah." Hari memberikan sebuah foto pada Rain. "Kamu lihat fotonya baik-baik. Dia belum pernah melihatmu dan besok kamu mulai kuliah. Kalian akan tinggal bersama, jangan khawatir masalah biaya. Ayah sudah menanggung semuanya."

Rain menerima foto itu lalu bangkit dari duduknya.

"Di mana kamarku?" tanya Rain pada pelayan yang berada di tempat itu.

"Kamar anda di lantai atas. Sebelah kanan dari tangga, maaf tuan aku tidak bisa mengantar anda karena pelayan biasa tidak diperbolehkan memasuki tempat itu."

"Besok pagi Alex akan bawa kamu ke apartemen." ucap Hari sebelum Rain meninggalkan ruangan itu.

Kehidupan orang kaya memang membosankan. Rain tidak membalas ucapan ayahnya dan menaiki tangga menuju lantai atas. Dia memasuki ruangan seperti yang disebutkan pelayan tadi. Kamar dengan interior monokrom bukan kesukaannya dan ayahnya sama sekali tidak mengetahuinya.

Sekarang, Rain menyesal meninggalkan ibu dan kedua adiknya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status