"Hentikan! Sudah cukup! Jangan bertengkar lagi!" Senja berteriak.Keduanya menoleh ke arah Senja dan menghentikan aksi adu jotos yang telah mereka lakukan."Ayo masuk ke dalam kamar!" seru Dafa sembari memegangi tangan Senja."Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Senja menepis pegangan tangan Dafa.Senja berjalan pergi dari sana, Dafa mengikutinya dari belakang sembari mendengus kesal."Senja, berapa kali harus aku katakan agar kau tidak mendekati pria itu lagi!" Dafa memegangi lengan Senja dan memaksa Senja untuk berhenti berjalan sejenak."Pria itu lagi? Pria yang kau sebut adalah Kakak kandungmu sendiri! Ada apa denganmu Mas? Apa yang salah dengan pemikiranmu! Mas menjadikan aku sebagai istri kedua, tanpa sepengetahuanku!""Aku bisa jelaskan itu. Aku dan Lily menikah hanya Karena konspirasi perusahaan kami. Tidak lebih dari itu." Dafa memberikan alasan klasik."Mas pikir, aku akan percaya begitu saja dengan apa yang Mas katakan?" Senja melengos pergi."Senja, percayalah padaku. A
Senja berjalan dengan cepat menghampiri kedua anaknya."Mama," sapa Shanum."Kalian barusan manggil dia dengan sebutan apa?" Senja bertanya dengan tegas."Ehm! Nenek tadi bilang, Mama kami sekarang ada dua. Mama Senja dan Mama Lily," jawab Shanum."Dan kalian mau mau saja mengikuti ucapan dari Nenek Ayu?" Senja bertanya dengan keningnya yang mengkerut."Senja, kenapa pagi pagi begini sudah membuat keributan? Mereka sedang makan pagi. Dan Lily yang membuatkan sarapan untuk mereka. Kamu seharusnya berterima kasih kepada Lily! Bukan malah marah marah seperti ini," tutur Ayu."Aku berterima kasih, setelah ditipu mentah mentah?" "Senja! Jaga bicaramu!" bentak Ayu."Aku bicara benar kan Ma? Anak kesayangan Mama tidak memberitahuku jika dia sudah menikah sebelumnya!" "Lalu kenapa?" Lily ikut bicara."Aku dan kedua anakku akan pergi dari rumah ini! Kami tidak akan tinggal di sini lagi!" Senja menarik tangan kedua anaknya. Ia sedikit memaksa kedua anaknya agar mau bangkit dari tempatnya dudu
Dafa berusaha menemani Senja dan kedua anaknya hingga sore hari. Ia bahkan mengambil cuti hari ini, agar bisa tetap bersama dengan Senja.Bagaimanapun juga, Dafa tidak ingin Senja merasa kecewa karena menikah dengannya."Malam ini, kita semua turun ke ruang makan untuk makan bersama ya?" Dafa membujuk."Aku aku," ucap Senja dengan wajah ragu."Aku apa? Kita turun bersama. Tidak perlu ragu." Dafa memastikan.Senja tampak mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya dengan cepat."Senja, aku menikah denganmu bukan untuk mempermainkan hidupmu. Atau melakukan hal buruk terhadapmu dan anak anakmu." Dafa mencoba untuk meyakinkan."Lalu kenapa kau menikah lagi padahal kau sudah memiliki istri?" tanya Senja."Aku ingin seorang anak. Dan Lily tidak bisa memberikannya untukku.""Kau menganggapku pabrik anak?" Senja agak tersinggung."Senja, tidak ada yang mengatakan hal seburuk itu padamu. Ayolah coba untuk berpikir positif! Kita menikah dan kita berharap memiliki seorang anak adalah hal yang
Dafa menoleh ke arah Senja. Ia mengurungkan niatnya untuk sarapan dan malah mengejar Senja. Lily yang mendapati sang suami lebih perhatian kepada istri barunya tersebut, menjadi cemburu. Lily bangkit dari duduknya dan mengejar Dafa. Sedangkan Ayu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja tanpa bisa berkata apa apa."Mama kenapa Nek?" Shanum bertanya dengan wajah polosnya."Setahu Nenek, di tanggal tanggal tertentu para wanita dewasa kerap marah tanpa alasan yang jelas." Ayu beralasan."Shanum khawatir Mama akan menangis lagi. Akhir akhir ini, Mama jadi lebih banyak menangis daripada tersenyum!" "Jangan khawatir sayang. Semua akan baik baik saja. Ayah Dafa kan sedang mengejar Mama Senja."Wangi waffle membuat si kembar berhenti memikirkan Senja untuk sementara waktu."Kalian makanlah! Hari ini, Nenek menyiapkan waffle untuk sarapan." Ayu menuang sirup vanila ke atas waffle yang baru saja matang. Si kembar yang bersemangat, langsung menyantap makan pagi mereka dengan lahap.Di halaman
