“Satu langkah ke kanan, mundur dua langkah ke belakang. Berputar sekali, lalu langkah pentingnya adalah jangan menginjak pasangan menari kalian," instruksi seorang guru menari.
Hari kelulusan sudah hampir di depan mata.
Akademi sihir yang tahu kalau anak murid lulusan mereka akan segera menggelar pesta debutante itu, sengaja mengadakan pelatihan dansa di akhir pekan.
Berlatih menari akan lebih baik jika dilakukan sedari dini, karena setiap langkah yang ditunjukkan di depan pasangan menarimu, akan sangat mempengaruhi karakteristikmu.
THOMP!
“Uh, Your Highness! Anda menginjak kaki Saya lagi."
“Uwah, maaf.”
Entah sengaja melakukannya karena dendam pribadi, atau memang benar-benar tidak sengaja, Lancient menginjak kaki pasangan latihan menarinya, … yang tak lain adalah Darissa.
Ada kelegaan kecil yang terpancar dari raut mukanya Lancient, menjadikan Darissa sebagai partner berlatih menarinya cukup menguntungkan.
Dikarenakan, Darissa adalah seseorang yang sangat ahli dalam bidang itu, sehingga membuat gerakan tariannya menjadi lebih baik lagi.
Akan sangat memalukan nanti jika dia menginjak kaki Aira di pesta debutante, atau mungkin gerakan menarinya tak sesuai dengan irama.
“Mari mulai lagi dari awal. Anda masih buruk dalam menyesuaikan langkah kaki agar selaras dengan irama. Pertama-tama, perbaiki posisi tubuh Anda dengan benar.”
“Ah oke, aku mengandalkan bantuanmu."
“Kalau begitu, langkah pertamanya ialah. Lekatkan telapak tangan kiri Anda pada telapak tangan kanan Saya, tangan kiri Saya akan memegang bahu Anda. Terakhir, lingkarkanlah tangan kanan Anda pada pinggang Saya.”
“Seperti ini?”
Lancient mendengarkannya secara baik-baik instruksi dari Darissa.
Sudah terhitung 3 kali mereka berdua berlatih berdansa bersama.
Akan tetapi, baru kali ini Lancient mulai memahami pembelajarannya, … berkat Darissa yang senantiasa bersabar menjelaskan setiap hal yang tak dia pahami dengan sangat detail.
“Tepat sekali. Kalau begitu, Saya akan memundurkan kaki kiri Saya selangkah ke belakang, Anda harus mengikuti pergerakan Saya dengan cara melangkahkan kaki kanan ke depan, menapaki tempat yang kaki kiri Saya injak barusan.”
“Uh-huh, lalu apa setelah itu?”
“Lakukan hal yang serupa dan langkahkanlah kaki Anda dua kali lagi ke depan, tapi itu harus menggunakan kedua kaki Anda secara bergantian, ya.”
Darissa memundurkan langkahnya dua kali ke belakang, yang kemudian segera diikuti oleh Lancient.
Lancient terlihat sangat senang dengan keberhasilan kecil yang baru ia raih itu.
“Giliran Anda yang mundur ke belakang dua langkah, lalu setelah itu angkat tangan Saya yang di genggam ini sedikit naik ke atas.”
STEP … STEP ….
“Mundur ke belakang dua langkah, lalu mengangkat tanganmu."
“Tolong perkuat otot pundak Anda dan alirkan sedikit tenaga pada bagian lengan atas, Saya akan berputar sekitar 360° lalu akan berhenti dengan cara menarik tangan Anda ke belakang."
"…?"
"Anda tidak boleh sampai tertarik oleh Saya, yang harus Anda lakukan adalah diam di tempat, lalu balik menarik dan rangkulah pinggang Saya kembali. Apa Anda mengerti?”
“Baiklah, aku siap.”
Lancient menganggukkan kepalanya mantap.
Segera setelah mendapatkan balasan yang positif itu, Darissa memutarkan tubuh sampai bagian rok gaunnya yang lebar terangkat, seakan terbang mengambang di udara.
Ditariknya tangan Lancient sehingga membuat laki-laki muda tersebut, merasa ada sedikit tertekan akan liukkan tarian tajam yang dibuat oleh Darissa.
Seperti apa yang sudah diinstruksikan oleh Darissa, Lancient pun segera menarik gadis itu ke arahnya dan berakhir merangkul pinggang.
