Guru Agung, dengan jubahnya yang usang, memimpin Lie Feng menyusuri lorong gelap Kuil Dewa Langit. Udara dingin dan lembap menyelimuti mereka.
"Guru Agung, apakah kita akan sampai?" Suaranya gemetar sedikit karena kegelapan. "Sabar, Lie Feng. Jalan menuju pencerahan selalu berliku dan penuh tantangan. Ketakutanmu adalah ujian pertamamu." "Tapi... gelap sekali, Guru Agung. Aku takut." Guru Agung berhenti, menoleh ke Lie Feng. "Ketakutan adalah bagian dari kehidupan, Lie Feng. Yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya. Lihatlah ukiran di dinding ini. Mereka adalah kisah para pendekar terdahulu. Mereka juga menghadapi ketakutan, tetapi mereka mengalahkannya dengan keberanian dan tekad." Lie Feng menunjuk ke sebuah ukiran yang menggambarkan seorang pendekar melawan naga. "Apakah dia berhasil, Guru Agung?" Guru Agung tersenyum. "Itulah yang akan kau pelajari, Lie Feng. Setiap ukiran menyimpan sebuah pelajaran. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh lebih kuat." Lie Feng berlatih keras, mengikuti instruksi Guru Agung. Namun, tubuh kecilnya sering kali tak mampu menahan beban latihan yang berat. Lie Feng terjatuh terduduk dan terengah-engah. "Guru Agung... aku... aku tidak sanggup lagi..." "Lie Feng, kau baru merasakan sedikit dari kesulitan perjalanan ini. Jalan menuju puncak membutuhkan pengorbanan. Rasa sakit ini akan membentukmu menjadi pendekar yang tangguh." " Tapi... rasa sakit ini sangat menyiksa Guru Agung" dengan jantung yang berdebar dan tubuh yang lemas, Lie Feng menahan rasa sakit nya. Guru Agung mendekat, membantu Lie Feng berdiri. "Rasa sakit itu sementara, Lie Feng. Tetapi kekuatan yang kau dapatkan akan abadi. Ingatlah tujuanmu. Ingatlah mengapa kau memulai perjalanan ini." "Aku ingin menjadi pendekar terhebat, Guru Agung. Aku ingin melindungi orang-orang yang kukasihi." "Itulah tekad yang harus kau miliki. Tetapi kekuatan bukanlah segalanya. Kau juga harus memiliki kebijaksanaan dan pengendalian diri." Lie Feng menemukan sebuah ruangan tersembunyi di dalam kuil. Di dalam ruangan itu, terdapat gulungan kuno yang memancarkan aura misterius. "Guru Agung, lihat! Apa ini?" Guru Agung mendekati Lie Feng, matanya berbinar. "Ini adalah rahasia yang telah lama tersimpan, Lie Feng. Rahasia yang akan menentukan nasibmu." "Apa isinya, Guru Agung?" "Itu adalah Jurus Tapak Dewa. Jurus terhebat yang pernah ada. Tetapi menguasainya membutuhkan pengorbanan dan disiplin yang luar biasa. Kau yakin kau siap?" "Ya, Guru Agung. Aku siap menghadapi tantangan apapun." Guru Agung membuka gulungan kuno itu perlahan. Huruf-huruf emas di atas kulit ular tua itu tampak bercahaya. "Jurus Tapak Dewa bukanlah sekadar jurus silat, Lie Feng, jurus tersebut adalah manifestasi dari kekuatan spiritual yang dahsyat. Tapak Dewa membutuhkan konsentrasi, disiplin, dan pengendalian diri yang luar biasa. Kau harus mampu mengendalikan energi dalam tubuhmu, mengarahkannya, dan melepaskannya dengan tepat." "Aku akan berusaha sebaik mungkin, Guru Agung." Pelatihan Lie Feng dimulai. Hari-hari berlalu dalam latihan yang tak kenal lelah. Ia berlatih mengendalikan napasnya, memfokuskan pikirannya, dan mengarahkan energinya. Tubuhnya seringkali sakit dan lelah, tetapi ia tidak pernah menyerah. Suatu hari, Lie Feng gagal mengendalikan energinya, dan sebuah ledakan kecil terjadi, menghancurkan beberapa patung di sekitarnya. "Maaf, Guru Agung! Aku gagal lagi!" ucap Lie Feng, Suaranya dipenuhi penyesalan. "Jangan berkecil hati, Lie Feng. