Home / Fantasi / Raja Baru untuk Dunia Kegelapan / 7. Sesuatu yang Tersembunyi

Share

7. Sesuatu yang Tersembunyi

Author: Rai Seika
last update Last Updated: 2023-12-31 23:50:15

Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.

“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.

Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.

“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhnya kebas. Sayup-sayup suara seakan menghilang dan berganti dengan ketenangan yang nyaman. Rafael terlepas dari Fury, dia terjatuh.

“Paman!”

Yui melompat, dia kembali menggunakan sayap merah membara Suzaku, terbang dengan kemampuan sang burung api, Phoenix. Dia berusaha menangkap Rafael sebelum jatuh ke tanah. Di saat yang sama tangan lain meraih tubuh Rafael dan mereka berdua mendarat dengan selamat.

“Terima kasih, Yuan.” Yui tersenyum simpul kepada kembarannya yang telah membantu menolong Rafael

“Dia juga pamanku,” balas Yuan yang kemudian berjongkok dan memeriksa Rafael.

“Yui, bukankah tadi dia terkena pecahan es?” Yuan meraba tubuh Rafael, tidak ada pecahan es maupun bekas luka.

“Ya, dia melindungiku tadi,” balas Yui yang juga memperhatikan Rafael dengan seksama. Gadis manis itu meraba bagian dada yang seharusnya ada luka di sana. “Bukankah ini aneh?” lanjut Yui menoleh ke arah Yuan yang sudah berpindah memeriksa Fury. Dia melihat makhluk kecil berwarna biru sedang mengobati naga hitam itu. Luka akibat anak panah mulai tertutup.

Rafael perlahan membuka matanya. Seperti sedang ditiupkan debu sihir, matanya terasa begitu berat untuk terbuka. Enggan rasanya untuk sekadar membiarkan sinar masuk dan melihat dunia. Meskipun berat, siluet seorang gadis di depannya membuat pria malas ini penasaran. Sedikit demi sedikit matanya mampu menangkap gambaran jelas gadis cantik berambut hitam yang tertata rapi dengan aksesoris indah dan elegan. Tanpa sadar dia meraih gadis itu dan membelai wajahnya.

“Putri Yui.”

Kata yang tidak pernah terucap dari mulut Rafael. Seumur hidup dia belum pernah memanggil keponakannya dengan sebutan putri. Seketika matanya terbelalak dan dia bangun.

“Apa tadi yang kukatakan?!” batin Rafael.

“Paman?” Yui yang melihat Rafael seperti orang kebingungan. Mata hitam Rafael terlihat bergerak mencari-cari sesuatu dan keringat sebesar bulir-bulir padi di wajahnya menetes.

“Apa kau mendengar sesuatu?” tanya Rafael kepada Yui.

“Ti ... dak ada,” jawab Yui yang ikut melirik ke kiri dan ke kanan. Namun, tidak ada apapun di tempat itu, hanya sebuah lapang terbuka yang jauh dari istana kegelapan.

Rafael mengusap kepalanya seakan ada sesuatu dalam kepalanya yang bergumam. Dia juga meraba bagian tubuh yang seharusnya terluka tetapi sudah sembuh begitu saja.

“Bukankah tadi aku terluka? Apa Yuan menyembuhkanku?” tanya Rafael.

“Tidak,” jawab Yui. Gadis manis ini memperhatikan pria di depannya yang terlihat semakin pucat.

“Paman sakit?” lanjut Yui.

“Tidak, iya, bukan,” balas Rafael yang bingung mengutarakan rasa dalam dirinya. Matanya melihat Yui dengan cara aneh, gadis yang selalu memanggilnya paman ini terlihat begitu menawan. Rafael mengucek matanya dan berkedip beberapa kali lalu melihat ke arah Yui.

Sepasang mata bulat dengan warna hitam jernih menatapnya penuh tanda tanya. Tanpa suara gadis itu membuat jantung Rafael berdekat sangat kencang. Hal yang tidak biasa terjadi, selama ini dia sudah berusaha menyembunyikan dan bersikap biasa layaknya paman dengan keponakan.

“Yui, menjauhlah dariku,” ucap Rafael tiba-tiba.

“Hah?!”

“Paman, sakit?” Yui bukan menjauh dia justru semakin mendekati Rafael dan menyentuh dahinya dengan punggung telapak tangan.

“Tidak panas,” gumam Yui saat membandingkan suhu dahi Rafael dengan dahinya.

Rafael melepaskan tangan Yui dari dahinya dan berbalik. Dia meletakkan tangannya di dada dan merasakan detakan jantung yang tidak beraturan.

“Putri Yui, bukankah dia cantik?”

