Share

Bab 3

Penulis: Rosemarry
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-31 13:44:22

"Bisa dilihat dengan sangat jelas kan penampilan macam apa itu? Penampilan seorang wanita penggoda yang sok polos! Dan dia bahkan masih menggunakan trik murahan seperti itu? Pura-pura menabrakku untuk mendapatkan simpati dariku? Benar-benar menjijikkan!" Ken berbicara pada Vano sambil melangkah masuk ke dalam ruangan interview.

"Kau tidak bisa menilainya dari penampilanya saja. Mungkin saja dia punya alasan sendiri, kenapa pakainya seperti itu." Vano duduk bersebelahan dengan Kenzi di kursi pewawancara.

"Cih! Alasan apa? Alasan menggoda atasan dengan memamerkan tubuhnya itu? Dan kau masih saja membelanya? Jangan bilang kau menyukainya?" tuduh Kenzi.

"Menyukainya? Hm ... mungkin saja. Dia cantik, dan juga menarik." Vano memegang dagunya, seolah sedang berfikir dan membayangkan sosok Freya.

Kenzi yang mendengar jawaban Vano pun, auto diam karena malas berdebat lagi denganya. Melihat Kenzi yang sudah tidak lagi mengomel, dan marah-marah terus, Vano pun mulai memanggil para kandidat yang lolos interview sebelumnya, satu persatu kandidat pun di panggil untuk masuk ke dalam ruangan itu.

"Aduh! Bagaimana ini?" keluh Freya yang saat ini kembali berada di dalam kamar mandi.

"Apa aku pakai ini saja?" gumam Freya sambil menyentuh pin yang dia sematkan di bagian paling atas kemejanya.

Freya pun memasangnya di sobekan rok yang di pakainya itu, dan hal itu pun membuat belahan dada Freya jadi sedikit terlihat, karena pin itu di ambil olehnya.

"Ah masa bodo lah! Dari pada nanti sobekan di rokku makin besar." Freya melihat dirinya di cermin yang ada tebat di hadapanya.

Saat ini, kandidat ketiga sudah masuk ke dalam ruang interview namun Freya belum juga tiba di sana.

"Ini yang terakhir?" tanya Kenzi pada Vano dengan wajah kesalnya, karena tak ada satupun yang sesuai dengan standart yang dia inginkan.

"Tidak, masih ada satu lagi," Vano melihat berkas-berkas kandidat terkahir. "Ini, wanita yang tadi? Jadi dia salah satu kandidat juga? Freya anggita ya, nama yang cantik secantik orangnya. Aku harus mempertahankanmu di perusahaan ini, apapun caranya!" batin Vano saat melihat foto dan data yang tertulis disana.

"Freya anggita!" panggil Vano.

Beberapa saat menunggu, namun Freya tak kunjung datang.

"Cih! Tidak disiplin! Cari yang lain saja,"

"Sabarlah, yang terakhir ini menurutku bagus. Dia lulusan Royal collage, dan itu sesuai standarmu bukan?" ucap Vano, yang berusaha melindungi Freya dari diskualifikasi, karena keterlambatanya.

"Kau kan bisa cari kandidat yang lain, bukankah masih banyak di luaran sana yang berbakat dan disiplin!" Ken terlihat sangat kesal dengan wajahnya sudah sangat tidak enak di pandang.

"Apa kau fikir mudah mencari kandidat yang sesuai dengan standar tingkat dewamu itu? Kau mengharuskan kendidat adalah lulusan universitas design ternama, dan mengharuskan dia juga adalah lulusan terbaik, apa itu tidak gila namanya? Dan sekarang ada satu kandidat yang cocok, dan dengan gampangnya kau bilang, cari yang lain? Oh ayolah, Kenzi Adinata!" Vano memang sering bicara dengan bahasa santai pada Kenzi jika hanya ada mereka berdua saja.

"Ayolah Freya anggita, dimana kau?" batin Vano sambil melirik ke arah pintu, berharap orang yang sedang dia tunggu itu, segera masuk ke ruang interview.