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Yang penting adalah kau belajar dari kesalahanmu dan terus mencoba." "Tapi... aku takut aku tidak akan pernah bisa menguasainya." ucap Lie Feng kembali. Guru Agung menepuk pundak Lie Feng. "Ketakutan itu wajar, Lie Feng. Tetapi jangan biarkan ketakutan itu mengendalikanmu. Hadapilah ketakutanmu, dan kau akan menemukan kekuatan di dalam dirimu." Setelah berbulan-bulan berlatih, Guru Agung memutuskan untuk menguji kemampuan Lie Feng. Ia membawa Lie Feng ke sebuah arena pertarungan rahasia di dalam kuil. "Lie Feng, ini adalah ujian pertamamu. Kau akan melawan seorang pendekar bayangan yang terlatih dalam seni bela diri yang berbahaya. Jangan ragu untuk menggunakan semua yang telah kau pelajari." "Baiklah, Guru Agung." Ia merasa gugup, tetapi juga bersemangat untuk membuktikan kemampuannya. Pendekar bayangan itu muncul, tubuhnya lincah dan gerakannya cepat. Pertarungan dimulai. Lie Feng menggunakan semua teknik yang telah ia pelajari, tetapi pendekar bayangan itu sangat tangguh. Lie Feng terengah-engah. "Guru Agung... dia sangat kuat..." uca Lie Feng. Guru Agung hanya mengamati dari kejauhan, tanpa ikut campur. Ia ingin melihat kemampuan Lie Feng dalam menghadapi tantangan. Lie Feng terus berjuang, meskipun tubuhnya mulai lelah. Ia mengingat kata-kata Guru Agung: "Hadapilah ketakutanmu, dan kau akan menemukan kekuatan di dalam dirimu." Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Lie Feng akhirnya berhasil mengalahkan pendekar bayangan itu. Ia jatuh terduduk, tubuhnya lelah, tetapi hatinya dipenuhi kebanggaan. Guru Agung mendekat, tersenyum bangga. "Kau telah berhasil, Lie Feng. Kau telah menunjukkan keberanian, tekad, dan kemampuanmu untuk mengendalikan kekuatanmu." "Terima kasih, Guru Agung. Aku tidak akan pernah bisa melakukannya tanpa bimbinganmu." "Kau telah belajar lebih dari sekadar jurus silat, Lie Feng. Kau telah belajar tentang dirimu sendiri, tentang kekuatan dan kelemahanmu. Itulah pelajaran terpenting dalam perjalanan ini."Guru Agung mengamati Lie Feng dari kejauhan. Mata tua itu berbinar bangga. Lie Feng, yang dulu anak kecil mungil, kini berdiri tegap, gagah perkasa. Gerakannya lincah, setiap pukulan dan tendangannya penuh kekuatan dan presisi.Guru Agung bergumam pelan didalam hati "Dia telah tumbuh menjadi pendekar yang hebat..." Lie Feng menyelesaikan serangkaian gerakan Jurus Tapak Dewa, keringat membasahi dahinya. Ia menoleh ke arah Guru Agung. "Guru Agung, apakah saya sudah cukup baik?" Guru Agung tersenyum. "Kau telah menguasai Jurus Tapak Dewa, Lie Feng. Tetapi perjalananmu belum berakhir. Dunia persilatan penuh dengan tantangan dan bahaya. Kau harus selalu siap.""Saya siap menghadapi apapun, Guru Agung. Saya akan selalu berlatih dan meningkatkan kemampuan saya." Guru Agung mengangguk. "Itulah semangat yang harus kau miliki. Tetapi kekuatan bukanlah segalanya. Kebijaksanaan dan pengendalian diri jauh lebih penting." Guru Agung membawa Lie Feng ke sebuah ruangan rahasia yang tersembunyi j
Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan."Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?"Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari."Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?""Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun.Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, men