“Hup—!“
Baik Lancient maupun Darissa, keduanya menahan nafas secara bersamaan, … tatkala ujung hidung mereka berdua secara tak sengaja bersentuhan.
Mungkin, karena Lancient terlalu menariknya dengan sedikit mengerahkan tenaga, sehingga itu membuat Darissa tak bisa menyeimbangkan diri lalu berakhir menabrak tubuhnya, … dan menyebabkan wajah mereka berdua saling bertemu satu sama lain dalam jarak yang sangat dekat.
“Ah, my apologize Your Highness. Tubuh Saya oleng dan malah berakhir menabrak Anda, bukan hanya itu saja, Saya juga telah lancang menyentuh wajah Anda, mohon hukum Saya.”
Darissa segera melepaskan lengannya dari tangan dan bahu Lancient lalu mengambil langkah mundur ke belakang.
Kedua tangannya ia letakan di depan perut.
Dia memejamkan matanya, dan menunduk meminta pengampunan dengan sangat sopan kepada sang Pangeran Aethelred.
“Tidak, itu bukanlah masalah besar! Anda sudah mengajari Saya hal yang sangat berharga, kesalahan kecil ini tidak ada bandingannya dengan kebaikan yang Saya terima.”
Kecanggungan yang ada, membuat Lancient mendadak memutuskan untuk berbicara secara formal kepada Darissa.
Mulai dari sekarang dan seterusnya.
Padahal itu bukan masalah besar dan bisa dikatakan hanya kesalahan sepele, tapi Darissa bersikeras terus-menerus meminta maaf kepadanya.
Seperti yang dirumorkan memang.
Harga diri dan kesopanan yang diajarkan oleh Marquess Eiren kepada putri-putrinya, bukanlah sekadar guyonan semata.
Lagi pula, Lancient adalah orang yang paling sering melihat Darissa selalu meminta maaf atau berterimakasih, atas hal yang sering diabaikan oleh orang lain.
Julukannya sebagai “The Honourable Young Lady From Marquess Eiren’s Residence" itu, terasa sangat cocok dengannya.
“Kalau begitu, kita lanjutkan langkah terakhir yang harus Anda lakukan setelah berdansa dengan pasangan Anda.”
“Tolong dilanjutkan, Saya akan memperhatikan.”
Darissa mencoba memperagakan sesuatu yang akan dia ajarkan kepada Lancient sebagai penutup selesainya latihan dansa.
Dia sedikit mengangkat gaunnya demi membuat kakinya terlihat.
Ditariklah kaki kanannya hingga bersembunyi di belakang kaki kiri.
Tangan kanannya ia letakan menyilangi dada, lalu lututnya dibuat sedikit tertekuk ke bawah.
Kepalanya ia tundukkan sampai seperempat, lalu mata emasnya kembali menyembunyikan keelokan dibalik kelopak mata.
Saat memberi penghormatan terhadap seseorang dengan cara elegan seperti itu, keanggunan dan keindahan benar-benar menyertainya.
“Terima kasih telah menarikan tarian pertama Anda yang sangat berharga bersama dengan Saya.”
Lancient tertegun sampai tak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia terkagum-kagum dengan Darissa yang sangat multitalenta.
“Seperti itulah cara seorang laki-laki memberi hormat kepada orang lain, terutama pada seorang perempuan. Sementara untuk perempuan sendiri, mereka akan memberi salam kepada Anda seperti ini, jadi tolonglah untuk segera terbiasa.”
Darissa kembali memberi hormat dengan langkah-langkah yang hampir sama dengan penghormatan ala seorang laki-laki tadi.
Namun, yang membedakannya sekarang adalah kedua jari jemari lentiknya, mengangkat kedua sisi gaunnya sedikit ke atas secara bersamaan.
“Sekian yang Saya bisa ajarkan untuk hari ini. Apa masih ada yang belum Anda pahami? Your Highness?”
“Tidak, ini sudah cukup.” Lancient tersenyum simpul pada Darissa.
Dia pun segera mempraktikkan apa yang baru saja putri bungsu Marquess Eiren tersebut ajarkan padanya itu, dengan baik dan benar.
Dengan kaki kanan di belakang kaki kiri, lalu tangan kanan yang melintangi dada, Lancient menunjukkan semua bentuk rasa terima kasihnya akan bantuan dari Darissa, … dengan cara memberinya sebuah penghormatan.
“Terimakasih telah meluangkan waktu Anda yang sangat berharga untuk mengajari Saya, Miss Eiren.”
