Fakta Baru Iman

Cahaya mendelik kesal pada suaminya. Bagaimana bisa Iman begitu patuh dan malah menandatangani surat perjanjian yang diberikan Bening. Cahaya yakin sekali jika ada udang dibalik batu. Bening pasti merencanakan sesuatu.

"Kenapa sih kamu iya-iya aja tadi?" Cahaya kesal karena Iman main tanda tangan saja.

"Memangnya aku harus bagaimana?"

"Kamu bisa menolaknya kan, mas. Itu rumah milik kalian bersama, wajar kalau Bening yang membayarnya."

Jika dipikir lagi memang benar. Itu karena dari awal Bening yang menyanggupi membayar cicilan rumah. Tapi apalah daya Iman saat ini, baik Bening dan Iman sama-sama memegang kartu mati. Jelas Iman tak bisa berkutik.

"Biarkanlah, Ca. Nggak usah kamu pikirin. Itu biar jadi tugasku membayarnya."

Iman mengambil jaket ojek onlinenya yang ditaruh di belakang pintu lalu memakainya.

"Kamu mau ngojek, mas?"

"Ya cari duit buat beli rokok." Iman melenggang pergi setelah mengatakan itu.

"Ah, pria itu!" Menyebalkan sekali. Cahaya sampai berdecak kesal. "Perumahan apa