Guru Agung, sosok tua dengan janggut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan berabad-abad, menunjuk ke gulungan kuno di hadapan Lie Feng. "Jurus Mata Dewa," katanya, suaranya berat dan berwibawa, "bukan sekadar teknik bela diri. Ia adalah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan. Tingkat pertama, mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan penglihatan, adalah fondasinya. Rasakan aliran Chi dalam dirimu, Lie Feng. Biarkan ia mengalir seperti sungai yang tenang."Lie Feng, pemuda berwajah tegas dengan mata yang tajam, memejamkan mata. Ia mencoba mengikuti petunjuk Guru Agung, tetapi merasa kesulitan. "Guru," katanya setelah beberapa saat, suaranya sedikit putus asa, "saya kesulitan merasakan aliran Chi. Rasanya seperti... kosong."Guru Agung tersenyum sabar. "Kesabaran, Lie Feng. Ini bukanlah balapan. Bayangkan Chi sebagai cahaya matahari yang menyinari seluruh tubuhmu. Rasakan hangatnya, lihatlah cahayanya."Lie Feng mencoba lagi, kali ini de
Perpisahan di Kuil Dewa Langit. Matahari terbenam di balik puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu. Lie Feng berdiri di depan Guru Agung, pedang Dewa Abadi terhunus di sisinya. Ia telah menguasai semua jurus silat yang diajarkan Guru Agung, tetapi hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk: bangga, takut, dan juga sedikit sedih. "Lie Feng," Guru Agung memulai, suaranya berat dan berwibawa, "kau telah berhasil menguasai semua jurus silat yang telah ku ajarkan. Kau telah menjadi pendekar yang hebat. Tetapi, perjalananmu belum berakhir. Kau harus keluar dari Kuil Dewa Langit dan menghadapi dunia luar. Dunia yang penuh dengan bahaya dan intrik." Lie Feng mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Saya mengerti, Guru Agung. Saya telah siap menghadapi tantangan apapun." "Bagus," Guru Agung berkata, suaranya sedikit melembut. "Tetapi, ingatlah selalu pelajaran yang telah ku ajarkan. Gunakan kekuatanmu untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan. Li
Dengan gerakan cepat dan tepat, Lie Feng melepaskan serangan demi serangan. Ia menggunakan semua jurus silat yang ia kuasai, menciptakan kombinasi serangan yang mematikan. Pria tua itu berusaha melawan, tetapi ia mulai kewalahan. Ia menyadari bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan Lie Feng dan Mei Lin "Kau benar-benar keras kepala!" geram pria tua itu, tongkatnya berputar-putar mencoba menangkis serangan Lie Feng. "Kau yang keras kepala! Mengapa kau menyerang wanita itu?" balas Lie Feng, amarahnya membara. Lie Feng, dengan amarah yang membara, melanjutkan serangannya. Pedang Dewa Abadi menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang memotong udara. Jurus Roh Pedang yang baru saja dikuasainya, menambahkan kekuatan misterius pada setiap serangannya. Pedang itu seakan memiliki kehidupan sendiri, bergerak sesuai dengan kehendak Lie Feng, menghindari serangan balik pria tua itu dengan presisi yang menakjubkan. Setiap benturan antara pedang dan tongkat menghasilkan suara dentuman
Kabar tentang keberanian dan kekuatan Lie Feng menyebar bak gelombang pasang di dunia persilatan. Ia, Pendekar Tapak Dewa, bukan hanya sekadar legenda, tetapi kenyataan yang menakjubkan. Kemenangannya atas Tuan Besar Bai Yue dan penyelamatannya terhadap berbagai desa dari ancaman bandit telah mengukuhkan namanya sebagai pahlawan. Namun, Lie Feng tetap rendah hati, selalu mengingat bimbingan Guru Agungnya.Di sebuah kedai teh ramai di kota, beberapa pendekar sedang berdiskusi.Pendekar A "Kau dengar kabar tentang Lie Feng? Kabarnya, ia mengalahkan seluruh pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam satu malam!"Pendekar B "Benar! Aku mendengarnya dari seorang pedagang yang melintas di sana. Katanya, Lie Feng menggunakan jurus yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sungguh menakjubkan!""Aku dengar dia juga menyelamatkan Putri Seruni dari cengkeraman penjahat. Pahlawan sejati!"Pendekar yang satu nya berkata, "Memang, tapi aku penasaran, sekuat apa sebenarnya dia?""Ent
