Home / Rumah Tangga / Ratu Baru Duda Anak Satu / Bab 7 : Kebahagiaan Sasha

Share

Bab 7 : Kebahagiaan Sasha

last update Last Updated: 2023-01-18 17:48:11

"Saya permisi dulu ya, Pak. Sudah larut juga," sela Inda cepat, sebelum bosnya bertanya lebih.

David menahan pergelangan tangan Inda. "Biarkan aku yang mengantarmu pulang."

Wajah Inda muncul tanda tanya besar di benaknya.

"Ah, aku tidak ada maksud lain. Ini sebagai tanda terima kasih sudah membantuku menenangkan Sasha," jelas David.

Inda berpikir sesaat, kemudian menganggukan kepala menyetujui tawaran David.

"Tunggu sebentar ya." David segera membereskan barangnya dan mengambil kunci mobil. Tak lupa menggendong Sasha dengan pelan, takut gadis kecilnya terbangun.

Inda terdiam melihat adegan hangat itu, dan mengekor David menuju parkiran.

"Boleh bantu aku buka pintu belakang?" tanya David ke Inda.

Inda menuruti permintaan atasannya. Kemudian David menurunkan Sasha yang masih tertidur pulas. Setelah menutup pintu, kini gantian David membuka pintu mobil untuk Inda.

"Terima kasih," balas Inda tersenyum sopan.

David pun menyusul masuk ke dalam mobil tersebut. Kemudian terkekeh sembari menggeleng sekilas kala melirik ke arah Inda.

David bergeser mendekat ke arah Inda. Sontak membuat Inda tersentak mundur ke belakang. Napasnya sedikit tertahankan.

"Sabuk pengamannya," kata David pelan.

Kedua pipi Inda seketika merona merah, malu akan keteledorannya.

Entah kenapa, David merasa wanita di samping ini lucu dan menggemaskan. Apalagi ada sisi keibuan.

"Kamu tunjuk arah rumahmu ya," ucap David mendadak seusai menancapkan pedal gas membelah jalanan kota yang tidak terlalu ramai ini.

🪷🪷🪷

"Terima kasih sudah mengantar saya, Pak," ucap Inda mengangguk sopan ke atasannya.

"Aku juga mau berterima kasih padamu, Inda," kata David tersenyum.

"Kalau begitu saya izin pamit, Pak. Selamat malam dan hati-hati di jalan."

David kemudian masuk ke dalam mobil dan memutar arah, menjauh dari halaman rumah Inda. Baru saja Inda membuka tas selempang kerjanya untuk mencari kunci rumah. Seseorang sudah membuka pintu rumah dari dalam.

"Siapa itu? Kenapa kau bisa pulang bersamanya?" tanya Dihan menatap tak bersahabat.

"Rekan kerja," jawab Inda seadanya.

"Yakin bukan selingkuhanmu, huh?" tuduh Dihan sambil tertawa merendahkan.

Inda melirik Dihan dengan tajam. "Jaga ucapanmu, Dihan! Jika kau selesai urusanmu di sini, pergilah!"

Kemudian Inda berjalan masuk melewati Dihan yang masih belum puas akan jawaban dari istri pertamanya.

"Dia selingkuhanmu kan?!" tanya Dihan menarik kasar lengan Inda.

"Aku tidak serendah dirimu, Dihan! Jangan menyamakan aku denganmu!"

Dihan mencengkram kedua bahu Inda kencang membuat Inda meringis kesakitan. "Kau tidak lupa kau ini istriku kan!"

Emosi Inda meledak. "Istri apa! Sejak rubah itu masuk ke rumah ini! Kau sudah tidak lagi menganggapku istrimu! Keluar kau! Keluar dari rumah ini! Aku tidak mau melihatmu!"

"Ini masih rumahku Inda!"

Inda mengambil bantal dari sofa lalu memukul Dihan. "Tak tahu malu kau! Sebagian besar biaya rumah ini adalah dari tabunganku!"

Dihan meringis sakit kemudian berlari kecil pergi dari rumah.

"Kau sudah gila, Inda! Beraninya kau memukul suamimu!"

Inda mengabaikan seruan Dihan, ia membanting pintu kencang. Emosinya benar-benar sudah memuncak.

Ting Tong!

Dengan geram Inda membuka pintu. "Sana kau balik ke rumah rub—"

Perkataan Inda terpotong ketika melihat David berdiri mematung mendengar amarah Inda yang siap menerkam orang.

"Eh, saya minta maaf, Pak. Saya tidak tahu itu Anda, Pak," kata Inda merasa bersalah.

"Ah, Ti-tidak. Apa aku ... mengganggumu?" tanya David terbata-bata.

"Tidak kok, Pak. Ada apa, Pak? Sasha mencari saya lagi?" tanya Inda.

"Bukan, kuncimu ketinggalan di jok mobilku." David menyerahkan kunci ke Inda.

"Terima kasih banyak, Pak. Ada lagi, Pak?" tanya Inda ketika melihat bosnya belum kunjung pergi juga.

