Beranda / Rumah Tangga / Ranjang Panas Suamiku / Bab 118. Mau Makan Apa?

Share

Bab 118. Mau Makan Apa?

Penulis: Kak Gojo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 19:58:10

Daffa berjalan cepat menyusuri jalanan yang basah, mengenakan jas hitamnya yang kini terlihat kusut dan berdebu.

Ia akhirnya tiba di pasar tradisional yang ramai. Suara tawar-menawar, teriakan pedagang, dan gesekan sandal beradu dengan lantunan dangdut dari warung kopi.

Daffa sontak berhenti, hidungnya mengerut tajam. Ia menutup hidung dengan punggung tangannya, jijik terhadap bau amis ikan yang bercampur dengan aroma terasi dan bau kotoran. Seumur hidupnya, ia hanya mengenal aroma parfum mahal, leather mobil, dan AC ruangan.

“Ya Tuhan, tempat apa ini?” bisik Daffa pada dirinya sendiri.

Ia membuka telapak tangannya. Di sana, terlipat uang tunai yang lusuh sebesar 35 ribu. Uang itu terasa menyedihkan, tidak lebih dari biaya parkir mobilnya dulu.

Daffa mengingat daftar belanja Wilona. Wanita itu menitip tahu, tempe, kangkung, dan susu bayi.

Ia mendekati pedagang sayur. "Kangkung... satu ikat berapa, Bu?" tanyanya, suaranya dipaksakan pelan.

"Lima ribu, Mas. Mau berapa?"

Daffa menghitung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 129. Belilah Baju Baru

    Daffa langsung menggeleng cepat. “Gak ada apa-apa.” Atensinya pun langsung beralih pada Arkana."Aduh, jagoan Papa makannya lahap sekali ya," goda Daffa, mencondongkan badan untuk mencium kening Arkana. "Lihat, Ma, dia senang sekali dibelikan biskuit baru."Wilona tersenyum, senyum yang terasa sedikit kaku. "Tentu saja. Dia senang karena biskuit itu kita belikan dari hasil keringatmu, Daffa. Bukan dari uang hasil merampas."Mendengar kata-kata itu, Daffa terdiam. Ia tahu Wilona masih memendam amarah atas kunjungan Nindi kemarin. Ia meletakkan sendoknya, meraih tangan Wilona yang bebas."Aku tau kamu masih marah, Wil, karena Nindi kemarin," kata Daffa pelan. "Tapi kita sudah sepakat, kan? Kita gak akan membiarkan mereka merusak kedamaian kita. Biarlah mereka hidup bahagia, dan kita pun harus fokus pada kebahagiaan kita juga.”Wilona menarik tangannya perlahan, kembali fokus pada Arkana. "Aku gak marah, Daffa. Aku hanya... memikirkan biaya hidup kita. Kau harus kembali ke pasar sebentar

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 128. Rencana Gila Wilona

    Malam harinya, Daffa dan Wilona berbaring di kasur tipis mereka. Arkana sudah tertidur pulas di antara keduanya.Tak lama, Daffa pun ikut ke alam mimpi, ia tampak kelelahan setelah seharian bekerja di pasar.Namun, Wilona tidak bisa memejamkan mata. Otaknya terus memutar kembali setiap ucapan Nindi: “Sepertinya tempat ini cocok untuk tingkat sosial kalian sekarang.” dan “Kami ingin kalian melihat bagaimana rasanya menjadi pemenang.”Darah Wilona kembali mendidih. Penghinaan itu terasa lebih menyakitkan daripada kemiskinan yang mereka alami.Ia teringat bagaimana Nindi dan Rexa bekerja sama menjebak Baskara, ayahnya, dan bagaimana mereka mencuri semua aset perusahaan milik Daffa, Zenith Corp.Dendam yang selama ini ia tahan, yang ia pendam demi kebahagiaan sederhana, kini meledak kembali. Mereka berhak menderita, pikir Wilona.Wilona pun perlahan bangkit dari kasur, bergerak hati-hati agar tidak membangunkan Daffa. Ia lalu menyelinap keluar dari kamar, menuju kamar kecil Nanik yang ber