(Bab 11: Bayangan Naga Hitam)"Ketenaran Lie Feng telah mencapai puncaknya," bisik Razak, pengintai andalan Lord Vashta, suaranya nyaris tak terdengar di tengah gemerlap lilin di ruang rahasia sang Lord. "Pendekar Tapak Dewa... sebuah ancaman bagi kita. Kabarnya, ia mengalahkan pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam semalam. Kemampuannya menguasai angin dan tanah sungguh luar biasa."Lord Vashta, duduk di singgasananya yang terbuat dari batu obsidian, tertawa dingin. Gelak tawa itu bergema di ruangan, memantul dari dinding-dinding yang dihiasi tengkorak naga hitam. "Ancaman? Dia hanyalah anak kecil yang berani! Dia mengira dirinya dewa? Kelompok Naga Hitam akan menghancurkannya!" Ia menepuk meja, membuat beberapa cangkir teh porselen bergetar. "Kekuatannya mungkin mengesankan, tapi ia belum pernah merasakan kekuatan sejati Kelompok Naga Hitam."Razak menunduk hormat. "Tentu, Lord Vashta. Para prajurit terbaik telah siap. Senjata-senjata terkuat telah diasah. Kita
"Langit... langit penuh bayangan!" seru Mei Lin, suaranya bergetar. Gelap pekat menyelimuti desa, bukan hanya awan, tetapi ratusan sosok hitam yang menukik dari langit malam. "Itu mereka! Kelompok Naga Hitam!"Lie Feng menarik napas dalam-dalam, matanya menyala dengan tekad. "Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga. Mei Lin, siapkan dirimu!""Siap!" jawab Mei Lin, memegang erat kipas anginnya. "Aku tidak akan membiarkan mereka melukai siapa pun!"Serangan dimulai dengan gemuruh. Para prajurit Kelompok Naga Hitam menyerbu seperti gelombang pasang, pedang dan tombak mereka menari-nari di bawah cahaya bulan yang redup. "Mati!" teriak seorang prajurit, menyerang Lie Feng dengan tombak yang berkilauan."Permainan anak-anak!" Lie Feng menangkis tombak itu dengan mudah, kemudian melancarkan serangan balasan dengan Jurus Dewa Pemecah Angin. "Rasakan ini!" Angin berputar-putar, menciptakan pusaran angin yang menghantam beberapa prajurit sekaligus, menghasilkan suara DUARR ya
Arka terhuyung keluar dari terowongan rahasia, tubuhnya penuh luka dan lelah. Ia telah berhasil mengaktifkan simbol kuno itu, tetapi ia juga telah mengalami pertempuran yang sangat berat dengan anggota Bayangan Naga. Ia harus menemukan Lie Feng.Ia mengetahui bahwa ia tidak bisa menemukan Lie Feng sendirian. Ia perlu bantuan. Ia harus kembali ke Kuil Dewa Langit, untuk meminta bantuan dari orang lain.Dalam perjalanan kembali ke Kuil Dewa Langit, Arka merasakan kekuatan yang tidak biasa. Ia merasakan aura kekuatan gaib yang sangat kuat. Ia juga merasakan sebuah kehadiran yang misterius.Ia menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik sebuah air terjun. Di dalam gua itu, ia menemukan seorang penjaga kuil tua yang sedang bermeditasi. Penjaga kuil itu bernama Resi Tua."Siapa kau?" tanya Arka, suaranya gemetar karena kelelahan.Resi Tua membuka matanya. Matanya be
Pertempuran di ruang tersembunyi itu pecah. Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai menyerbu, menyerang para anggota Bayangan Naga yang mengelilingi Lie Feng yang terikat di altar kuno. Pedang-pedang beradu dengan pedang, energi berbenturan dengan energi, menciptakan suasana yang kacau dan mengerikan.Namun, kekuatan Bayangan Naga terlalu besar. Mereka terlatih dengan baik dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Arka dan murid-muridnya terdesak. Lie Feng, meskipun terikat, masih mampu mengeluarkan aura kekuatan Tapak Dewa, menciptakan perisai yang melindungi mereka dari serangan terhebat.Di tengah kepungan itu, sebuah sosok menyeruak dari bayangan. Sosok itu besar dan mengerikan, kulitnya bersisik-sisik, dan matanya bersinar dengan cahaya jahat. Sosok itu adalah Siluman Ular, salah satu anggota Bayangan Naga yang paling tangguh dan misterius."Kalian tidak akan bisa menyelamatkan dia," kata Silu
Lie Feng terbaring lemas, tubuhnya penuh luka. Cahaya keemasan yang muncul dari dalam dirinya telah menghalau Bayangan Naga, tetapi juga menghabiskan sebagian besar tenaganya. Arka bergegas mendekatinya, wajahnya penuh dengan kekhawatiran."Lie Feng! Kau baik-baik saja?" Arka berteriak, suaranya penuh dengan kecemasan.Lie Feng mencoba untuk bangkit, tetapi tubuhnya masih lemas. "Aku… aku baik-baik saja," katanya, suaranya gemetar. "Tetapi… kita harus menghentikan Bayangan Naga."Arka mengangguk. "Ya, kita harus menghentikannya sebelum terlalu lambat. Kita harus mengejarnya."Mereka mulai menelusuri jejak Bayangan Naga. Mereka menemukan petunjuk-petunjuk berupa simbol-simbol tersembunyi di berbagai tempat di sekitar Kuil Dewa Langit. Simbol-simbol itu terlihat sangat rumit dan misterius. Lie Feng merasakan aura jahat yang semakin kuat, mengindikasikan keberadaan anggota Bayangan
Serangan Bayangan Naga datang dengan cepat dan brutal. Mereka menyerang Perguruan Naga Teratai di tengah malam, membawa pasukan yang sangat besar dan perlengkapan perang yang canggih. Pertempuran sengit pun terjadi. Lie Feng, dengan bantuan Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai, berjuang keras untuk mempertahankan perguran dari serangan itu. Namun, jumlah musuh yang sangat banyak membuat mereka kesulitan.Di tengah kepungan itu, Lie Feng merasa terbebani oleh kekuatan Tapak Dewa yang mengalir dalam dirinya. Kekuatan itu membuatnya lebih kuat, memberinya kemampuan yang luar biasa, tetapi juga membuatnya menjadi target utama serangan Bayangan Naga. Mereka mengincar Tapak Dewa, ingin menggunakan kekuatannya untuk mendominasi dunia.Setelah berhasil mengusir gelombang pertama serangan Bayangan Naga, Lie Feng, Arka, dan beberapa murid terpercaya menarik diri ke perpustakaan kuno Perguruan. Di sana, mereka terus menyelidiki
Setelah pertempuran dahsyat di Kuil Dewa Langit, Lie Feng, Jian, Mei Lin, dan ahli simbol kuno itu kembali ke Perguruan Naga Teratai. Lin Xue, Mei Lin, dan Jian yang telah diselamatkan dari cengkeraman penyihir jahat itu kini telah kembali dan pulih. Vashta, yang terbebas dari pengaruh kekuatan gelap, juga telah kembali. Namun, suasana perayaan kemenangan itu tidak lama berlangsung. Lie Feng merasakan sesuatu yang sangat mengancam sedang mengintai. Ia merasakan sensasi yang tidak menyenangkan, sebuah pertanda akan datang bahaya yang jauh lebih besar.Di Perguruan Naga Teratai, Lie Feng bersama Arka, pemimpin Perguruan yang bijaksana, meneliti catatan-catatan kuno yang ditemukan di Kuil Dewa Langit. Mereka menemukan informasi yang jauh lebih mengerikan daripada yang dibayangkan. Catatan itu tidak hanya mengungkapkan rahasia tentang asal usul kekuatan Lie Feng, tetapi juga mengungkap keberadaan kelompok rahasia yan
