Share

Bayangan di Reruntuhan #2

Penulis: Khomairoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 04:22:38

Setelah bertahun-tahun berlatih keras, Lie Feng akhirnya menguasai Jurus Tapak Dewa. Ia mampu melepaskan kekuatan spiritual dahsyat, menciptakan bayangan seribu tangan yang menghancurkan lawan seketika.

"Lie Feng," kata Guru Agung, suaranya berat namun lembut, "Kekuatan ini harus digunakan dengan bijak. Untuk kebaikan, bukan kejahatan."

Lie Feng mengangguk, matanya berbinar. "Saya berjanji, Guru Agung. Saya akan melindungi yang lemah dan menegakkan keadilan."

Lie Feng, kini pemuda tampan dengan mata tajam, berdiri di reruntuhan Kuil Dewa Langit. Rambut hitamnya berkilauan. Tubuhnya, hasil latihan keras, memancarkan kekuatan dan kelenturan luar biasa.

Guru Agung mengamati dari kejauhan. "Perjalananmu baru dimulai, Lie Feng. Dunia persilatan penuh bahaya dan intrik."

Suatu senja, Guru Agung memanggil Lie Feng. Mereka menuju ruangan rahasia, beraroma rempah kuno. Di tengah ruangan, altar kuno dengan patung dewa yang megah. Senjata kuno mengelilinginya.

"Lie Feng," Guru Agung menunjuk senjata-senjata itu, "Kau kuasai Jurus Tapak Dewa, tapi itu bukan segalanya. Kau harus menguasai Jurus Pedang Dewa Abadi, Jurus Pedang Langit, Jurus Kecepatan Dewa, dan Jurus Mata Dewa."

"Jurus-jurus itu… sangat banyak, Guru Agung," kata Lie Feng, sedikit ragu.

"Ya," jawab Guru Agung, "tapi seorang pendekar sejati harus serba bisa."

Guru Agung menjelaskan setiap jurus. Lie Feng berlatih tanpa henti, tubuhnya sakit, tapi tekadnya kuat.

"Ini sangat sulit, Guru Agung," keluh Lie Feng suatu hari, tubuhnya dipenuhi luka.

Guru Agung tersenyum tipis. "Kesulitan mengasah ketajamanmu, Lie Feng. Jangan menyerah."

Suatu malam, di bawah bulan purnama, Lie Feng menguasai keempat jurus itu. Kekuatannya meningkat berkali lipat.

"Saya… saya berhasil, Guru Agung!" seru Lie Feng dengan gembira.

Guru Agung mengangguk bangga. "Kini kau siap menghadapi tantangan."

Kabar kekuatan Lie Feng menyebar. Banyak yang meminta bantuannya.

"Tolong lindungi desa kami dari bandit!" pinta seorang warga desa, suaranya penuh keputusasaan.

"Jangan khawatir," jawab Lie Feng, "Saya akan melindungi kalian."

Namun, ketenaran Lie Feng menarik perhatian Kelompok Naga Hitam, dipimpin Lord Vashta.

"Jurus Tapak Dewa… akan menjadi milikku!" geram Lord Vashta.

Kelompok Naga Hitam menyerang Kuil Dewa Langit. Lie Feng melawan, menggunakan semua jurusnya.

"Kalian tidak akan berhasil!" teriak Lie Feng, serangannya dahsyat.

Para penyerang kewalahan, tapi mereka licik dan terlatih.

Lie Feng menghadapi pemimpin penyerang, seorang yang kuat dengan pedang aneh.

"Kau kuat, anak muda," kata pemimpin itu, "tapi kau bukan tandingan ku."

Lie Feng fokus, menggunakan Jurus Mata Dewa. Ia menyerang dengan kombinasi jurus, menjatuhkan pemimpin itu.

Setelah mengalahkan penyerang Kelompok Naga Hitam, Lie Feng merasa kelelahan namun puas. Ia membersihkan pedangnya, sebuah pedang panjang yang ia tempa sendiri selama bertahun-tahun latihan. Pedang itu seolah-olah berbisik tentang pertempuran yang telah dilalui.

"Lie Feng," suara Guru Agung memecah kesunyian, "Serangan ini hanyalah permulaan. Lord Vashta tidak akan menyerah begitu saja."

Lie Feng mengangguk setuju. "Saya tahu, Guru Agung. Kekuatan Jurus Tapak Dewa telah menarik perhatian banyak pihak yang berbahaya."

"Kau harus lebih berhati-hati," Guru Agung melanjutkan, "Lord Vashta adalah ahli silat yang sangat licik dan berbahaya. Ia memiliki banyak mata-mata di seluruh penjuru negeri."

"Saya akan waspada, Guru Agung," jawab Lie Feng, "Saya akan terus mengasah kemampuan saya dan selalu waspada terhadap ancaman yang mungkin datang."

Beberapa minggu kemudian, Lie Feng menerima sebuah pesan rahasia. Pesan itu berisi informasi tentang rencana Lord Vashta untuk menyerang sebuah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Tian Shan. Desa itu dikenal dengan keindahan alamnya dan penduduknya yang ramah, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk membela diri dari serangan Kelompok Naga Hitam.