Mata Rafael terbelalak, suara itu bukan berasal dari luar, tetapi berasal dari jantungnya. Dia menoleh ke arah Yui, benar dugaannya matanya tidak lagi bisa melihat Yui sebagai keponakannya, tetapi orang lain. Seseorang yang membuat detak jantungnya tak bisa tenang.

“Aku menunggu detak jantung seperti ini, tapi kenapa berdetak saat melihat Yui, kenapa harus dia,” batin Rafael. Kakinya melangkah menjauh selangkah demi selangkah hingga akhirnya dia berlari menjauh dari keponakannya.

“Paman!”

Suara nyaring Yui tidak menghentikan Rafael. Dia tetap berlari menjauh.

“Fury, jaga mereka berdua, bawa mereka ke kediaman Blakdragon” ucap Rafael dalam benaknya, benak yang terhubung dengan naga hitam yang sedang diobati oleh Yuan.

Rafael terus bergerak tanpa menoleh ke belakang. Dia menghindari Yui karena ingin memastikan apa yang terjadi dengan dirinya. Dia berlari hingga kediaman Blackdragon. Malam sudah cukup larut saat dia sampai di rumah megah Blackdragon.

“Kau sudah kembali.” Suara parau dan renta dari Alden mengagetkan Rafael yang masuk mengendap-edap.

“Kakek!”

“Keduanya sudah tidur, lebih baik jangan ganggu mereka. Ikut denganku.” Pria tua itu berbalik dan Rafael mengikutinya hingga mereka masuk ke dalam ruang harta. Seperti namanya, ruangan ini berisi benda-benda berharga yang berasal dari berbagai tempat.

“Kau pasti tahu siapa yang mengumpulkan semua benda ini,” ucap Alden dan Rafael hanya mengangguk.

Sebuah tirai tebal berdebu berwarna merah ditarik pria renta tersebut. Rafael terbatuk karena debu yang begitu tebal hingga dia melihat benda di balik tirai tersebut.

“Cermin?” Rafael menatap kakeknya,

Mata sayu yang terlihat sudah lelah itu berdiri di depan cermin lalu berkata, “Hidupku sudah begitu lama, rasanya aku sudah lelah.”

“Kakek, jangan bicara seperti itu. Kakek masih sehat,” balas Rafael sembari meniup debu di atas sebuah kotak kayu. Dia pun duduk di sana.

“Aku lelah dengan tingkahmu dan juga ayahmu!” Suara kakek tua itu terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.

“Jangan bahas itu lagi,” balas Rafael membuang muka dan berharap bisa kabur dari tempat ini secepatnya.

“Bawa cermin ini dan letakkan di kamarmu!” perintah Alden. Pria tua itu berjalan keluar tanpa menghiraukan Rafael. Dia juga tidak memastikan apakah Rafael akan benar-benar menuruti perintahnya atau tidak.

Rafael sekilas melihat cermin besar yang tergantung rapi. Ukiran indah bingkai cermin membuatnya tertarik untuk menyentuhnya. “Kalau Yui melihatnya dia pasti suka, ukirannya bagus,” gumam Rafael.

“Benar, Putri Yui pasti suka.”

Rafael menoleh ke belakang, matanya waspada melihat ke seluruh penjuru. “Siapa kamu, tunjukkan dirimu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   263. Suara Harpa

    Yui dan Yuan berdiri di luar dinding istana, hembusan angin lembut membelai rambut mereka. Jemari mereka dengan hati-hati menaburkan benih-benih ajaib dari dunia atas ke tanah yang dahulu gersang. Di bawah sentuhan mereka, dunia bawah yang dulunya kelam kini dipenuhi berbagai warna—hijau rumput yang merayap, kuning keemasan bunga-bunga liar, segala macam tanaman mulai mengular dari dalam tanah. Yui menoleh, alisnya berkerut melihat saudaranya. "Yuan, kau tidak apa-apa?" tanyanya, memperhatikan kembarannya yang tengah memainkan harpa keemasan—benda legendaris yang diperebutkan banyak makhluk.Yuan menggeleng pelan, jemarinya masih menari di atas senar harpa. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat, matanya tetap terfokus pada alat musik di tangannya.Kebangkitan Yuan beberapa waktu lalu sungguh menggemparkan seluruh kerajaan. Bukan hanya wujudnya yang telah berubah sempurna sebagai raja kegelapan, tetapi juga reaksi tidak biasa dari harpa ajaib tersebut. Harpa keemasan itu bersinar terang,