"Freya anggita!" panggil Vano sekali lagi, harapnya Freya sudah ada di depan ruangan itu saat ini, tapi nihil Freya masih belum ada di sana.

"Sudahlah! Aku terlanjur badmood, kau urus saja sendiri aku mau kembali ke ruanganku." Kenzi pun pergi meninggalkan ruang interview itu, dengan wajah kesal dan muramnya, karena merasa paginya hancur gara-gara Freya.

Saat Kenzi berjalan keluar dari ruang interview menuju ruangan pribadinya, dia berpapasan dengan Freya yang sedang berlari dengan terburu-buru, dan membuat mereka bertabrakan.

Gubrak!!

"Aww!! Sakit!!"

"Apa kau tidak punya mata, hah!?" bentak Kenzi dengan kasarnya.

"What? sebenarnya kau atau aku yang tidak punya mata, hah!?" balas Freya menyentak Kenzi tanpa rasa takut sama sekali.

"Aku? Kau bilang aku tidak punya mata? Bukanya kau yang lari-lari seperti orang gila! Ini kantor! Bukan arena balap lari!" seru Kenzi dengan geramnya, karena ini adalah kali pertama, ada seorang wanita yang berani membentaknya seperti itu.

"Aku memang sedang buru-buru, tapi kau juga tidak perlu membentakku kan!" Freya pun berdiri dan membenarkan kemejanya.

"Cih!! Buru-buru? Apa kau terburu-buru untuk menemui calon pelangganmu, hah?!" sindir Kenzi dengan senyum miringnya pada Freya.

"Pelanggan? Aku ini pelamar kerja di sini, bukan penjual cendol keliling, lalu apa maksutnya dengan pelanggan?" tanya Freya dengan wajahnya yang semakin terlihat jutek, karena menahan rasa ingin mencakar-cakar muka Kenzi saat itu juga.

"Tidak usah sok polos! Dengan dandananmu yang seperti ini, kau pasti seorang wanita sewaan kan? Dasar manusia rendahan!" sarkas Kenzi dengan jahatnya, yang auto membuat Freya tersentak dan kaget setengah mati, plus geram dengan ucapan Kenzi yang seenak jidat itu.

"Wanita sewaan?! Dasar mulut bau!! Mulutmu itu tidak pernah di ajari ya? Kotor dan bau sekali, seperti comberan!!" Freya sudah benar-benar tidak bisa menahan emosi tingkat dewanya itu lagi.

"Cih!! Mulut bau? Akan ku buat kau merasakan sendiri mulut bau ini!" ucap Kenzi yang tanpa ba bi bu langsung saja menarik tengkuk Freya, dan menciumnya paksa.

PLAK!!

"Sialan!! Dasar laki-laki mesum!" Freya pun menampar Kenzi seketika, dan mengelap bibirnya yang baru saja di cium paksa oleh Ken.

"Bagaimana rasa mulut bau ini hah?!" Kenzi memegang bekas tamparan Freya di pipinya.

"Menjijikkan!!" seru Freya singkat, padat, jelas, dan menusuk.

"Ciuman pertamaku!!" gumam Freya dengan geramnya dna meninggalkan Kenzi begitu saja, dan berjalan menuju ke ruang interview. "Sudahlah Freya, anggap saja kau barusan di gigit seekor anj*ng!"

"Jadi dia kandidat terakhir itu?" gumam Kenzi saat Freya sudah pergi meninggalkanya begitu saja begitu saja.

Freya pun segera membuka pintu ruangan interview, dimana Vano masih setia menunggunya, "Permisi ..." sapa Freya saat masuk ke dalam ruang interview itu, sambil menundukkan kepalanya karena tau dirinya pasti sudah terlambat.

"Eh! Dia pria yang tadi pagi menolongku kan?" batin Freya saat perlahan mengangkat wajahnya, untuk menatap si pewawancara yang ada di hadapnya.

"Maaf pak, apa interviewnya sudah selesai?" tanya Freya dengan canggung.

