Share

Bab 8 - Taruhan

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-08 08:29:56

"Baiklah, kalau begitu tak ada gunanya terus menjalin pertunangan ini." ia menghela napas panjang, lalu melanjutkan dengan nada santai namun menusuk. "Mulai sekarang, kita tidak punya hubungan apa pun lagi."

Kata-kata itu seolah menjadi tamparan keras bagi Qin Lan. Niatnya datang memang untuk membatalkan pertunangann itu, namun bukan Zhu Long yang harus memutuskannya, tetapi dia sendiri.

Tatapan gadis itu langsung berubah tajam. "Harusnya aku yang mengatakan hal itu, dasar sampah!" ejeknya dengan anda berat dan dingin.

Zhu Long menyipitkan matanya, lalu tersenyum tipis.

"Sampah?" ucapnya santai, "Bukankah kata itu lebih cocok untuk dirimu sendiri, Nona Qin?"

Mendengar ejekan balik itu Qin Lan mengerutkan keningnya, wajahnya memerah karena amarah.

"Apa kau bilang?! Kau bahkan jauh lebih lemah dariku! Berani-beraninya kau mengatakan aku sampah?!" bentakannya menggema di ruangan.

Sementara itu, Niu Feng hanya terkekeh pelan. "Nona Qin telah menerobos ke ranah Pemurnian Roh tahap lima dalam beberapa bulan saja," katanya, "Sementara dirimu, kau bahkan tak mampu menembus tahap empat. Lebih buruk lagi... kultivasimu tampaknya menurun, Zhu Long."

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar ruangan. Zhu Jiang tertegun. Alisnya berkerut dalam.

'Kultivasi Long'er menurun? Bagaimana bisa?!'

Sebagai putra Zhu Jiang, Zhu Long memiliki bakat luar biasa. Dan dia sendiri telah membuktikan kelayakannya di saat ujian penerimaan murid sekte Linjian. Dengan bakat akar roh ungu, itu adalah sebuah keajaiban yang hanya muncul satu kali dalam seribu tahun.

Sementara penurunan kultivasi hanya mungkin terjadi jika seseorang mengalami kerusakan dantian yang parah.

Namun, bagaimana bisa dantian Zhu Long mengalami kerusakan?

Pertanyaan ini mengusik pikiran Zhu Jiang, saat itu pula ia merasakan ada sesuatu yang jagal tentang hal ini.

Di tengah aula Zhu Long tetap berdiri tegak. Meskipun dirinya dihina dan direndahkan di hadapan semua orang, ia tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan.

Sebaliknya, ia tersenyum tipis. Namun di balik senyum itu matanya berkilat tajam. Ia menatap lurus ke arah Qin Lan, lalu dengan suara yang jelas dan mantap, ia berkata, "Benar, kultivasiku memang menurun… Tapi tahukah kalian alasannya?"

Beberapa orang yang hadir mulai saling berbisik. Para tetua klan menunggu jawaban dengan penuh rasa ingin tahu, sementara Zhu Jiang sendiri tampak semakin serius, tak bisa mengabaikan masalah ini begitu saja. Walaupun pertunangan ini juga masalah serius, tapi itu tak cukup penting jika dibandingkan dengan masalah penentu masa depan anaknya sendiri.

Zhu Long menghela napas sebelum kembali menatap Qin Lan dengan sorot dingin.

"Itu semua karena Nona Qin mengambil setiap ramuan dan sumber daya kultivasi yang kumiliki." ujarnya padahal yang membuat kultivasinya menurun adalah karena Niu Feng yang dengan sengaja menusuknya dari belakang.

Pada saat itu Zhu Long berada dalam satu kelompok dengan Niu Feng saat menjelajahi hutan Zuku untuk mencari tanaman herbal. Namun, nyatanya mereka semua adalah pengikut setia Niu Feng hingga akhirnya mereka semua bersekongkol untuk menjatuhkan Zhu Long.

Apa yang diungkapkan Zhu Long tadi memang tak sepenuhnya benar, tapi hal seperti itu juga dapat di anggap sebagai alasan mengapa kultivasinya menurun. Dan ia juga tak ingin mengatakan alasan sebenarnya mengapa kultivasinya menurun.

