Share

Bab 8 ~ Pindah apartemen

Semula Rain berpikir jika Hari tidak akan menunjukkan batang hidungnya. Namun, keajaiban itu terjadi setelah Rain membuka pintu apartemen barunya dan melihat laki-laki itu bersama Alex. Begitu melihatnya tanpa berbasa-basi langsung memeluknya. 

"Ayah merindukanmu." bisik hari di telinga Rain.

Pelukan itu berlangsung cukup lama hingga suara dering ponsel menginterupsi mereka.

"Panggilan dari Indonesia." ucap Alex kemudian memberikan ponsel pada Hari.

Rain menyeret kopernya melewati Alex setelah Hari keluar dari apartemen untuk menjawab panggilan telepon. Masih banyak barang yang belum dibereskan sedangkan Sarah berkata tidak bisa membantu karena suatu alasan. Rain hanya menanggapi dengan anggukan tidak ingin terlibat pembicaraan bersama Sarah. Dia juga tidak keberatan karena perempuan itu sudah mengirimkan barang-barangnya ke apartemen terlebih dahulu. Dan Rain tidak kerepotan karena barang-barang milik Sarah sudah teronggok di apartemen begitu dia tiba di sana. Jenis perempuan yang tidak suka merepotkan orang lain termasuk bagus, tapi mengingat kepribadian Sarah rasa syukurnya menguap.

Apartemen pilihan Hari tergolong mewah dengan tiga kamar tidur. Cat berwarna putih dan hitam menjadi interior utama di apartemen itu. Kali ini Rain memuji Hari karena laki-laki itu tahu mengenai seleranya. Selebihnya tentang letak perabotan dan dekorasi ruangan Rain tidak terlalu memperhatikannya. 

Setelah meletakkan kopernya, Rain menuju dapur untuk memeriksa bahan makanan di kulkas. Dia sempat terkejut melihat banyaknya aneka makanan sehat berjejalan di sana. Sepertinya Rain akan berubah menjadi herbivora setelah menghabiskan isi kulkas itu. Kemungkinan pelaku utamanya bukan Sarah dan Hari melainkan laki-laki yang sedang memperhatikan foto yang menempel di dinding. Rain bahkan tidak menyadari ada sebuah foto menempel di sana.

Rain mendekat lalu ikut memperhatikan foto pernikahannya dengan Sarah. Sejenis wajah orang idiot yang baru keluar dari panti rehabilitasi terpampang dalam foto itu. Siapa saja bisa menilai dari foto tersebut, Rain harus memusnahkan foto itu sebelum orang lain melihatnya.

"Sarah terlihat bahagia."

Rain menajamkan telingannya tanpa membalas ucapan Alex. Mereka berdiri bersisian menyaksikan objek yang sama, tapi berbeda penilaian. Orang buta mungkin memperhatikan detail kecil seperti senyuman Sarah yang lebar. Namun, Rain tidak tertarik memperhatikan perempuan itu. Dia hanya melihat wajahnya yang mengenaskan di foto itu.

"Kami tumbuh bersama sejak kecil dan aku tidak menyangka dia menikah dengan orang lain. Semua ini seperti mimpi dan aku tidak ingin mengakhirinya."

Meski berwajah asing, Alex cukup lancar berbahasa Indonesia. Rain mengutuk kebodohannya dulu berbicara dalam bahasa Inggris yang kacau. Untuk peran ini sepertinya Hari sengaja meminta Alex mempelajari banyak bahasa. Rain mulai membanggakan diri sendiri seolah dia orang penting di hidup ayahnya. Orang brengsek itu hanya mengambil keuntungan dari anaknya sendiri.

Sial, Rain mulai meracau.

"Aku mencintainya."

Rain melepas paksa foto itu dan membawanya ke kamar. Rupanya Alex mengikutinya berusaha mencegah Rain untuk menyimpan foto itu di bawah ranjang.

"Sarah secara khusus meminta foto pernikahannya dipajang di ruang tamu. Aku tidak bisa menolak permintaannya meski kamu keberatan. Aku tahu pernikahan ini hanya perjanjian ayahmu dan Sarah, tapi kamu sudah menyetujuinya. Suka atau tidak Sarah sudah menjadi istrimu."

Bagus! Orang luar pun berusaha mencampuri urusannya. Rain melempar foto itu di atas ranjang agar mulut laki-laki itu berhenti berbicara. Dia tidak akan menciptakan drama perselingkuhan di depan Hari karena enggan terlibat dalam hubungan rumit Alex dan Sarah.

"Jangan berpikir buruk tentang Sarah." ucap Alex.