"Saya harus pergi," kata Lie Feng kepada Guru Agung. "Saya harus melindungi desa itu."

Guru Agung mengangguk. "Pergilah, Lie Feng. Gunakanlah semua kemampuanmu untuk melindungi mereka. Ingatlah janjimu untuk melindungi yang lemah."

Lie Feng bergegas menuju desa tersebut. Ia tiba di desa tersebut pada malam hari, tepat sebelum serangan Kelompok Naga Hitam dimulai. Ia melihat puluhan anggota Kelompok Naga Hitam mengepung desa, senjata mereka siap untuk menyerang.

"Hentikan!" teriak Lie Feng, suaranya menggema di seluruh desa.

Para anggota Kelompok Naga Hitam terkejut melihat Lie Feng. Mereka tidak menyangka bahwa Lie Feng akan datang ke desa tersebut.

"Kau… kau Lie Feng?" kata pemimpin penyerang, suaranya penuh keheranan.

"Ya," jawab Lie Feng, "Dan aku akan menghentikan kalian."

Pertempuran sengit pun dimulai. Lie Feng menggunakan semua kemampuannya, Jurus Tapak Dewa, Jurus Pedang Dewa Abadi, Jurus Pedang Langit, Jurus Kecepatan Dewa, dan Jurus Mata Dewa. Ia bergerak dengan cepat dan lincah, menghindari serangan para penyerang dan menyerang balik dengan dahsyat.

Meskipun jumlahnya banyak, para anggota Kelompok Naga Hitam kewalahan menghadapi Lie Feng. Lie Feng berhasil mengalahkan mereka satu per satu, hingga akhirnya hanya tersisa pemimpin penyerang.

"Kau memang kuat, Lie Feng," kata pemimpin penyerang, "tapi aku tidak akan menyerah!"

Lie Feng menghadapi pemimpin penyerang dengan serius. Ia tahu bahwa pemimpin penyerang tersebut adalah seorang ahli silat yang sangat berbahaya. Ia harus menggunakan semua kemampuannya untuk mengalahkannya.

Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Lie Feng berhasil mengalahkan pemimpin penyerang. Para anggota Kelompok Naga Hitam yang masih tersisa langsung melarikan diri. Lie Feng telah menyelamatkan desa tersebut.

Penduduk desa bersorak gembira atas kemenangan Lie Feng. Mereka berterima kasih atas keberanian dan kebaikan Lie Feng. Lie Feng merasa lega dan puas karena telah berhasil melindungi mereka.

Namun, ia tahu bahwa pertempuran melawan Lord Vashta masih jauh dari selesai. Lord Vashta pasti akan kembali dengan rencana yang lebih berbahaya. Lie Feng harus terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Perjalanannya sebagai Pendekar Tapak Dewa masih panjang dan penuh dengan bahaya.

Para penyerang lainnya lari. Lie Feng menang, tapi ia tahu, ini baru permulaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Balik Cahaya

    Angin malam menyapu lembut lembah Sunyi Seribu Tapak. Cahaya bulan menimpa wajah Lie Feng yang berdiri memandang jauh ke arah langit, seolah mencari jawaban yang tak pernah benar-benar ingin diberikan oleh siapa pun.“Sejak kapan kau mulai merasa bahwa kemenangan kita terlalu mudah?” suara Arka terdengar dari belakang, berat, namun tak menyembunyikan keresahan.Lie Feng tidak menoleh. “Sejak aku melihat retakan pertama di simbol itu,” jawabnya lirih. “Sejak aku merasakan… ada sesuatu yang menatap balik dari dalam gelap.”Arka melangkah mendekat, menyampingkan rambut yang tersapu angin. “Kau pikir mereka akan bangkit lagi?”Lie Feng menghela napas panjang. “Bukan mereka.” Ia berhenti sejenak. “Seseorang. Atau… sesuatu.”Arka terdiam.“Kita sudah mengorbankan begitu banyak untuk menyegel Malaikat Kegelapan,” lanjut Lie Feng. “Tapi malam ini aku merasa seperti kembali ke titik awal.”Arka menatapnya tajam. “Kau tidak percaya pada kemenanganmu sendiri? Kau—Pendekar Tapak Dewa—meragukan la

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kelahiran Kegelapan Baru

    Udara pagi di puncak Kuil Dewa Langit terasa berbeda. Kabut tipis menggantung di antara reruntuhan, memantulkan cahaya matahari yang menembus dari sela awan. Setelah malam panjang dan pertempuran yang mengguncang langit, dunia tampak hening.Lie Feng berdiri di tepi altar yang hancur, menatap lembah di bawah. Angin membawa aroma tanah basah dan abu. Di tangan kanannya masih ada bekas retakan halus akibat tekanan Tapak Dewa tingkat tujuh yang ia gunakan semalam.Arka berjalan menghampirinya. “Kau belum beristirahat sama sekali,” katanya pelan.Lie Feng tersenyum samar tanpa menoleh. “Sulit tidur setelah apa yang terjadi. Aku masih bisa mendengar suaranya… jeritan Malaikat Kegelapan itu.”Arka ikut menatap langit. “Aku juga mendengarnya. Tapi kau berhasil menyegelnya. Dunia seharusnya aman sekarang.”Lie Feng menggeleng perlahan. “Resi Tua bilang, segel itu tidak abadi. Jika kegelapan itu menemukan celah, semuanya bisa berulang.”Langkah ringan terdengar di belakang mereka. Resi Tua dat