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   262. Benih Kebangkitan

    Cahaya keemasan menyusup di antara dedaunan saat Raja Arlen membimbing Yui menyusuri jalan setapak menuju area tidak jauh dari Pohon Kehidupan. Angin lembut menerbangkan helaian rambut Yui, sementara matanya menangkap sosok Rafael yang tengah berbincang serius dengan Moura di kejauhan, wajah keduanya tampak khidmat di bawah naungan cabang-cabang raksasa."Sebelah sini," ujar Raja Arlen sambil menunjuk dengan jemarinya yang panjang dan ramping. Jubah kerajaannya berdesir lembut menyapu rumput saat ia memimpin Yui menuju sebuah pondok mungil yang hampir tersembunyi di balik rimbunnya aneka bunga warna-warni. Aroma manis nektar merebak di udara, menggelitik indra penciuman.Pintu pondok terbuka dengan derit pelan. Seorang pria melangkah keluar, mengenakan tunik berwarna lumut khas kaum elf yang melekat sempurna di tubuhnya. Namun, tidak seperti para elf lainnya, telinga pria itu tidak meruncing dan wajahnya tidak memancarkan keanggunan abadi yang biasa dimiliki kaum elf."Yoru!" pekik Y

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   261. Undangan

    Yui mendarat dengan lincah setelah melompat dari punggung Fury, naga hitam milik Rafael. Rambut panjangnya melambai tertiup angin saat kakinya menyentuh tanah. Matanya berbinar melihat sosok yang telah menunggunya."Kakak!"Yui menghambur ke pelukan Yuasa, jemarinya mencengkeram erat jubah sang kakak sementara aroma khas dedaunan segar menguar dari tubuh Yuasa. Mata keduanya berkaca-kaca, pertemuan yang menggetarkan jiwa setelah sekian lama terpisah."Kau baik-baik saja, Yui? Bagaimana tubuhmu setelah bangkit kembali?" tanya Yuasa sambil meneliti setiap inci wajah adiknya. Jemarinya yang ramping menyentuh pipi Yui, memancarkan energi keemasan yang menelusuri setiap sel dalam tubuh sang adik. "Setelah semua ini selesai, biarkan kakak menyembuhkanmu."Dahi Yuasa berkerut dalam. Sensasi dingin menjalar dari tubuh Yui—sesuatu yang sangat janggal. Api Suzaku yang seharusnya berkobar hangat kini terasa beku seperti es abadi."Tentu, untuk saat ini kakak fokus saja dengan pernikahan. Urusan

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   260. Malam Berbintang

    Malam di Kota Naga. Bintang-bintang bertaburan seperti permata di langit malam Kota Naga. Rafael berdiri sendirian di balkon gedung tertinggi, kedua tangannya mencengkeram pagar besi yang dingin sementara matanya menelusuri konstelasi-konstelasi yang berkilauan. Hembusan angin malam meniup rambut gelapnya, mengirimkan sensasi dingin yang menusuk tulang, namun Rafael tak bergeming.Suara langkah kaki lembut terdengar di belakangnya. Rafael menoleh, alisnya terangkat saat mengenali sosok yang mendekat."Yuichi?"Sosok itu tersenyum. Wajahnya merupakan versi maskulin dari Yui, garis rahang yang sama, mata yang sama, tetapi dengan ketegasan yang hanya dimiliki seorang ayah."Sendirian?" tanya Yuichi, suaranya merdu membelah keheningan malam.Rafael mengangguk pelan, lalu menggerakkan tangannya ke arah kursi kosong di sampingnya. Yuichi melangkah maju dan duduk, jubah hitamnya melambai pelan tertiup angin."Malam ini indah meskipun tanpa bulan," ucap Rafael, matanya kembali menatap cakraw

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   259. Kebangkitan

    Bunga putih mungil bertebaran di aula, mirip kepingan dandelion yang rapuh. Setiap tamu berjalan perlahan, meletakkan bunga kecil tanda penghormatan terakhir. Bunga-bunga itu mencerminkan ketangguhan luar biasa, seperti kehidupan yang bertahan di balik kerasnya dunia bawah, membisu namun tak terkalahkan. Mereka menyebutnya bunga bintang roh. Eirlys menatap Yuan yang terpejam, sosoknya tenang seakan tertidur lelap. Alunan harpa mengalir lembut memenuhi aula, melukiskan kesedihan yang mencekam setiap sudut ruang. Matanya menyipit saat menyadari bunga putih di dekat Yuan mulai membeku, embun es merangkak perlahan mengubah kelopak menjadi kristal dingin. Hawa sejuk mulai merambat, menusuk tulang."Mungkinkah?!"Dalam sekejap, Eirlys bangkit dari tempatnya. Langkahnya cepat mendekati peti kaca tempat Yuan dibaringkan. Jemarinya mendorong penutup tebal dengan tekad membara. Jantungnya berdebar dengan kencang, sebuah api harapan muncul. "Putri Eirlys, relakan Yang Mulia!" Xavier bergerak c