Rain tidak peduli mengenai Sarah, tapi dia peduli mengenai dirinya sendiri dan tindakan perempuan itu yang telah menyentuhnya. Jika membunuh orang legal maka Rain akan memutilasi Sarah dan memberikannya pada anjing. Mimpi pun Rain tidak bersedia orang asing menyentuhnya. Sementara Sarah memiliki hak apa? 

Selain istri di atas kertas.

"Dia tidak pernah menyentuhmu Rain."

Sudut bibir Rain terangkat ke atas. "Menyentuh atau tidak, aku tidak akan menyukainya."

"Tidak perlu menyukainya Sarah juga mengerti ada orang lain di hatimu."

"Keluar, aku ingin sendiri." usir Rain dengan tangan terkepal.

"Sayangnya aku tetap di sini sampai ayahmu membuat keputusan."

Lagi-lagi orang brengsek itu.

***

Makan siang dengan menu Indonesia sedikit mengurangi ketegangan Rain akan pembicaraannya dengan Hari. Seperti mimpi di siang bolong, Rain mengira laki-laki yang sibuk di dapur adalah alien yang turun dari planet mars. Namun, kenyataannya Hari yang memenuhi meja makan dengan makanan kesukaannya. Jenis orang brengsek yang tidak akan menjadi ayah yang baik karena makanan itu hanya sebuah sogokan. Rain tahu Hari ingin meminta sesuatu dan kemungkinan menyangkut tentang Sarah.

Suara denting piring dan sendok berakhir menandakan makan siang telah usai. Rain meneguk air putih dengan hati-hati agar tidak tersedak ketika Hari mulai mengatakan sesuatu.

"Sarah berada di luar negeri." ucap Hari membuka percakapan.

Rain meletakkan gelasnya di meja. "Lalu?" tanyanya acuh.

"Kamu harus bersikap baik pada Sarah."

Rain menatap Alex yang duduk di kursi seberangnya. "Aku hampir membunuhnya."

Alex berusaha menyembunyikan amarah dan Rain sengaja memancing emosi laki-laki itu. Hari yang bodoh bahkan tidak menyadari Alex mengepalkan tangan di atas meja makan. 

"Sarah tidak menyentuhmu, dia hanya membantumu. Ayah ingat kamu sering demam tengah malam dan ibumu selalu merawatmu. Kamu seharusnya mengucapkan terima kasih bukan malah mencekiknya." ucap Hari lembut.

"Cepat katakan terus terang." pinta Rain tak sabar melihat sandiwara Hari.

"Ayah tidak ingin kalian bercerai, satu permintaan ini apa kamu bisa melakukannya?"

"Aku tidak pernah berkata ingin bercerai." ucap Rain datar.

"Satu tahun ini Sarah berada di luar negeri, dia memiliki urusan dan ayah yang bertanggung jawab atas urusannya. Rain, jangan pernah menceraikannya."

Rain kembali menatap Alex, kali ini ekspresi Alex berubah lega. Sepertinya perceraian bukan keinginan laki-laki itu. Ternyata masih ada cinta yang tulus. Rain bahkan tidak pernah menemukan seseorang yang mencintainya dengan tulus.

"Rain, jaga dirimu baik-baik ayah tidak bisa mengunjungimu karena pekerjaan. Kalau ada sesuatu katakan pada Alex. Dia bertanggung jawab penuh atas keperluanmu dan Sarah."

"Mungkin Sarah yang lebih membutuhkannya." ucap Rain santai.

"Mereka seperti saudara kandung dan Sarah lebih membutuhkanmu karena kamu suaminya. Sekali-sekali hubungi Sarah dan tanyakan kabarnya, dia sangat menyukaimu Rain."

Rain meletakkan ponselnya di meja. "Aku tidak punya nomor ponselnya."

"Alex, minta Sarah hubungi Rain." Hari bangkit dari duduknya. "Bantu Rain membersihkan apartemen."

"Tapi tuan tidak bisa—"

"Ada sopir, aku akan pulang dengan selamat."

Rain mengantar Hari menuju pintu dan melihat laki-laki itu masuk ke dalam lift. Sekarang hanya ada mereka berdua di apartemen.

Rain menunjuk kopernya di lantai. "Masukkan pakaianku di lemari dan susun semua barang-barang Sarah di kamarku."

"Kalian tidur satu kamar?" tanya Alex.

"Tentu saja dia istriku."

"Rain, kau melihatnya kan? Kau melihatku dan Sarah berciuman?" Alex menahan langkah Rain. "Karena aku melihatmu di sana."

Rain tersenyum kecil. "Iya melihatnya sayang sekali kalian tidak bercumbu."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status