Darissa pun membalas penghormatan itu dengan senyuman samar yang mengulasi wajah ayunya.
Dengan mengangkat gaun dan menundukkan kepalanya, Darissa menerima penghormatan dari Lancient.
“Dengan segala hormat, Saya merasa bersyukur jika bantuan kecil dari Saya ini sangat bermanfaat untuk Anda … Your Highness.”
Semua murid lain dan guru menari di ruangan khusus untuk latihan tata krama kebangsawanan itu, terperangah tak percaya melihat chemistry mengagumkan … antara sang pangeran bersama dengan nona muda yang terhormat.
Sementara itu, diujung pojok ruangan latihan, terdapatlah Aira yang mengentakkan kakinya kesal, tatkala melihat Lancient selalu latihan menari bersama dengan Darissa di tiga minggu terakhir ini.
“Ugh! Menyebalkan, gadis tidak tahu diri itu sangat menyebalkan! Dan juga, kenapa sih Lancient lebih memilih berlatih menari dengan orang itu ketimbang denganku? Padahal tarianku sudah pasti jauh lebih bagus darinya!”
“Oh, kenapa Anda terlihat sangat kesal sekali, Miss Qianzy?”
Fennel yang baru saja datang untuk memperhatikan perkembangan latihan menarinya Lancient, segera menghampiri dan bertanya pada Aira ketika mendapati aura gadis itu tidak seceria biasanya.
Aira menampilkan mimik muka menyedihkan, dia meremas tangannya gugup, dan memutar-mutar pergelangan kakinya membuatnya terlihat gadis malang yang terluka.
“Untuk ketiga kalinya Lancient menolak berlatih menari bersama Saya. Apa dia pikir, tarian Saya seburuk itu, sehingga takut kakinya akan terinjak-injak oleh Saya?”
Mata ivorynya yang indah dengan cepat mengalirkan air transparan.
Fennel gelagapan saat melihat Aira mulai menangis.
Segera saja, dia mengeluarkan sapu tangan yang bersih dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Aira.
“Jika Anda tidak keberatan? Bolehkah Saya membantu Anda berlatih menari? Tidak apa-apa jika kaki Saya terinjak, karena Anda itu sangat ringan, seringan bulu kapas! Jadi, sudah pasti tidak akan membuat siapa pun kesakitan,” tawar Fennel memberanikan diri.
Aira diam-diam memicingkan matanya dan melirik Fennel dengan tatapan merendahkan.
“Terimakasih banyak atas tawarannya, tapi sayang sekali, kalau hari ini Saya merasa sangat kelelahan setelah berlatih menari dari tadi. Hm, bagaimana kalau Kita menari bersama di lain waktu saja?"
Dia segera menghapus air mata palsunya, dan kembali tersenyum lebar seperti biasa.
"Debutante Saya tinggal setahun lagi, tapi Saya masih belum menemukan partner menari. Ah, apa di hari debutante Saya itu, Sir Eglantine akan melakukan debutante juga? Karena Anda ‘kan belum melakukan debutante meskipun sudah mencapai usia 18 tahun?"
“Ya, itu memang benar. Tapi Saya pikir, Saya tidak akan melakukan debutante. Karena keberadaan Saya yang tak jelas, melakukan debutante seperti itu pun tidak akan merubah apapun tentang garis darah kelahiran.”
“Eh? Mengapa tidak akan? Uh memalukan sekali. Padahal tadinya Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner menari.”
“Ma-maaf?”
Fennel membatu tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Apakah itu mimpi?
Nona bangsawan seperti Aira, mengajaknya yang notabene memiliki darah rendahan untuk menjadi partner berdansa di hari sepenting debutante itu?!
“Saya bilang, Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner debutante Saya. Tapi karena Anda sepertinya tidak akan menghadiri pesta debutan, mungkin Saya hanya akan pergi sendirian.”
“Tidak! Saya berubah pikiran sekarang, dan sepertinya Saya akan pergi!” sanggah Fennel cepat, tak ingin membiarkan kesempatan langka itu terhapus begitu saja.
“Sungguh?!”
Tangan Aira menutupi mulut mungilnya yang menganga akibat terkejut.
Bola matanya yang bagaikan sebutir mutiara langka, melebar sempurna saat mendapati Fennel memalingkan wajah tampannya yang merona.
“Ka-kalau begitu, Sir Eglantine. Saya ingin menanyakannya secara resmi. Maukah Anda menjadi partner menari Saya di pesta debutante nanti?”