Dulu, selama di Sekte Linjian, Zhu Long hampir tak pernah memanfaatkan sumber daya yang diberikan kepadanya. Semua yang dia dapatkan, tanpa ragu, dia berikan kepada Qin Lan.

Zhu Long melakukan itu karena rasa cinta pada tunangannya. Namun sekarang setelah mendapatkan semua manfaat itu... Qin Lan justru datang dengan tuduhan dan penghinaan terhadap Zhu Long.

Mendengar kata-kata Zhu Long, kesadaran Qin Lan seolah di hantam oleh palu godam. Wajahnya memerah, bukan karena malu, tetapi karena marah.

"Apa katamu?! Bahkan jika kau tak memberikan semua sumber dayamu padaku, aku tetap bisa meningkatkan kultivasiku dengan cepat melebihi bakatmu itu!" serunya, suaranya bergetar karena emosi.

Zhu Long tertawa kecil. "Oh? Kau berkata begitu hanya karena sekarang kau sudah tak mendapatkan manfaat apa pun dariku, bukan?"

Namun sebelum Qin Lan dapat mengucapkan kata-katanya, Niu Feng segera mendahuluinya.

"Tenang saja, Nona Qin," katanya dengan nada lembut, tetapi sarat dengan kesombongan. "Dalam sebulan, Sekte Linjian akan mengadakan evaluasi tahunan. Saat itu tiba, kau hanya perlu membuktikan bakat luar biasamu dan menjadi murid bagian dalam sekte."

Qin Lan menarik napas dalam, sedikit tenang setelah mendengar kata-kata itu. Namun, Niu Feng belum selesai. Ia melirik Zhu Long dengan sinis sebelum melanjutkan, "Sementara dia..."

Ia berhenti sejenak, lalu menunjuk Zhu Long dengan percaya diri. "Mungkin hanya bisa bermimpi untuk menjadi murid bagian dalam sekte."

Beberapa anggota klan Qin yang hadir tertawa kecil. Sebagian dari mereka menyeringai, menikmati penghinaan yang baru saja dilontarkan. Namun, berbeda dari yang mereka harapkan, Zhu Long tetap diam. Tak menunjukkan amarah atapun emosi yang meledak seperti yang diharapkan oleh Qin Lan dan Niu Feng.

Zhu Long menatap Qin Lan dan Niu Feng dengan sorot mata tenang. "Kalau begitu, bagaimana jika kita bertaruh?" katanya dengan suara yang cukup lantang untuk terdengar di seluruh aula.

Orang-orang mulai menunjukkan berbagai reaksi. Beberapa terkekeh, merasa ucapan itu hanya lelucon belaka. Yang lain memasang ekspresi terkejut, tidak percaya bahwa seseorang dengan kultivasi yang menurun berani mengajukan tantangan kepada seorang jenius seperti Qin Lan.

Di tengah kegaduhan itu, Qin Xiao—kepala klan Qin sekaligus ayah Qin Lan—menghela napas. Ia menggeleng pelan, seolah merasa kasihan pada Zhu Long yang dianggapnya hanya membuat malu dirinya sendiri.

"Taruhan?" Niu Feng menyeringai. "Orang sepertimu memangnya bisa apa? Kultivasimu bahkan tak sebanding dengan Nona Qin, tapi kau masih berani menantangnya bertaruh?" cibirnya dengan nada mengejek.

Zhu Long tidak membalas secara langsung. Ia hanya tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara yang terdengar santai namun menusuk, "Kalau begitu, aku anggap kalian terlalu takut bahkan untuk menerima tantangan dari orang lemah sepertiku. Mengecewakan."

Seketika wajah Qin Lan dan Niu Feng mengeras. Kata-kata Zhu Long seolah menampar harga diri mereka. Sebagai murid berbakat Sekte Linjian, ditantang oleh seseorang yang memiliki kultivasi lebih rendah saja sudah cukup memalukan, apalagi jika mereka menolak.

Qin Lan mengepalkan tangannya, amarahnya membuncah. "Cukup! Aku tak mau mendengar ocehanmu lagi. Aku terima tantanganmu!"

Ruangan menjadi semakin tegang. Semua orang menunggu kelanjutan dari taruhan ini. Namun, Qin Lan belum selesai. Ia melangkah maju, menatap Zhu Long dengan penuh penghinaan.