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 127. Undangan dari Mantan

    “Wah, jadi ini ya rumah baru kalian? Selamat ya,” sapa Nindi dengan nada merendahkan, menyapu pandangan ke kontrakan kecil itu. Ia menatap Daffa, yang mengenakan kaus oblong lusuh, lalu ke Wilona yang sedang menggendong bayi mereka. "Sepertinya tempat ini cocok untuk tingkat sosial kalian sekarang. Sangat... membumi."Darah Wilona terasa mendidih. Ia ingin sekali menjambak rambut Nindi, melampiaskan semua rasa sakit, pengkhianatan, dan penghinaan yang telah ia dan ayahnya alami. Namun, tatapan mata Daffa, yang berdiri di sampingnya, menyampaikan sebuah peringatan dingin.Daffa menggelengkan kepalanya sedikit, isyarat tanpa suara, mengingatkannya bahwa mereka tidak punya kuasa apa-apa lagi untuk melawan.Wilona menarik napas tajam, menahan semua amarah itu di balik ekspresi datarnya. "Mau apa kau kemari, Nindi?""Aku ingin mengantarkan undangan pernikahan." Nindi menyerahkan amplop itu ke tangan Daffa. "Kami tau kalian ingin melihatnya. Rexa dan aku mengundang kalian untuk menjadi saks

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 126. Bertemu Lagi

    Sementara itu, di belahan lain, Nindi dan Rexa tenggelam dalam kesibukan persiapan pernikahan mereka yang akan diselenggarakan tiga hari lagi.Di salah satu suite mewah hotel bintang lima di Jakarta, Nindi duduk di sofa beludru, jarinya mengetuk-ngetuk layar tablet, menyempurnakan daftar tamu.Di sudut ruangan, Rexa, calon suami Nindi, tengah bertelepon dengan pihak catering dan WO, ingin memastikan dekorasi aula besar sudah sesuai dengan tema mewah yang Nindi inginkan.Rexa terlihat tegang, tetapi bahagia. Ia akhirnya akan mengikat janji dengan Nindi, sekaligus menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan Zenith Corp yang sudah Nindi pegang."Rexa! Sini sebentar," panggil Nindi tanpa mengalihkan pandangan dari tablet.Rexa segera menghampiri, duduk di sebelah Nindi. "Ada apa, Sayang? Sudah final untuk bunga mawar putihnya?""Bunga sudah beres, sudah pasti yang paling mahal dan paling segar. Ini tentang daftar tamu," kata Nindi, menyunggingkan senyum tipis. "Ada satu nama lagi yang

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 125. Keluarga Kecil

    "Dia tau kalau Papanya kini wangi kopi dan keringat, bukan wangi parfum mahal lagi," balas Daffa, mencium pipi Arkana yang gembil. "Begini jauh lebih jujur, Wil. Kebahagiaan kita gak lagi perlu dibeli."Setelah selesai, Arkana dibungkus handuk dan dibawa ke kamar. Daffa dengan cekatan memakaikan popok dan pakaian pada putranya, sementara Wilona bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Dapur kontrakan itu sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang bergerak leluasa. Wilona sedang mengiris tipis tempe dan bawang putih untuk memasak orak-arik tempe— menu andalan mereka karena murah dan bergizi.Tiba-tiba, sepasang lengan kekar melingkari pinggang Wilona dari belakang. Daffa menyandarkan dagunya di bahu Wilona, menghirup aroma masakan yang bercampur dengan aroma minyak kayu putih dari bahu Wilona."Wanginya enak sekali," bisik Daffa, suaranya serak. "Aku jadi lapar.""Jangan peluk-peluk, Daffa. Tubuhku kotor," ujar Wilona, tersenyum kecil."Aku gak peduli," Daffa mengeratkan pelukannya

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 124. Hukuman Untuknya

    Beberapa bulan berlalu. Daffa dan Wilona bertahan hidup dengan menjual sisa perabotan kecil di rumah peristirahatan, sementara dunia sibuk menyorot skandal korupsi terbesar tahun ini.Tibalah hari yang menentukan. Daffa dan Wilona, bersama Nanik yang didorong di kursi roda, duduk di ruang tengah. Mereka menatap layar televisi 14 inci yang bersemut, menyaksikan siaran langsung pembacaan vonis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.Hakim Ketua membacakan putusan untuk terdakwa pertama: Baskara Hadikusuma.Udara di ruangan itu terasa berat."Menimbang seluruh alat bukti, keterangan saksi, dan pengakuan, Majelis Hakim menyatakan Terdakwa Baskara Hadikusuma terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut, serta tindak pidana pencucian uang, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status