"Emm... ada sesuatu yang terjadi padamu?"

Inda tersenyum canggung. "Saya tidak ada apa-apa, Pak."

David tampak cemas, tadi ia sempat melihat seorang laki-laki di bawah umurnya itu cabut dengan emosi tersulut. Dan kini kondisi Inda tampak kurang bagus dengan rambut berantakan seperti habis berantem.

"Jika kau butuh bantuan, bisa langsung menghubungiku. Tidak usah segan-segan. Aku pasti membantumu," kata David.

Inda mengangguk. "Terima kasih, Pak."

"Yakin tidak apa-apa aku tinggal?"

Hati Inda sedikit tersentuh. Mereka bukan teman dekat, hanya sebatas hubungan atasan dan karyawan. Tapi David sudah mengkhawatirkannya.

Inda memberikan senyum lebar menenangkan. "I'm okay."

Akhirnya David mengangguk paham, tidak mungkin juga ia memaksa wanita itu bercerita kepadanya.

🪷🪷🪷

Pagi hari, Inda melihat sebuah mobil yang tak asing terparkir di depan rumah sebelum berangkat ke kerja.

"Mamaaa!" seru Sasha kegirangan seraya melambaikan kedua tangan.

Inda pun memutuskan naik ke mobil jok belakang.

"Pagi, Sasha. Siap berangkat ke sekolah?" tanya Inda.

Sasha mengangguk antusias. "Mereka bisa lihat Mama mengantar Sasha ke sekolah sekarang!"

David berdeham sejenak. "Tapi Mama harus kerja, Sasha. Tidak bisa tiap hari mengantarmu, gimana dong?"

"Pak—"

David memberi kode agar tetap diam kepada Inda melalui kaca spion tengah.

"Kalau begitu, Mama tidak usah kerja. Kan Papa sudah bekerja," ucap Sasha polos.

Hening.

Tidak ada yang menjawab perkataan Sasha beberapa saat lalu sebelum mobil berhenti di depan sekolah. Dengan senang hati, Inda menggendong Sasha sampai di gerbang kemudian saling melambaikan.

"Dadah Mama!"

Sasha tertawa lebar kepada mereka, namun David hanya terdiam. Ini pertama kalinya David sebagai sang ayah melihat Sasha sebegitu bahagianya.

"Inda ...."

"Iya, Pak?"

David menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya seakan kering untuk mengeluarkan kata-kata selanjutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 19 : Confess Feeling

    "Inda apakah kamu marah?" tanya David sambil mencengkram pergelangan tangan wanita bersurai sepanjang dada itu. Inda belum menyahutnya. Ia kebingungan atas perasaannya sendiri. Dari arah belakang, Felicia melihat adegan ini dari dalam mobil dengan wajah tak senang. Tangannya terkepal erat menatap Inda."Dasar wanita tak tau diri, sudah bersuami saja masih menggoda pria lain," gumam Felicia kesal.Salah satunya cara ia menjauhkan Inda dari David adalah ibunya David. "Aku mau ke mansion David," perintah Felicia kepada bodyguardnya.Mobil Felicia pun melaju pergi dengan hati panas seakan terbakar.Sementara, David masih menunggu jawaban dari Inda. Sepenting itukah tanggapan Inda tentangnya? "Aku tidak marah," jawab Inda seadanya. Inda bukan tidak marah, tapi dia tidak ada hak untuk marah. Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang karyawan rendahan saja. "Tapi wajahmu berkata lain, Inda." David memaksa. "Aku bilang tidak ada! Untuk apa aku marah, aku tidak punya hak. Kamu bebas mau berd

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   18 : Perasaan Aneh

    Mega memilih-milih pakaian yang akan dikenakannya siang ini. Susah seharian ia di rumah saja, rasa bosan pun menyapa. Maka dia memutuskan untuk keluar mempercantik kukunya. Sebuah dentingan notifikasi terdengar dari ponsel Mega. "Ck, nanti sajalah," gumam Mega kepada dirinya sendiri, mengabaikan pesan yang mengganggu aktivitasnya.Selesai mengganti pakaiannya, ia baru melihat pesan yang dikirimkan oleh nomor asing lagi. Sebuah pesan berisi ajakan untuk bertemu. Tangan Mega terkepal kuat. Dalam hatinya mengobarkan api amarah. "Pasti Rion. Mau apa sih dia?!" keluh Mega kesal.Tanpa memedulikan isi pesan tersebut, Mega keluar dari rumah menuju ke tempat yang ditujunya dengan supir pribadi yang direkrut oleh sang suaminya, Dihan.Di belakangnya, Rion mengikuti Mega secara diam-diam. Tak lupa juga dengan penyamarannya memakai kacamata culun dan tas ransel sekolah yang besar.&&&&"David," panggil seseorang paruh baya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.David yang sedah memeriksa lapor