"Sebagai taruhannya, jika aku menang, kau harus merangkak seperti anjing dan meninggalkan Sekte Linjian selamanya!" katanya lantang, suaranya dipenuhi ejekan.

Suasana aula seketika meledak dalam bisikan dan gumaman. Taruhan itu bukan sekadar persaingan biasa. Jika Zhu Long kalah, bukan hanya kehormatannya yang hancur, tapi juga masa depannya di Sekte Linjian.

Zhu Jiang, yang sejak tadi hanya diam dan mengamati, akhirnya berdiri dengan aura yang meledak-ledak. Tekanan kuat langsung menyapu seluruh aula, membuat beberapa orang dengan kultivasi rendah gemetar ketakutan.

"Berani sekali kau mengucapkan penghinaan seperti itu di dalam aula Klan Zhu!" desis Zhu Jiang dengan nada berbahaya, matanya menatap tajam ke arah Qin Lan.

Namun, sebelum keadaan semakin memburuk, Qin Xiao ikut berdiri. Aura yang sama kuatnya terpancar dari tubuhnya, menetralkan tekanan yang dikeluarkan oleh Zhu Jiang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 107 - Bertemu Bai Fu Kembali

    Kabut tipis mulai turun di atas atap-atap bangunan saat malam menggulung perlahan, menutupi langit dengan warna kelabu pekat. Di tengah keheningan malam, langkah kaki yang tenang namun tegas terdengar menembus halaman depan Paviliun Qian Hua—pusat alkimia paling ternama di kota Hongli. Paviliun itu menjulang megah dengan pilar-pilar merah tua yang menopang atap melengkung khas arsitektur kuno, sementara cahaya lentera berayun pelan, menebar bayangan lembut ke segala arah.Zhu Long berdiri di ambang gerbang paviliun, memandang bangunan itu dengan tatapan tajam namun tanpa emosi. Setelah beberapa bulan, ia akhirnya kembali ke tempat ini lagi. Terakhir kali dia datang ke sini adalah saat pertaruhan dengan Bai Fu, sosok yang dikenal sebagai Master Obat Surgawi di kota ini.Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah tergesa dari dalam paviliun. Seorang pria tua dengan janggut putih yang menjuntai hingga dada muncul dari balik pintu kayu besar. Jubah alkimianya setengah terbuka, dan na

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 106 - Kemarahan Qin Xiao

    "Apa katamu!?" Suara Qin Xiao menggema memecah keheningan di aula utama klan Qin. Tatapan matanya menajam. Wajahnya menegang, urat-urat di pelipisnya menonjol seiring dengan amarah yang semakin menggelora saat mendengar laporan penjaga klan."Kalian bilang... Qin Litian mati!?" suaranya naik satu oktaf, mencampurkan keterkejutan dan kemarahan yang sulit dibendung. Ia bangkit dari singgasananya dengan gerakan menghentak. "Siapa yang melakukannya!? Bagaimana mungkin ada orang yang cukup kuat mengalahkan saudaraku? Dia adalah ahli di ranah Pemadatan Inti tahap menengah! Aku yakin, tak ada satu pun orang di kota ini yang bisa menandinginya!"Seorang pria berseragam merah-hitam khas penjaga klan Qin, berlutut gemetar di hadapannya. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya menggigil seperti daun dihembus angin musim dingin. "Be-benar, Tuanku... Kami juga tak percaya awalnya. Namun para saksi mata adalah warga sekitar yang mengatakan bahwa... seorang pemuda bernama Zhu Long muncul tiba-tiba di kota."

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   105 - Takdir Untuk Balas Dendam

    Sepanjang perjalanan menuju komplek timur kota, langkah Zhu Long terasa semakin berat, seolah-olah bumi enggan memberi jalan untuknya. Keningnya berkerut dalam, matanya tak pernah berhenti menyapu jalanan sepi di depannya. Ada sesuatu yang terus mengusik pikirannya, seperti bisikan mistis yang berulang kali memperingatkan kenyataan pahit yang akan segera terungkap. Angin berdesir dingin, menusuk hingga ke tulang, dan burung-burung gagak yang biasanya jarang terlihat di daerah ini, kini bertengger diam di atap-atap rumah rusak, menatapnya dengan mata kosong yang membuat bulu kuduk meremang.Beberapa detik kemudian, langkahnya terhenti di depan sebuah gerbang besar yang sudah setengah runtuh. Di sinilah dulu berdiri kediaman megah klan Zhu—tempat yang dulunya dipenuhi canda tawa dan hiruk-pikuk para generasi muda klan. Namun kini, semua itu tinggal bayangan masa lalu.Tatapan mata Zhu Long menajam, seperti mata elang yang melihat mangsanya dari kejauhan. Alisnya bertaut begitu rapat h

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 104 - Pertarungan II

    Ketika debu perlahan mengendap di udara, bergulir jatuh ke tanah seperti tirai tipis yang perlahan tersingkap. Di tengah kehancuran dan jejak ledakan barusan, sesosok masih berdiri tegak, nyaris tak bergeming, seolah ledakan dahsyat yang memporakporandakan jalur utama kota Hongli hanyalah hembusan angin sepoi di musim semi.Zhu Long berdiri di sana, dengan tatapan dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang. Di depannya, roda gerigi spiritual berwarna emas berputar lambat namun mantap, memancarkan kilatan cahaya dan tekanan spiritual yang begitu berat hingga udara di sekitarnya bergetar pelan. Roda itu bukan hanya senjata tapi juga perisai yang melindungi.Qin Litian yang melihat itu menggertakkan gigi, tak percaya dengan apa yang ia saksikan. "Kau lumayan tangguh juga, ya…" desisnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar karena amarah yang mendidih di dadanya. "Tapi ini belum berakhir. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!"Dengan segerakan penuh, Qi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 103 - Pertarungan

    Meskipun tak memiliki ikatan darah langsung dengan klan Zhu, Zhu Long menyadari satu kebenaran yang tak bisa ia abaikan: tanpa keluarga itu, tubuh yang kini ia huni mungkin tak akan pernah ada di dunia ini. Ia bukan seseorang yang sentimental, tapi ia tahu cara membalas budi—dan itu cukup menjadi alasan baginya untuk berdiri tegak hari ini. "Kau mencoba memprovokasiku, ya?" ucap Zhu Long dengan nada datar. Kata-katanya terdengar seperti ancaman, tapi sesungguhnya ia hanya ingin memastikan satu hal—apakah yang baru saja dikatakan oleh Qin Litian tadi hanyalah gertakan kosong, atau sebuah kebenaran yang membawa bau dendam. Qin Litian mendengus kesal. "Hmp! Sudahlah, jangan banyak omong! Apa yang kukatakan bukanlah kebohongan. Setelah kami menangkapmu, kau sendiri akan tahu segalanya! Sekarang... hajar dia!" Dengan satu seruan itu, lusinan kultivator dari klan Qin yang berdiri di sekelilingnya langsung bergerak. Mereka menyerbu seperti gelombang prajurit yang hendak mengeksekusi peng

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 102 - Kembali Ke Kota Hongli

    Sekembalinya dari klan Xiao, Zhu Long tidak langsung menuju sekte Yunzhou seperti yang seharusnya. Justru, ia mengambil jalur berlawanan melewati batas perbatasan Negara Zhang, menuju tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi—kota Hongli, yang terletak di Negara Qingli. Perjalanan memakan waktu beberapa hari. Sepanjang jalan, ia melewati pegunungan, hutan dan ladang yang mulai menguning, menandakan datangnya musim gugur. Meski tubuhnya lelah dan pakaian jubah biru tuanya berdebu, sorot matanya tetap tenang namun penuh kehati-hatian. Ada rasa rindu yang tak ia pahami sepenuhnya dalam hatinya—mungkin karena kenangan samar dari pemilik tubuh ini. Akhirnya, Zhu Long berdiri di depan gerbang kota Hongli. Ia memandang ke arah dalam dengan pandangan tajam namun penuh pertimbangan. Kota itu tampak seperti biasanya: sibuk, ramai, dan dipenuhi suara pedagang yang berteriak menjajakan barang, derap kaki kuda, serta keramaian pasar yang tak pernah tidur. Namun, di balik kesibukan itu, ada se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status