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   258. Kepergian sang Raja

    Senar harpa emas kaum elf bergetar lembut, berbeda dari instrumen biasa. Energi yang digunakan untuk menggerakkan senar ini sangat banyak. Eirlys membiarkan jemarinya terkulai di atas senar, tenaga terampas habis. Napasnya terengah-engah, seakan udara di sekitarnya menghisap oksigen dari paru-parunya."Eirlys!" Lixue melompat mendekati, gemetar mengambil harpa keemasan dari tangan sang adik. Dengan lembut, dia meletakkan instrumen berkilau itu di meja terdekat. "Istirahatlah sekarang." Lengannya melingkari pinggang Eirlys, memapah tubuh lemah itu menuju kursi panjang. Dengan hati-hati, dia mengangkat kaki adiknya dan membiarkan Eirlys setengah berbaring."Kak, bagaimana Yuan?" bisik Eirlys, kekhawatiran menembus kelelahan yang menyelimutinya.Lixue menggenggam tangan adiknya, mencoba menenangkan. "Dia akan baik-baik saja. Ingat, Tuan Xavier dan Tuan Ernest sedang menyiapkan ramuan untuknya." Dalam hati, dia berdoa agar takdir berkata lain. “Semoga Yuan bertahan, setidaknya biarkan Eir

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   257. Liontin Lenora

    Jalanan di depan Yuan terlihat asing. Jalan dengan bebatuan hitam, meskipun itu batu, tetapi tidak terasa seperti batu biasa. Dia mengamati orang-orang yang berjalan menuju ke satu arah yang sama, sebuah gerbang besar di ujung jalan, gerbang yang tidak terlihat jelas tulisan namanya. Yuan masih sangat jauh dari gerbang itu. “Akhirnya perjalanan terakhir,” gumam Yuan yang tahu di mana dia sekarang. Dunia orang mati. Kaki Yuan berhenti melangkah saat seorang wanita dengan jubah putih berdiri di hadapannya, muncul begitu saja hingga dia hampir jatuh tersungkur karena kaget. “Lenora!”“Pangeran Yuan, apa yang Anda lakukan di sini!” Suara Lenora terdengar penuh kekesalan dan amarah seakan dia sedang memarahi seorang anak nakal. “Hah?” Reaksi Yuan mendengar ucapan Lenora. Dia tidak tahu harus menjawab apa, tentu saja dia di sini karena nyawanya sudah terpisah dari tubuhnya. “Kuulangi, Pangeran, ah tidak, Yang Mulia Raja Yuan, kembalilah sekarang juga!” Lenora berkata dengan nada lebih

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   256. Gunjingan

    “Apa aliran air ini sudah dimantrai?” tanya pria yang menampilkan lengan hitamnya. Dia mengambil air dan menyiramkannya ke tangan hitamnya. “Mantra Genbu dari Putri Yui. Dengan adanya mantra ini tidak akan ada pencurian air untuk kepentingan pribadi yang ingin menjual air ini.” Penjaga itu kemudian terlihat menghela napas panjang sebelum kembali berbicara. “Sayangnya, kabar buruk terdengar di istana. Kabarnya Yang mulia saat ini dalam kondisi kritis.” Mendengar penuturan penjaga tersebut, pria yang sepanjang jalan selalu memberikan argumen tidak menyukai raja yang sekarang terlihat marah. “Apa katamu! Lalu kenapa mengundang kami jika dia sendiri dalam keadaan kritis, bukankah dia tidak akan bisa menyembuhkan kami!” suara pria itu terdengar begitu keras hingga mengundang perhatian orang-orang di sekitar. “Tuan tenang saja, di istana semua sudah dipersiapkan.” Penjaga gerbang berusaha menekan amarah pria itu, tetapi tidak berhasil. “Lebih baik kita pulang saja!” Pria dengan lengan

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   255. Air di Jalanan Ibukota

    Dunia bawah lebih berwarna. Langit yang biru membawa semangat baru. Kepala desa dan para pemimpin wilayah lainnya menjalankan perintah yang diberikan Yuan, raja mereka untuk mendata dan membawa penduduk dengan tingkat kontaminasi 80 %. Mereka yang telah mengalami kontaminasi bertahun-tahun dipilah dan dibawa ke ibukota untuk bertemu langsung dengan sang raja. “Apa benar kontaminasi ini bisa hilang? Rasanya aku sudah pasrah dengan kondisi ini seumur hidupku.” Pria dengan tangan dan kaki yang sudah menghitam karena kontaminasi terlihat pesimis. Meskipun begitu, setelah menatap langit biru ada secercah harapan di hatinya. “Kalau sang raja bisa menghilangkan kontaminasi di dunia bawah, kurasa bisa juga menghilangkan kontaminasi di tubuhku.” Semua penduduk dengan tingkat kontaminasi parah sudah mulai berangkat menuju ibukota. Mereka menaruh harapan yang sangat besar kepada sang raja, harapan kesembuhan dari kontaminasi yang selama ini menyiksa diri mereka.“Kudengar sang raja masih belia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status