ホーム / Rumah Tangga / Ranjang Panas Suamiku / Bab 3. Ternyata Suamiku....

共有

Bab 3. Ternyata Suamiku....

作者: Kak Gojo
last update 最終更新日: 2025-08-07 14:33:08

“Kamu… kenapa kamu basah-basahan begitu?” tanya Nindi penuh selidik.

“Maaf, Bu. Saya habis keramas, tapi lupa bawa handuk. Jadinya baju saya ikutan basah.”

Nindi bergeleng kecil. Tanpa banyak bicara, Nindi bergegas ke kamarnya. Ia membuka pintu perlahan, penuh keraguan. Pandangannya langsung tertuju pada ranjangnya.

Nindi menghela napas lega. Ternyata Daffa masih tidur. Dan skenario buruknya pun sama sekali tidak terjadi.

Nindi mendekati suaminya, menatap wajah Daffa yang terlihat begitu tenang dalam tidurnya. Namun, ketenangan itu tidak mampu meredakan badai di hati Nindi. Bagaimana Daffa bisa tidur senyenyak itu, sementara ia sendiri dilanda kegelisahan yang luar biasa?

Nindi merasa ada yang tidak beres. Daffa harusnya sudah bangun dan bersiap-siap ke kantor. Tapi, Daffa justru masih tidur sampai saat ini.

Pikiran buruk pun kembali menyerang Nindi. Mungkinkah suaminya baru selesai bercinta dengan Mila, lalu karena kelelahan, Daffa kembali tertidur? Begitu pula Mila yang langsung ke toilet untuk membersihkan diri.

Ah, sialan! Kenapa adegan itu harus terlintas di otaknya?

“Sial, sial, sial!”

“Ah, Sayang. Sakit!” Daffa langsung membuka matanya kala merasakan pukulan kuat di dadanya. “Ada apa denganmu? Kenapa kamu mengumpat dan memukulku?”

Nindi mengatur napasnya, berusaha meredam amarah. “Aku ingin bertanya sesuatu.”

Daffa bangkit dari ranjang. “Ah, badanku sakit sekali!” keluhnya sembari meluruskan otot. Matanya tertuju pada isi koper yang terbongkar. “Sayang, kenapa baju kotorku belum kamu cuci?” Daffa heran, baru kali ini Nindi tidak membereskan kerjaannya.

“Mas….”

Daffa melihat lagi pekerjaan Nindi yang belum beres. Sebagian baju kotornya sudah masuk keranjang cucian, sisanya tergeletak di lantai. Dan ada satu benda yang mengalihkan pandangannya.

Celana dalam renda berwarna merah.

Daffa mengambilnya dan memberikannya pada Nindi. “Sayang, ini untukmu.”

Nindi langsung memanas. Ia mengumpat dalam hati. ‘Apa ini? Apa dia menyuruhku mencucikan pakaian dalam milik selingkuhannya! Sial!’

“Mas! Kamu kurang ajar!”

Daffa merasa bersalah. “Maaf, Sayang. Aku lupa ukuran punyamu berapa. Jadinya aku hanya membeli satu. Itu sudah sepaket sama lingerie-nya. Aku pikir kamu kamu akan terlihat seksi jika memakainya.”

Nindi bungkam seribu bahasa. Ia mengecek kembali koper Daffa. Dan benar saja di bawah tumpukan baju paling bawah ada lingerie merah, masih lengkap dengan label merk-nya.

“Aku benar-benar bingung harus membawakanmu apa dari China. Koleksi tas dan sepatumu banyak yang tak terpakai. Begitu juga perhiasanmu. Jadi kupikir, akan lebih berguna jika kubawakan baju dinas. Setidaknya kamu harus memakainya untukku!”

Daffa juga mengeluarkan syal kain sutra lalu melilitkannya di leher Nindi. “Kamu juga harus pakai ini saat shift malam! Biar tidak kedinginan!”

Mata Nindi mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar malu.

‘Bisa-bisanya aku mencurigai Mas Daffa berbuat yang macam-macam,’ batinnya.

Melihat ekspresi Nindi menahan tangis, Daffa langsung cemas. “Kamu kenapa, Sayang? Apa yang membebanimu?”

“Aku… aku sempat meragukanmu, Mas. Aku pikir kamu mendua. Soalnya, semalam kamu sangat aneh. Dan pagi ini, kita tiba-tiba kedatangan pembantu baru yang masih muda. Aku jadi gelisah.”

“Soal itu, aku terlalu banyak minum alkohol selama penerbangan. Kamu tau sendiri kan, aku harus menghargai kolega bisnisku. Aku tidak bisa menolak ajakan minum mereka. Aku bahkan tidak ingat apa-apa setelah tiba di bandara.”