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Simbol Penyegelan dan Kegelapan yang Terkunci

    Suara gemuruh mengguncang langit-langit ruang suci Kuil Dewa Langit. Batu-batu berjatuhan, retakan merambat di setiap sisi dinding, dan udara terasa berat oleh aura jahat yang menekan segala hal di sekitarnya. Cahaya dari batu kristal perlahan meredup, seperti lilin yang hampir padam ditiup badai.Lie Feng berdiri tegak dengan napas tersengal, tubuhnya bergetar akibat kelelahan, tapi matanya menyala tajam. Tapak Dewa tingkat 7 di tangannya masih berpendar lembut, seolah api ilahi yang menolak padam.“Resi Tua, apa kau yakin simbol itu bisa menyegel Malaikat Kegelapan?” tanya Arka dengan suara tegang, menatap simbol bercahaya samar di dinding batu. Simbol itu berputar perlahan seperti pusaran cahaya, memancarkan aura kuno yang membuat udara bergetar.Resi Tua menatap simbol itu lama, alisnya berkerut, napasnya berat. “Ini bukan sembarang simbol, Arka… ini adalah Simbol Penyegelan Dewa Langit, diciptakan oleh para leluhur untuk mengurung entitas kegelapan ribuan tahun lalu. Tapi untuk m

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pelatihan Rahasia

    Cahaya terang yang tiba-tiba muncul berhasil mengusir Malaikat Kegelapan untuk sementara. Itu memberi kesempatan kepada Arka, Lie Feng, dan Resi Tua untuk menarik nafas dan mempersiapkan diri. Mereka menyadari bahwa pertempuran melawan Malaikat Kegelapan membutuhkan persiapan yang jauh lebih matang."Kita perlu waktu," kata Arka, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. "Kita harus memperkuat kekuatan kita."Resi Tua mengangguk setuju. "Malaikat Kegelapan adalah ancaman yang jauh melampaui Bayangan Naga. Lie Feng, kau harus menguasai Tapak Dewa sepenuhnya. Kau harus mencapai Tapak Dewa tingkat 7."Lie Feng menatap Resi Tua dengan tekad. "Aku akan melakukannya, Resi Tua. Aku akan menguasai Tapak Dewa tingkat 7 dan mengalahkan Malaikat Kegelapan!"Pelatihan pun dimulai. Resi Tua, dengan pengetahuan luasnya tentang kekuatan gaib dan teknik kuno, membimbing Lie Feng untuk mengendalikan kekuatan Tapak Dewa dengan lebih baik. Ia mengajarkan teknik-teknik pernapasan khusus, cara

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Sekutu Tak Terduga

    Arka terhuyung keluar dari terowongan rahasia, tubuhnya penuh luka dan lelah. Ia telah berhasil mengaktifkan simbol kuno itu, tetapi ia juga telah mengalami pertempuran yang sangat berat dengan anggota Bayangan Naga. Ia harus menemukan Lie Feng.Ia mengetahui bahwa ia tidak bisa menemukan Lie Feng sendirian. Ia perlu bantuan. Ia harus kembali ke Kuil Dewa Langit, untuk meminta bantuan dari orang lain.Dalam perjalanan kembali ke Kuil Dewa Langit, Arka merasakan kekuatan yang tidak biasa. Ia merasakan aura kekuatan gaib yang sangat kuat. Ia juga merasakan sebuah kehadiran yang misterius.Ia menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik sebuah air terjun. Di dalam gua itu, ia menemukan seorang penjaga kuil tua yang sedang bermeditasi. Penjaga kuil itu bernama Resi Tua."Siapa kau?" tanya Arka, suaranya gemetar karena kelelahan.Resi Tua membuka matanya. Matanya be

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertemuan di Terowongan

    Pertempuran di ruang tersembunyi itu pecah. Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai menyerbu, menyerang para anggota Bayangan Naga yang mengelilingi Lie Feng yang terikat di altar kuno. Pedang-pedang beradu dengan pedang, energi berbenturan dengan energi, menciptakan suasana yang kacau dan mengerikan.Namun, kekuatan Bayangan Naga terlalu besar. Mereka terlatih dengan baik dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Arka dan murid-muridnya terdesak. Lie Feng, meskipun terikat, masih mampu mengeluarkan aura kekuatan Tapak Dewa, menciptakan perisai yang melindungi mereka dari serangan terhebat.Di tengah kepungan itu, sebuah sosok menyeruak dari bayangan. Sosok itu besar dan mengerikan, kulitnya bersisik-sisik, dan matanya bersinar dengan cahaya jahat. Sosok itu adalah Siluman Ular, salah satu anggota Bayangan Naga yang paling tangguh dan misterius."Kalian tidak akan bisa menyelamatkan dia," kata Silu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status