Fennel segera menenangkan dirinya, lalu menarik nafas dalam-dalam.
Wajah merah merona itu tenggelam tertutupi oleh rambut kelamnya, yang jatuh terawang-awang diudara saat dia membungkukkan badan.
Diraihnya tangan lembut Aira. Ia mengecup punggung tangan gadis itu selayaknya seorang ksatria resmi.
“Dengan senang hati, Miss Qianzy. Saya menerimanya.”
Fennel pamit pergi dengan hati yang riang gembira.
Dia bertekad untuk berlatih menari juga agar nantinya tidak mengecewakan Aira.
Akan menjadi kejadian yang sangat fatal, jika dia sedikit saja membuat kesalahan saat berada di pesta debutante.
Selain bisa mempermalukan martabatnya yang memang sudah sering dianggap “Sampah yang tak berguna”, Fennel juga takut akan mempermalukan Aira.
Maka dari itu, dia akan berusaha keras melakukan yang terbaik untuk berlatih menari selama sisa waktu setahun sebelum debutante diadakan.
"…."
Aira menatap kepergian Fennel dengan jijik.
Kalau saja tidak ada orang lain di dekatnya, sudah pasti dia akan langsung meludah bahkan mungkin muntah ketika melihat kelakuan Fennel yang menurutnya menjengkelkan.
Aira pergi dari tempat itu dan kembali ke kamarnya dengan suasana hati yang buruk.
Sapu tangan pemberian dari Fennel ia lempar ke perapian yang menyala, membuat kain berbentuk persegi empat itu hangus menjadi abu.
“Giane! Cepat siapkan air hangat dengan taburan bunga yang sangat banyak! Aku ingin mandi karena merasa sangat kotor sekali. Ada kotoran menjijikkan yang sudah berani-beraninya menyentuh tangan suciku ini, dia telah membuatku merasa menjadi makhluk rendahan!”
Aira berteriak kencang, memerintahkan maid pribadinya untuk segera mempersiapkan keperluan mandi.
Sebelum keperluan mandinya siap, Aira mencuci punggung tangan bekas dikecup oleh Fennel, beberapa kali dengan sabun wangi dialiri oleh air bunga.
Berani-beraninya pemuda rendahan itu mengecup tangannya dengan lancang!
Memangnya siapa Fennel bagi Aira?
Tokoh utama bukan! Tokoh utama kedua juga bukan!
Dia cuman anak haramnya Raja yang tak tahu diri karena sudah jatuh cinta padanya.
“Argh! Sialan! Cepetan kek, time skip gitu! Rasanya lama banget deh untuk ketemu tokoh favorit Gua. Najis dah lama-lama di deketin sama si beg* Lancient, dan si anak haram Fennel Itu!”
Aira Qianzy, perempuan yang mengingat kehidupan masa lalunya itu, kini tengah berbicara sendiri dalam bahasa asing ala dunia kehidupan pertamanya.
Dia merasa aman mengumpati orang-orang penting di dunia ini sesuka hati, karena tidak ada yang paham dengan bahasa yang dia gunakan sekarang.
Sudah sekitar 15 tahun, dia terlahir kembali di dunia ini.
Aira yang secara kebetulan tahu sebuah novel yang latarnya, letaknya, dan orang-orang penting di dalamnya sama seperti di kehidupan barunya ini, merasa senang karena mengetahui dirinya terlahir kembali sebagai tokoh utama perempuan dalam novel yang ia baca sebelum meninggal.
Dulunya, dia adalah seorang gadis yang terlahir dari keluarga berkeuangan pas-pasan.
Makanya dia menjadi anak manja di kehidupan sekarang, karena ingin merasakan senangnya jadi orang kaya.
Lalu, seperti apa novel yang dia baca dulu itu? Dan siapa penulisnya?
Apakah Aira akan menjalani kehidupan keduanya seperti dalam alur novel itu atau malah sebaliknya?
Hm, cukup sulit untuk diceritakan memang.
Tapi, ada satu hal yang sudah pasti.
Aira tidak ingin menjalani hidupnya dengan diatur oleh orang lain.
Dia ingin hidup bebas, melakukan apapun yang dia mau atau mungkin bermalas-malasan saja pun tidak apa, karena keluarganya yang sekarang sudah cukup kaya.