Nindi hanya mengangguk pelan.

“Apa jangan-jangan semalam aku ada menyakitimu?” tebak Daffa cemas.

Nindi tersenyum tipis. Ia tidak ingin Daffa semakin merasa bersalah. “Nggak kok, Mas. Kamu cuman sedikit kasar di ranjang, tapi itu nggak masalah.”

Daffa langsung memeluk Nindi dan mengecup ujung kepalanya. “Maaf, Sayang. Aku janji hal itu tidak terulang lagi. Dan soal pembantu baru kita, maaf, aku belum sempat berdiskusi denganmu. Karena kupikir, dia tibanya lusa, bukan hari ini.”

Daffa pun menjelaskan sosok Mila secara singkat. Mila adalah anak dari pembantu di rumah rekan kerjanya. Baru lulus SMA, dan langsung merantau mencari kerja.

“Aku bener-bener tidak enak saat Pak Raka cerita. Dia mau menampung anak itu, tapi dia sendiri sudah banyak pekerja. Kalaupun dipaksa, tidak ada kamar untuk Mila tiduri. Jadi aku memutuskan untuk menyuruhnya ke sini.”

“Lagian aku pikir, kita butuh pembantu. Soalnya kasihan kamu tiap hari beresin rumah padahal lagi capek juga. Kalaupun kamu tidak setuju, kamu boleh memecatnya. Tapi gunakan kata-kata yang bagus ya, biar dia tidak tersinggung,” lanjut Daffa.

“Nggak apa-apa, Mas. Biar aja dia bekerja di sini. Kalau kinerjanya kurang, baru deh aku pecat saja.”

Daffa memeluk erat tubuh Nindi. Begitu pula dengan Nindi yang sangat nyaman di dekapan suaminya.

Nindi benar-benar lega. Semua kekhawatirannya telah terjawab.

Daffa dan Nindi terus berpelukan, bahkan berciuman bibir sekilas. Tanpa mereka sadari, ada Mila yang mengintip di balik pintu yang tak tertutup rapat.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 78. Putus Saja Ya?

    Tak lama setelah Daffa pergi, Mila masuk ke kamar majikannya. Ia langsung mendapati Nindi sudah tersedu-sedu. Nindi terduduk lemah di lantai, bersandar pada dinding, dengan bahunya bergetar hebat.Mila menyadari bahwa Nindi pasti telah mendengar keributan di luar. Ia meletakkan semangkuk bubur di meja nakas, lalu bergegas menghampiri Nindi dan mengusap bahunya.Nindi mendongak, menatap Mila dengan tatapan sinis dan penuh luka. “Harusnya kamu bergabung saja dengan para pengkhianat itu. Jangan berpura-pura baik di depanku.”Mila menggigit bibirnya, air mata penyesalan menggenang. “Ibu… saya sungguh bisa jelaskan.…”“Jangan menjelaskan apapun!” potong Nindi tajam. “Kamu sama saja seperti mereka! Tega merusak kepercayaanku!"Mila makin merasa bersalah. Ia tahu Nindi benar. Seharusnya ia tidak pernah menutupi perselingkuhan Daffa, walau di bawah ancaman.“Sejak kapan? Sejak kapan kamu

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 77. Dikelilingi Pengkhianat

    Tak lama setelah kembali dari pemakaman, saat Nindi duduk merenung dalam keheningan ruang tamu yang berat, ponsel Daffa berdering. Ia melihat nama penelepon di layar—Wilona—dan seketika panik.Daffa langsung bergegas menuju dapur, meninggalkan Nindi sendirian.Daffa menjawab panggilan itu dengan suara berbisik dan tegang. “Maaf, Sayang. Aku gak sempat balas chat-mu. Istriku baru saja keguguran, dan ini baru selesai pemakaman.”Di seberang sana, suara Wilona terdengar cemas dan lembut. “Iya, aku mengerti, Daffa. Aku cuma mau mastiin, kamu nggak kenapa-napa, kan? Jangan sedih, ya. Ingat, kamu masih punya anak di kandungan aku,” katanya, mencoba menghibur sekaligus mengingatkan akan ikatan mereka.“Iya, Sayangku. Kamu jangan khawatir,” jawab Daffa, nadanya meredup karena ia masih berada di rumah.“Btw, Daffa, aku kangen. Kamu nggak ke sini nanti malam?” tanya Wilona, penuh harap.