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 17 : Surprise

    Senyum Inda mewarnai wajah ketika menyuapkan es krim durian kesukaannya. David yang memperhatikan tingkah Inda hari ini layaknya bocah kecil, terkekeh pelan.Setelah makan di restoran, Inda dan David memutuskan berjalan-jalan sekitar restoran di taman terdekat. "Kamu tampak senang," kata David."Sudah lama aku tidak makan ini. Eh! Ada gulali!" seru Inda dengan mata berbinar-binar. David lekas menyusul Inda di belakang seraya menggelengkan kepalanya."Mas, satu ya." Inda hendak mengeluarkan dompat dari tas, sebelum akhirnya sebuah lembaran uang seratus muncul di depannya."Kembaliannya di ambil saja," ujar David."Kamu sudah membayarkan makanan, dan membeliku es krim, David. Biarkan aku membayarmu kali ini," kata Inda merasa tak enak hati."Tidak apa-apa, harga itu kecil bagiku." "Sombong," cibir Inda sambil menjulurkan lidahnya."Sombong katamu?" ulang David kemudian menangkap badan Inda dan menggelitiknya."Aduh! Geli! Geli David! Hentikan ...," pinta Inda dengan tawa meledak."Dav

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 16 : Apa ini termasuk kencan?

    Apakah ini termasuk Nge-date?Inda kebingungan saat tidak menemukan siapa pun di rumahnya, selain dirinya dan David.“Bu? Ayah? Indra? Di mana kalian?” Tanya Inda mencari ke dapur, taman belakang dan ruang keluarga.“Sasha pun tidak ada,” kata David. “Coba telpon?”Inda mengangguk menyetujui saran dari David. Panggilan terhubung. “Halo Kak? Ada apa?” Tanya Indra di seberang. “Dra, kalian semua pergi ke mana?” “Ah, kami lagi di luar bawa Sasha bermain. Jangan khawatir, kami akan bantuin kakak jagain Sasha. Nikmati saja waktu berduaan.” Terdengar tawa geli sebelum Indra memutuskan sambungan. “Bagaimana? Apa yang dibilangnya?” David menatap penasaran. Inda menelan ludahnya. “Me-mereka lagi bermain di luar.”David tampak berpikir. “Baiklah, apakah kita juga harus keluar? Makan bersama misalnya?” “Bo-boleh, tapi aku bersih-bersih dulu.” David mengangguk kepalanya dan juga menyusul ke kamar membersihkan diri. &&&&Inda mencari pakaian yang bagus untuk dikenakan, tapi semua tidak lagi

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 15 : Rumah Berteduh

    Seharian ini, Inda terus menjaga sang Ayah—Rudy--di sampingnya. Meski Inda tahu ayahnya gengsi untuk menerima bantuan darinya tapi Inda tahu jelas bahwa Rudy sangat rindu padanya. “Kau pergi saja sana, kenapa masih di sini?” Entah sudah berapa kali Rudy mengatakan hal ini, bukannya Inda sakit hati atau sedih, melainkan tertawa. “Benar nih Ayah mau usir aku?” tanya Inda terkekeh geli. Inda tahu jelas sifat ayahnya satu ini. Mulut Rudy menyuruhnya pergi padahal dalam hati justru berkebalikannya.Belum sempat Rudy membalas ledekan sang anak, panggilan Jeni dari luar kamar menginterupsi keduanya. “Nak Inda, itu ada orang bilang teman kerjamu, Nak.”Dahi Inda berkerut dalam. Siapa teman kerjanya yang tahu alamat rumah kampungnya? Inda kemudian keluar dari kamar ayah menuju ruang tamu. Matanya terkuak lebar ketika melihat sosok yang tak pernah terpikirkan olehnya.Sasha berlarian langsung menghambur ke pelukan Inda. “Mamaaa! Mama liburan kok tidak bawa Sasha.”Jeni dan Rudy yang di bel

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 14 : Berkunjung ke Kampung

    "Menjauh dariku Dihan!" ucap Inda kesal seraya memberontak."Tidak. Sudah lama kita tidak berdekatan seperti ini. Wangimu masih sama." Dihan menghirup dalam-dalam aroma vanila minta yang menjadi aroma favoritnya.Inda terkekeh kecil. "Kau kira dengan perkataanmu itu, aku bakalan luluh? Aku sudah jijik denganmu!""Jangan begitu, sayang. Kasih aku kesempatan terakhir. Aku berani bersumpah, kali ini aku akan memperbaiki hubungan kita balik seperti dulu," pinta Dihan semakin erat memeluk Inda dari belakang.Dengan geram, Inda mengigit lengan Dihan sekeras mungkin membuat pria itu mengerang kesakitan hingga melepaskan pelukannya."Astaga, Inda! Aku ini suamimu!"Inda tersenyum mengejek. "Kedepannya bukan lagi. Dan asal kau tahu Dihan! Aku bukan tidak pernah memberimu kesempatan, tapi sudah berkali-kali! Cuma kau yang tidak menghargainya." Inda lalu naik ke kamarnya dan mengunci diri di sana. Membersihkan diri sebelum akhirnya ia memutuskan untuk baring ke kasur miliknya yang sudah kosong

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status