"Belum, bisa kita mulai interviewnya?" Vano berbohong pada Freya padahal harusnya sudah sejak tadi interview itu berakhir, namun dia masih ada disana karena sengaja menunggu Freya datang.

"Tentu saja bisa pak," jawab Freya dengan hati gembira, dia pun melupakan sejenak kekesalanya karena insidenya bersama Ken tadi. Setidaknya dia masih beruntung, karena masih bisa ikut interview ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lastri Sukarti
asyikkkk..semoga cerita seterusnya tambah seru...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ranjang Panas CEO   Bab 76

    "Kamu hadirkan ke pesta nya Randy besok Viona?" tanya Sonya, salah satu teman dekatnya Viona. "Entahlah.." Jawabnya sambil melihat-lihat berita terbaru Kenzi di laman gosip."Dia lagi?" tanya Sonya sembari mendaratkan pantatnya di lengan sofa yang sedang diduduki oleh Viona."Dia tetap tampan seperti biasanya kan?" cicit Viona, melihat foto Kenzi yang di salah satu cover majalah pengusaha sukses.Viona menatap cover majalah itu dengan sebuah senyuman di wajahnya. "I miss you.." Ujar Viona dan memeluk majalah itu erat."Kalau masih cinta itu bilang!" cicit Sonya. "Dia udah gak cinta aku Sonya." Ujar Viona sambil masih mendekap erat majalah tadi."kata siapa? Bukti nya doi masih belum married ampe sekarang!" Tukas Sonya, sambil melipat kedua tangannya di dada."Tapi Kenzi udah punya pacar. Kau tahu kan siapa pacar Kenzi saat ini!" Viona pun meletakkan majalah tadi dan berjalan ke meja bar mini di dalam apartemen nya itu. Viona menuangkan anggur ke dalam gelas yang ada di atas meja. Da

  • Ranjang Panas CEO   Bab 75

    Kenzi tiba-tiba teringat Clarisa. Benar, mengapa Kenzi tidak menjadikan Clarisa sebagai tameng hidupnya. Paling tidak dengan menggandeng Clarisa maka Kenzi tidak perlu lagi raket nyamuk untuk menyingkir wanita-wanita yang pasti akan menempel pada nya selama pesta itu. Lagi pula kan Clrisa memang adalah pacar Kenzi. Semua orang di dunia tahu itu. "kau dimana Clarisa?" Tanya Kenzi pada Clarisa begitu telpon itu tersambung. "Aku? aku sedang di salon sayang." Jawab Clarisa berbohong sebab saat ini dia sedang ada di apartemen salah satu selingkuhannya yang berprofesi sebagai model juga. "Temani aku ke Villa nya Randy sabtu dan minggu ini. Dia mengadakan pesta koktail."Ujar Kenzi. Clarisa menoleh pada pria yang sedang bersama nya saat ini. Clarisa sudah terlanjut berjanji untuk ke Paris bersama pria ini sabtu dan minggu ini. Mereka pun sudah membeli tiket dan membooking hotel. Itu lah mengapa tadi Clarisa datang ke tempat Kenzi sebab dia membutuhkan suntikan dana tambahan untuk bero

  • Ranjang Panas CEO   Bab 74

    Freya menarik nafas sebanyak yang dia bisa lalu menghembuskan sambil terisak-isak. Kata-kata Kenzi yang mengatakan tidak ingin memiliki anak Freya bagaimana pun tetap dirasa kejam bagi Freya.Memang Freya tidak cintai Kenzi bahkan Freya sangatlah membenci pria itu. Tapi kenyataannya saat ini Freya sudah terikat tali pernikahan dengan Kenzi. Kalau bukan memiliki anak dari Kenzi, lantas dari siapa lagi Freya harus memiliki anak? Sedangkan bagi seorang wanita, takdirnya baru akan terasa sempurna bila ia bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri. Tapi kini, laki-laki kejam yang berstatus sebagai suami Freya malah dengan jelas mengatakan dia tidak ingin di repotkan dengan kehadiran anak di antara mereka."Dia memberikan ku status sebagai nyonya Kenzi Adinata, tapi di merenggut hak ku sebagai seorang ibu! Aku harus bagaimana tuhan?" Rintih Freya dalam hati. Ucapan Kenzi benar-benar menjadi satu pukulan yang lainnya bagi Freya. Bukan karena dia berharap memiliki anak dari laki-laki itu tap