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 76. Konflik Masa Lalu

    Daffa tiba di ruangan tujuan dengan napas tersengal. Ia mendorong pintu dan langsung melihat istrinya. Nindi sudah tak berdaya, seperti orang yang kehilangan seluruh semangat hidup. Istrinya hanya terduduk lemah di ranjang perawatan, bersandar pada bantal dengan pandangan kosong menatap dinding putih.Daffa menelan ludah, rasa takut dan bersalah mencengkeramnya. Ia pun melangkahkan kaki amat pelan, setiap langkah terasa berat, menuju ranjang perawatan.“Sayang….” Daffa memanggil lembut. “Kamu baik-baik saja?”Mila, yang tadinya duduk menangis di kursi sudut ruangan, langsung bangkit begitu melihat Daffa. Matanya merah dan bengkak.Daffa sekilas melirik Mila yang berdiri tegang, lalu kembali fokus pada Nindi.“Sayang, maaf aku baru sempat ke sini,” katanya, tangannya meraih tangan Nindi yang dingin. Nindi tidak merespon, tangannya lemas di genggaman Daffa. “Aku… aku kira kamu baik-baik saja, ma

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 75. Gila Kamu, Daf!

    Nindi menarik napas berat. “Aku sudah tau selama ini kamu menutupi perselingkuhan Mas Daffa. Membelanya mati-matian, bahkan jadi mata-mata, melaporkan semua kegiatanku kepadanya agar dia aman selama bermain dengan selingkuhannya.”Napas Kiara seketika tercekat. Wajahnya langsung memucat, pengkhianatannya terbongkar di saat yang paling buruk.“Nindi, soal itu… a-aku bisa menjelaskannya. Ada alasan kenapa aku melakukan itu…”“Nggak ada yang perlu dijelasin lagi!” Nindi memotong, suaranya meninggi dengan getaran emosi yang tertahan. “Aku nggak mau mendengar penjelasan dari orang munafik sepertimu!”Mendengar kata 'munafik', mata Kiara mendadak memanas. Ia merasa marah dan kecewa dituduh seperti itu. “Munafik? Nindi, aku ini sahabatmu!”Nindi tak mau kalah. Dadanya makin bergemuruh, mengingat semua dukungan palsu Kiara. “Maka jadilah sahabat yang baik, Kiara! Stop

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 74. Sudah Gak Tahan!

    Sore itu, Daffa menyempatkan diri menemui Wilona.Kali ini mereka bertemu di sebuah kamar hotel mewah, jauh dari risiko ketahuan.Ibu Wilona, Nanik, sudah menjalani perawatan intensif di rumahnya dengan dokter pribadi, jadi Daffa tidak perlu lagi mengunjungi rumah sakit hanya demi bertemu Wilona.Wilona tersenyum lepas saat membuka pintu, senyum yang langsung menerangi wajahnya. Daffa berdiri di ambang pintu, membawa seikat bunga mawar merah favorit Wilona.Wilona mengambil bunga itu dengan gembira, mencium aromanya sekilas, lalu mempersilakan Daffa masuk.Begitu pintu tertutup, Daffa langsung menarik Wilona ke dalam pelukan dan melabuhkan ciuman yang mendesak di bibir wanita itu.Wilona spontan mengalungkan tangannya ke leher Daffa, membalas ciuman itu dengan intensitas yang sama.Ciuman Daffa makin turun, bergerak dari bibir, beralih liar ke leher, lalu menuju lekukan dada Wilona. Saat Daffa hendak meremas buah dada Wilona di balik

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 73. Masih Pedulikah Kamu?

    Makin hari, Daffa makin jarang pulang. Ia selalu tiba larut malam, beralasan bahwa ia lembur di kantor. Nindi juga tidak begitu memedulikan suaminya, tidak lagi bertanya atau melarang. Hatinya sudah mati rasa terhadap keberadaan Daffa.Nindi hanya tersiksa karena ia harus terus menunda proses perceraian ini, entah sampai kapan, hingga Rexa menghubunginya lagi.Tanpa ia sadari, ia sudah larut dalam pusaran kesedihan yang mendalam. Nafsu makannya hilang, dan ia hanya menghabiskan waktu dengan menangis sepanjang hari. Di luar sana, ia tahu, Daffa sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya, menikmati kebebasan dari kewajiban pernikahan.Pukul satu malam, Daffa tiba. Ia membuka pintu kamar perlahan dan melihat Nindi meringkuk di sisi ranjang, tubuhnya gemetar tanpa selimut.Jujur, Daffa merasa iba melihat pemandangan itu. Ia mengambil selimut tebal dan dengan hati-hati menutupi tubuh sang istri yang kedinginan.“Sayang.…” Daffa mem

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status