Bagas membawa Senja masuk ke dalam mobilnya. "Duduklah dengan manis! Kita akan jalan jalan!" "Tapi aku," ucap Senja gugup."Aku tapi apa? Kau ini butuh menghibur dirimu sendiri. Jangan bersikap konyol dengan menyiksa diri sendiri!" seru Bagas.Bagas masuk ke dalam mobil. Ia menekan klakson. Security rumah membuka pintu pagar. Mobil Bagas pun melenggang pergi dari rumah mewah keluarga Suryaningrat."Kita akan pergi kemana?" tanya Senja."Makan malam! Bukankah penampilan cantikmu ini untuk acara makan malam?" sahut Bagas."Tapi tidak denganmu!" seru Senja."Kau butuh teman. Sekeras apapun kau menyiksa dirimu, tak akan pernah mengubah kenyataan kalau Dafa memang menjadikanmu istri keduanya."Kalimat yang diucapkan oleh Bagas, langsung membuat Senja terdiam."Kau berniat keluar dari rumahku?" Bagas bertanya sembari melirik ke arah Senja."Ya! Aku ingin mengakhiri semuanya!" "Ketahuilah, keinginanmu ini sangat sulit untuk terwujud. Meski kau berusaha keras, kau sudah masuk ke dalam ruma
"BLaM!"Bagas melayangkan satu pukulan ke arah pipi Dafa. "BLaM!" Dafa pun juga membalas pukulan yang diberikan kepadanya. Kakak beradik itu sedang beradu kekuatan."Berhenti!" Ayu berteriak kencang. Semua orang menoleh ke arah Ayu. Bagas memegangi pipinya, dan melengos pergi.Senja juga masuk ke dalam rumah. Dafa mengikuti Senja. Lily hendak mengikuti Dafa, tapi Ayu mencegahnya. Ia memegangi tangan Lily."Hentikan sikap konyolmu ini! Aku tahu sakit perutmu yang barusan hanyalah pura pura! Kau sengaja melakukan hal itu, agar Dafa dan Senja tidak jadi makan malam di luar." Ayu bicara dengan sorot matanya yang tajam."Apalagi yang harus aku lakukan untuk mendapatkan perhatian dari suamiku?" tukas Lily."Pernikahan mereka adalah hal terbaik yang memang harus dilakukan. Dengan begini, keluarga Suryaningrat akan memiliki keturunan. Andai kau bisa memberikan seorang cucu untukku, maka pernikahan ini tidak perlu terjadi." Ayu bicara sembari pergi meninggalkan Lily begitu saja."Ayu tanpa k
Saat menjelang siang hari, Senja pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Secara tak sengaja, ia bertemu dengan Lily yang tengah membuat cake di dapur.Keduanya saling menatap dengan sinis tanpa mau bertegur sapa. Senja membuka pintu kulkas. Lily melengos melihat ke arah oven."Ting!" Oven berbunyi. Tanda kue yang dipanggang sudah matang."Muffin coklat sudah matang," ucap Lily bermonolog.Senja melirik ke arah kue muffin buatan Lily, ia jadi teringat akan kedua putrinya yang begitu menyukai kue muffin."Salsa dan Shanum sangat menyukai muffin. Apakah, Lily membuat kue itu untuk anak anakku? Tidak mungkin! Lily tidak tahu kesukaan anak anakku." Senja bicara dalam hati.Lily mengambil kotak bekal. Ia memasukkan muffin muffin buatannya ke dalam kotak bekal."Kenapa dia menaruhnya ke dalam kotak bekal?" Senja makin penasaran.Selain menaruh muffin ke dalam kotak bekal, Lily juga membuat jus alpukat. Ia menaruhnya ke dalam umbler. Hal ini, membuat Senja makin penasaran. Karena tak bisa l
"Lily! Lepaskan Senja!" ucap Dafa dengan sorot matanya yang memandang tajam."Mas berani melotot ke arahku?" tanya Lily."Aku suamimu! Hargai aku. Sejak awal pernikahan kita, kau tak pernah menghargai aku. Lama lama aku jadi muak dengan sikapmu ini."Lily terdiam mendengar ucapan Dafa tapi tangannya masih mencengkeram pergelangan tangan Senja dengan kuat."Lily! Aku bilang lepaskan dia! Jangan membuat keributan di sini!" Dafa mempertegas ucapannya."Aku tidak peduli!" Lily balik menantang.Ia menarik rambut Senja hingga Senja meringis kesakitan. Dafa berusaha memisahkan Lily dari Senja."Lily!" "PLak!" Akhirnya Dafa menampar Lily karena tak tahan melihat perilaku Lily yang terlalu arogan.Dessy dan para tenaga pengajar yang ada di sana menutup mulut mereka karena kaget melihat perilaku Dafa."Berhenti! Aku bilang berhenti!" Dafa yang naik pitam menjadi emosi. Security sekolah mendatangi Dafa dan berusaha menenangkan kemarahan Dafa. Lily yang kecewa akan sikap Dafa, masuk ke dalam mo