Selama dia makan dengan makanan enak, memakai perhiasan dan gaun mahal, ditambah dengan dirinya yang populer dan banyak dikenal oleh orang-orang elite, dia sudah sangat bahagia.
Tujuan utamanya adalah ingin membuat tokoh favoritnya jatuh cinta padanya.
Hal itu adalah perkara yang ingin ia wujudkan di kehidupannya yang sekarang.
Jika ada yang berani menghalanginya dan menyaingi potensi kepopuleran serta kecantikannya, dia tinggal menyingkirkan orang itu saja!
Seperti Darissa contohnya.
Aira mulai memikirkan rencana serius tentang cara bagaimana membuat si gadis yang sok edgy itu sengsara, lalu membuatnya berlutut di hadapan.
“Nurufufu, kayaknya gua punya ide yang brilian.”
***
BRAKK!Suara meja rias yang digebrak, memenuhi ruangan tempat Aira menempati kamar tidur yang ia huni hanya untuk diri sendiri di tingkatan kelas 3-1 ini.Semakin ke sini, ia dibuat semakin kesal.Alih-alih dunia dan aturan di dalamnya mengikuti kehendaknya sebagai “tokoh utama” dalam semesta yang dipercayainya sebagai novel “Tame my possessive Fiancé” ini, gadis berambut hijau lumut itu malah semakin menjauh.“Grkk! Sialan!”Jangankan keinginannya semua tokoh laki-laki di dunia novel ini menyukainya.Satu saja yang sekiranya dapat ia goda, sungguh benar-benar tidak tersisa.“Semua ini, pasti gara-gara Eiren!”Awalnya, Aira tak dapat memungkiri itu.Dia tahu alasan mengapa putri bungsu Marquess Eiren yang masih bersekolah di akademi ini sama sepertinya, mendekati Pangeran Kerajaan Aethelred, Lancient, dengan lebih terang-terangan dan bukan karena memang sekadar teman dekat.Melainkan, dia seolah-olah ingat kehidupan masa lalu juga, dan mengambil langkah penuh kehati-hatian untuk antis
“Dengan ini aku mengesahkan, Pangeran Fennel sebagai kepala keluarga Eglantine yang sah.”Saat ini, Fennel tengah menekuk satu lututnya dengan sigap, menghadap kakak tirinya, Zelvin Re Aethelred dengan patuh, dan mendengarkan dengan saksama akan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulutnya sebagai seorang raja.“Sambutlah rekan kebangsawanan kita, … His Grace, the Grand Duke of Eglantine.”Lalu, begitu mendengar penyambutan itu, Fennel pun lekas membangkitkan dirinya.Tak lama kemudian, ia memberikan salam kehormatan penuh kepada matahari Kerajaan Aethelred tersebut, seterusnya berbalik memberi salam kepada seluruh bangsawan lain.Termasuk di antaranya ….“Semoga keselamatan dan kebahagiaan, senantiasa memberkati Anda selalu, ….”… Alesya yang mengulas senyum bangga sembari sedikit menurunkan silangan lulutnya yang ditekuk, sebab tak bisa memberikan salam kehormatan ala biasanya akibat gaunnya terlalu ketat nan mencetak lekuk tubuh.“… Grand Duke.”Menyadari salam dari Alesya itu, F
GLODAK~! GLODAK~!Suara gemuruh dari roda kereta kuda yang berpacu dengan kecepatan sedang, membelah hiruk pikuk keramaian kota.Terdapatlah di dalamnya, putri sulung Marquess Eiren yang duduk sambil meremas rok gaunnya secara erat, dengan wajah bersemu begitu merah.Netra kuning keemasan seindah emas dihujani madu matang itu bergulir sejenak ke arah suatu benda pipih di sampingnya.Yakni, sebuah lukisan yang ia dapatkan sebelum memutuskan untuk pulang bersama sang pelayan pribadi.“….”Yakni, sebuah lukisan yang memuat gambaran suatu adegan, yang berhasil membuat wajahnya memerah lagi dan lagi setiap kali mengingat kejadian manis itu.Yaitu, adegan saat Grand Duke muda Eglantine mengecup ujung rambutnya yang setengah dikepang.“Bagaimana? Anda menyukainya, kan?” Tanya Poppy, pelayan pribadi Alesya di seberang tempat duduk, memasang ekspresi wajah yang jahil.“H-Huh?! A-apanya?” Tentunya, atas pertanyaan yang tiba-tiba lagi terdengar ambigu itu, telah membuat Alesya gelagapan tidak m
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp