Share

Chapter 4

"Eh, besok bahasa indonesia bukan?" Kyra memulai pembicaraan di kamarnya. Para santriwati kini sudah berada di kamarnya masing masing, sebenarnya ini sudah waktunya mereka untuk tidur. Bel pun sudah berbunyi, tapi Kyra dan teman teman sekamarnya belum mengantuk.

"Eh, iya."

"Ho oh."

"Iya," jawab Ataya dan beberapa temannya berbarengan.

"Wawancara kan berarti?" Kyra mengangkat tubuhnya bangun, ia terlihat cukup antusias.

"Yoi."

"Iyap."

"Ho oh."

"Iya kayaknya," jawab Ataya mengikuti temannya yang lain.

"Yeah, gak sabar, ah." Kyra kembali berbaring. Kini punggung bagian belakangnya sudah bersentuhan dengan ranjang mpuk yang diselimuti sprei polos.

"Dih, kamu mah suka ya kalo ada tugas wawancara?" tanya Ataya.

"Tau ih, suka banget keknya kalo ada tugas wawancara," sambung temannya.

"Ho oh, aku tak tertarik. Malas kali lah," ujar teman lainnya melengkapi

"Seru lah, bisa keliling keliling pondok. Ketemu kakel, guru guru. Haish, berasa bebas," jawab Kyra menolak pendapat teman temannya.

"Oh, dia mau ketemu santriwan gans. Dia mau cari yang bening bening kek nya," ujar Ataya meledeknya.

"AHAHAHAA" tawa yang cukup keras dari teman teman Kyra mengisi kamar itu.

"BOLEH JUGA SIH BUND," ledek teman lainnya.

/tok tok

"Hayo, kamar ini kok masih rame? Udah pada tidur belum?" ketukan dan suara ustadzah Aulia terdengar dari balik pintu. Malam itu, ustadzah Aulia yang bertugas. Memastikan seluruh santriwati sudah masuk kamar dan tidur tepat waktu.

"Shttt, shttt...." 

"Eh, ehh. Shttt...," para santriwati di kamar itu menghentikan pembicaraan nya. Seketika, kamar menjadi hening. Lampu di sana sudah di matikan. Semua pun akhirnya memutuskan untuk tidur. 

**********************

"Yeayy, waktunya wawancara!" Kyra teriak dengan antusias keluar dari kelasnya. Ia bersama teman temannya yang lain membawa buku catatan dan alat tulis. Mereka akan mewawancarai beberapa orang di sana. 

"Kita mau kemana dulu nih?" Kyra melanjutkan pembicaraannya sembari sedikit merapikan hijabnya yang kurang rapi.

"Ke- ke gedung santriwan!!" teriak salah satu teman Kyra sambil berlari menghampirinya. 

"WUUUUU," surak teman temannya serentak.

"Eh, tapi boleh juga tuh dicoba," sambung Kyra menyetujuinya. 

"Halah, sama aja kamu ndok, ndok," ledek Ataya mengalihkan wajahnya diiringi gelengan kepala. 

"Hayuk lah, kita mau wawancara bapak penjaga gedung santriwan juga kan? Mending kesana aja dulu." Kyra menunjuk ke arah gedung santriwan yang posisinya ada di sebrang gedung santriwati. 

"Yaudahlah, gass aja." angguk salah satu temannya menuruti keinginan Kyra. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk menjadikan gedung santriwan sebagai destinasi pertama yang akan mereka kunjungi. 

***********************

"Shtt, kita dilarang berisik disini. Cari dulu pak Ahmad nya mana?" bisik Kyra mengendap endap memasukinya gedung santriwan. Arah matanya berpencar ke seluruh penjuru gedung. Saat itu, masih jam pelajaran pertama. Para santriwan tengah fokus belajar di kelas nya masing masing. 

"Kayaknya, di dapur gak sih?" ujar Ataya yang juga sedang mencari cari keberadaan pak Ahmad selaku bapak penjaga gedung santriwan.

"Coba aja lah yuk, cek cek," jawab Kyra melanjutkan langkahnya ke arah ruang dapur dan ruang makan. 

"Tapi, dapurnya bener kesini kan?" tanya Kyra mencoba memastikan. 

"Kayaknya sih bener," jawab beberapa teman lainnya mengangguk. Tak lama dari sana, mereka tiba di depan ruangan yang mereka tuju. Mereka mencari pak Ahmad disana. Kyra lah yang menjadi satu satunya santriwati paling pemberani dengan orang baru. Dirinya tak segan segan memulai pembicaraan dengan orang yang baru ia kenal. Sangat terbuka dan ramah. Kyra yang selalu kelompoknya andalkan setiap kali wawancara. 

**********************

Hari sudah semakin siang, jam pelajaran pertama sudah hampir habis. Kelas Kyra masih sibuk berkeliling gedung menyelesaikan tugasnya. 

"Alhamdulillah, selesai juga akhirnya. Huh," Kyra duduk disalah satu kursi yang berjejer di depan gedung santriwati. 

"Alhamdulilah," ujar teman teman yang lain mengikuti.

"Kumpulin sini bukunya. Habis itu, kita balik lagi ke kelas sebelum jam tahfidz mulai." Kyra membuka buku catatannya. Teman teman lainnya mengikuti dan menyerahkan bukunya pada Kyra. Tugas mereka di pelajaran itu sudah selesai. Mereka mini harus kembali menuju kelas dan bersiap untuk jam pelajaran berikutnya yaitu tahfidz. 

************************

Saat waktunya tidur siang, 

Seperti biasa, seluruh santri memasuki kamarnya. Kyra sudah bersiap untuk tidur. Tak sah rasanya, jika mereka tak membuat suatu pembicaraan sebelum tidur. Kyra mencoba memulai pembicaraan di kamar siang itu. Anak itu memang tak pernah habis berbicara. Ia sangat suka bercerita dan berbagi cerita. 

"Aya, aya, kemarin abang kamu gimana?" Kyra menarik selimutnya. Meski siang hari, kamar itu cukup dingin. Pendingin kamar itu baru saja selesai dibersihkan beberapa hari lalu, ruangan terasa dingin sempurna. 

"Hm... Ya gak gimana gimana. Gak tau juga sih, aku belum tengok lagi" jawab Ataya memeluk guling kesayangannya. 

"Owalah. Tadi kita ke gedung santriwan gak ngelewatin kelas abang mu ya?" 

"Ho oh, entaran deh kalo uang saku dari umma udah abis, Aya kesana lagi. Uang Aya ada di abang. Hahaa." 

"Astaghfirullah, jenguk kalo ada perlunya aja ya?"

"Ahaha, iya dong. Tapi Aya penasaran juga sih sebenernya, dia apa bisa gitu hidup di pesantren?" 

"Soalnya, di sekolahnya yang lama aja dia susah banget gitu buat main main sama temen temennya. Dia suka banget menyendiri, heran. Kelainan apa gimana tuh anak?" 

"Eh, astaghfirullah. Gak boleh gitu. Ya emang gitu kali anaknya, emang pendiem banget apa? Kalo di kelas kita, abang mu kayak siapa diem nya?" 

"Ish, gak usah ditanya. Pendiem banget, asli. Di kelas kitaa tuh kayak... Eumm, di kelas kita emang ada yang pendiem? Perasaan bar bar semua." 

"Ahahaa, iya juga. Alhamdulillah sih gak ada yang pendiem, enak semua buat diajak main, asik asik anaknya."

"Nah, iya kan? Abang ku gak ada tandingannya. Pendiemmmm banget, subhanallah. Ah, entar aku bawa kamu deh kalo ke gedung abang. Tapi, dia tuh agak risih sama orang, jangankan sama orang, sama adek kandung sendiri aja kalo diajak ngomong dianya risih. Heran." 

"Oh, gitukah? Susah juga ya kalo pendiem. Kyra gak ada saudara sih. Gak tau gimana rasanya punya kakak atau adik. Ya diem aja sendiri kalo di rumah omah. Makannya lebih suka di pondok, banyak temen." 

"Iya sih. Keliatan dirimu sukanya berkeliaran. Macam lalat cari makan. Wush, fansnya dimana mana yaa." 

"Aamiin. Udahlah ini kita napa jadi ngobrol terus terusan sih? Ngakak, yang lain sibuk ngobrol masing masing. Pembahasannya random pula." 

"AHAHA, udah ayo ah. Ngakak sampai terkentut kentut saya. Tidur Kyr, tidur." Ataya menggulingkan tubuhnya diatas kasur. Dirinya tertawa geli mendengar ucapan sahabatnya. Tak terlalu lucu, namun caranya berbicara dan menyampaikan sangat sangat berbeda dari biasanya. 

"Kamu ngapain, astaghfirullah. Jangan guling guling heh. Rubuh nanti kasur mu!" ujar Kyra dengan nada yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. 

"Ngakak, pengen pipis!! Ah, ku udah di posisi uenak malah kebelet." Ataya melanjutkan tawanya. Ia mencoba bangun dari ranjangnya dan pergi menuju kamar mandi. 

"Hilih, gak usah laporan. Pipis ya tinggal pipis sana, lho. Awas, merucut di jalan!!" teriak Kyra melihat Ataya yang semakin menjauh. Pembicaraan mereka pun akhirnya berakhir sampai disana. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status