Debu beterbangan, menari-nari dalam sinar matahari redup yang menyelinap melalui celah-celah atap Kuil Dewa Langit yang runtuh. Arka dan Lie Feng melangkah hati-hati, setiap langkah mereka menimbulkan bunyi gemerisik batu-batu kuno yang terkikis waktu. Udara terasa berat, dipenuhi dengan aroma tanah lembap dan misteri yang membayangi. Mereka telah mencapai ruangan terdalam, sebuah ruang melingkar yang dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak hidup, seakan-akan berbisik kisah-kisah dari zaman yang telah lama berlalu.“Sungguh… menakjubkan,” desis Arka, matanya terpaku pada ukiran-ukiran rumit yang meliuk-liuk di atas batu. Gambar-gambar makhluk mitologis, dewa-dewi yang mahakuasa, dan simbol-simbol yang tak dikenal terukir dengan detail yang luar biasa.Lie Feng, wajahnya dipenuhi dengan suatu tekad yang kuat, mendekati sebuah ukiran yang menggambarkan sebuah tapak kaki raksasa, lebih besar daripada manusia manapun. Tapak kaki itu tampak memancarkan aura yang ku
Pertempuran di ruang tersembunyi itu dahsyat. Kekuatan gelap yang menyergap mereka ternyata jauh lebih kuat dari yang dibayangkan. Lie Feng, Jian, dan Mei Lin bertarung dengan gigih, terbantu dengan keahlian ahli decoding simbol kuno yang mampu memanipulasi beberapa perangkap di ruangan itu untuk menyerang musuh. Namun, mereka terpaksa mundur ketika sebuah gelombang energi gelap yang dahsyat menghantam mereka. Mereka terpental ke tembok, tubuh mereka terasa sakit dan lemas.Setelah pertempuran itu, mereka menemukan sebuah jalan tersembunyi di balik tembok yang terlihat biasa. Jalan itu membawa mereka ke ruang terdalam kuil. Ruangan itu lebih besar daripada ruangan-ruangan lainnya, dan suasananya tampak lebih sakral. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu yang di atasnya terletak beberapa gulungan kuno. Gulungan-gulungan itu tampak sangat tua dan rapuh."Ini dia," bisik Lie Feng,
Setelah pertempuran sengit melawan ular raksasa, Lie Feng dan murid-muridnya yang terluka berhasil mencapai pintu masuk Kuil Kuno. Struktur bangunan itu tampak tua dan megah, terbuat dari batu hitam yang telah lapuk oleh waktu. Udara di sekitar kuil terasa dingin dan berat, menimbulkan perasaan misterius dan mencekam. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi di dalam kuil ini akan jauh lebih kompleks daripada tantangan yang telah mereka lalui sebelumnya.Lie Feng memimpin murid-muridnya memasuki kuil. Segera, mereka dikejutkan oleh struktur kuil yang rumit dan membingungkan. Lorong-lorong berliku dan gelap terbentang di hadapan mereka, dihiasi dengan berbagai simbol kuno yang terukir di dinding. Patung-patung aneh dan menyeramkan berdiri di berbagai sudut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka mengetahui bahwa kuil ini bukanlah tempat yang biasa. Kuil ini adalah tempat yang penuh dengan teka-teki dan misteri."Kuil
Luka Lie Feng masih terasa perih, tetapi tekadnya untuk mencapai Kuil Dewa Langit tak tergoyahkan. Petunjuk tentang lokasi Kuil Dewa Langit yang diperoleh dari peta kuno menjadi pemicu perjalanan yang sangat berbahaya. Setelah beristirahat sebentar untuk mempersiapkan diri, Lie Feng bersama Jian, Mei Lin, dan ahli decoding simbol kuno, melanjutkan perjalanan mereka. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi sangatlah besar, jauh melebihi apa yang sudah mereka lalui.Perjalanan mereka dimulai dengan memasuki hutan lebat yang menyeramkan. Pohon-pohon tinggi menaungi jalan mereka, membuat hutan terasa sangat gelap dan menakutkan. Suara hewan-hewan liar menambah suasana mengerikan. Lie Feng merasakan firasat yang buruk, karena ia mengetahui bahwa hutan ini bukanlah hutan biasa."Hati-hati," bisik Lie Feng, suaranya keras tapi hati-hati. "Hutan ini bukanlah tempat yang aman.""Saya merasa