  • Ranjang Panas CEO   Bab 73

    "Cewek-cewek pasti akan sedih kalau kalian tidak datang. Lagi pula ini party nya weekend. So waktu kerja para pejantan tangguh seperti kita ini tidak akan terganggu!" Tukas Randy. "Woman penting, tapi cuan lebih penting because no cuan, no woman, man.." Seru Randy yang hanya di tanggapi tatapan aneh oleh Kenzi dan Vano."Kriik..""Krik..."Sungguh garing."Well aku cuma mau ngasih itu untuk kalian berdua! Dan ingat besok untuk datang." Randy pun keluar dari ruangan Kenzi.Begitu Randy menutup pintu itu, pandangannya terkunci pada sekertaris Kenzi. Siapalagi kalau bukan Freya..Randy ingat, dia masih punya satu undangan lagi di dalam jas nya. Entah mengapa Randy sangat ingin memberikan undangannya itu pada gadis yang baru saja dia kenalkan ini."Aku akan membuat dia menjadi kemeriahan di pesta nanti. Aku rasa Kenzi pasti tidak akan keberatan bila kau menjadi keseruan di pesta nanti." Pikiran jahat sudah menghinggapi kepala Randy."Sibuk?" tanya Randy pada Freya yang sedang merapikan ja

  • Ranjang Panas CEO   Bab 72

    Begitu keluar dari walk in closet setelah berganti baju, Freya langsung melihat ke arah tempat tidurnya, dan ternyata Kenzi sudah tidak lagi berada di sana. Freya pun menscan seluruh ruangan kamar dan hasilnya tetap saja nihil, Kenzi juga tidak ada dimana pun, di ruangan itu. "apa dia mandi?" gumam Freya dalam hati, sambil melihat ke arah kamar mandi. Tapi pintu kamar mandi itu tidak tertutup yang artinya tak ada siapapun di dalam sana. "Sepertinya tidak di kamar mandi juga." Freya hendak melanjutkan langkah kaki nya keluar dari kamar itu. "Apa kau sedang mencari ku, Freya?" tanya Kenzi dari arah belakang, yang membuat Freya sedikit terkejut. Dan benar saja, saat Freya menolehkan kepalanya, dia mendapati Kenzi yang sedang bersandar di samping pintu walk in closet, tempat dia mengganti pakaiannya tadi. Dari penampilannya yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang, Freya yakin jika si Mr. Mesum ini pasti baru saja selesai mandi. "Kenapa aku tidak melihatny

  • Ranjang Panas CEO   Bab 71

    Akhirnya suapan terakhir pun, masuk sudah ke dalam mulut Freya. Dia meletakkan kembali piring itu, ke atas nakas."Ini minumlah." Kenzi menyodorkan segelas air pada Freya, dan Freya yang ingin ini semua drama memuakkan ini segera berakhir pun, meminum air itu dengan wajah yang masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Kenzi."Kau perlu apa lagi?" Tanya Kenzi sambil memperlihatkan gigi putihnya yang begitu sempurna. Berharap setelah perut Freya kenyang, hati nya jadi sedikit senang."Bisakah kau pergi dari kamar ini?" tanya Freya tanpa basa basi ditambah dengan senyum terpaksa, yang sangat jelas terlihat."Tidak!!" Jawab Kenzi masih dengan senyum manisnya."Oke." Freya yang merasa jengah pun, kembali membaringkan dirinya di kasur."Dia tidur lagi! Apa bagian bawahnya masih terasa sakit?" Kenzi sebenarnya sangat ingin menanyakan hal itu, tapi tidak berani ia lakukan.Kenzi ingat sewaktu dia membobol Clarisa, wanita itu terlihat sangat kesakitan padahal rasanya tidak lah sesulit sewaktu Ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status