Share

Ratu barbarku
Ratu barbarku
Author: Sela Mulia

Raja sempurna itu, calon suamiku.

Suasana ramai dari pasar tidak membuat pikiranku menjadi lebih tenang. Bayangan ketika aku harus memasuki istana terus terngiang di pikiranku. takdir yang sangat terkutuk!

"KAU PIKIR SIAPA KAU SAMPAI BISA MENUNTUT PERTANGGUNG JAWABAN DARIKU?"

"Ampuni hamba tuan, tapi anak ini memang darah daging tuan"

"PEREMPUAN GILA! JANDA MALAM SEPERTIMU MUSTAHIL HANYA TIDUR DENGANKU, KAU PASTI SUDAH MENGHABISKAN MALAM DENGAN PRIA LAIN JUGA KAN?!"

Aku menatap ke arah kerumunan. Entah apa yang menarik disana sehingga mengundang banyak orang untuk berkumpul.

Sepertinya ini akan menjadi tontonan yang menarik, aku yang butuh hiburan tidak mungkin melewatkan momen langka ini.

Aku segera berjalan bergabung dengan kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"lagipula kenapa janda sepertimu masih bertahan hidup? bukannya menjadi janda lebih hina dari anjing liar?"

Aku menatap wanita yang berlutut sambil menahan tangis. Di pipi kanannya terdapat darah mengalir seperti bekas tamparan. Pemandangan buruk macam apa ini?

"Saya memang seorang janda, tapi saya bisa menjaga kehormatan saya sendiri. Jika saja tuan tidak memaksa dan mengancam saya, saya tidak akan memberikan kehormatan saya pada tuan yang tidak tau malu ini!"

Satu alisku terangkat, dalam kata lain, wanita ini di perkosa dan pria yang memperkosanya tidak mau mengaku? Benar-benar bedebah!

"LANCANG SEKALI KAU BERBICARA SEPERTI ITU? KAU TIDAK LIHAT KAU SEDANG BERBICARA DENGAN SIAPA?"

Cukup! Aku sudah cukup muak dengan kata-kata yang keluar dari mulut sampah pria itu.

"Siapa memangnya?" Tanyaku mendekat ke arah keduanya.

semua orang menatap ke arahku, waw kurasa aku menjadi artis dalam waktu sekejap.

"siapa kau? Berani sekali ikut campur urusanku?!"

"ku bilang, memangnya siapa kau?" ucapku mengulang pertanyaan.

Pria tua tersebut tertawa sombong.

"Aku? Aku kepala Departemen Lingkungan. Yang artinya aku adalah seorang Bangsawan. Menjauh sana! Aku sedang tidak ingin berurusan dengan gadis tengik seperti kau"

Bedebah itu! Berani sekali dia memanggilku gadis tengik.

"Bangsawan macam apa yang melakukan pelecehan? bahkan sepertinya kau yanglebih rendah dari pada anjing liar, bukan nona ini."ucapku dengan berani. Jujur saja, aku tidak seberani itu. Tapi mulutku yang tidak bisa di rem, mengkhianatiku dan berbicara sangat frontal.

"Berani sekali kau! tunggu apa lagi, cepat habisi mereka berdua!"

Selain bedebah, ternyata dia juga pecundang yang hanya bisa memberi perintah pada bawahannya.

para pengawal segera mengibaskan pedangnya ke udara. Demi tuhan, tubuhku gemetar hebat. Seketika aku mengutuk mulutku karena tidak bisa terkontrol. Aku menggali kuburanku sendiri, jika sudah begini siapa yang akan aku salahkan?

"Nona, Nona sebaiknya meminta maaf atas perkataan kasar Nona agar Nona selamat." Wanita dengan tubuh yang bergetar itu memintaku untuk meminta maaf agar aku tidak ikut teranacm.

Aku menggeleng. "Tidak, yang ku katakan benar. Yang harusnya meminta maaf adalah pria tua itu, bukan aku."

"Tapi Nona dalam bahaya. Aku tidak ingin ada orang lain yang ikut terluka karena aku. Cukup aku dan calon bayiku saja."

Aku menatap prihatin pada wanita itu, ia memagang perutnya sambil menahan tangis.

"CEPAT MINTA MAAF SEBELUM AKU MEMUTUSKAN MENGAMBIL NYAWAMU!"

"Nona.. Cepat minta maaf.."

Aku berdiri dan menatap tajam pada pria tua itu.

"Atas dasar apa aku harus meminta maaf pada pria bedebah sepertimu?"

Aku melihat semua orang terkejut mendengar perkataanku. Aku sama sekali tidak menyesal mengatakan itu, pria itu memang bedebah.

Pria tua itu mengepalkan tangannya untuk menahan emosi. Aku bisa melihat matanya memerah saat menatapku.

"Jangan menyalahkanku jika kau kehilangan nyawamu hari ini."

"Tunggu apa lagi, cepat penggal kepala gadis yang terlalu pemberani ini!"

Aku memejamkan mata, baiklah lagi pula aku tidak sedang mengharapkan apapun. Aku hanya akan menikah dengan Raja yang belum pernah aku lihat wajahnya. Kehilangan nyawa sebelum menyesal karena menikah dengan orang asing menurutku akan lebih baik.

"Suara keributan apa yang barusan aku dengar?"

"Baginda Raja.."

"Baginda Raja.."

Sebantar, apa yang terjadi? Aku sama sekali belum merasakan tebasan pedang pada leherku. Apakah aku masih hidup?

Aku memincingkan mata, mencoba mengintip apa yang terjadi. Seorang lelaki dengan pakaian yang nyentrik dengan mahkota di kepalanya. Raja Victor?!

"Apa yang sangat menarik sampai mengundang banyak kerumunan?"

Apakah benar yang barusan aku lihat itu adalah Raja Victor? Calon suamiku? Aku mengucek kedua mataku, memastikan agar penglihatanku tidak bermasalah.

Tidak, aku tidak salah lihat. Seseorang yang tengah berjalan dengan gagah dan menawan itu adalah si curut Victor, calon suamiku.

Aku segera memagang dadaku dengan tatapan terpesona. "Apa aku terkena serangan jantung? Kenapa berdegup sangat kencang seperti sudah berlari marathon?"

Karena tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Victor, Victor mendekat ke arahku. Tidak, jangan mendekat. Aku bisa mati mendadak jika Victor mendekat.

"Apa yang sebeneranya terjadi?"

Si brandal itu malah bertanya kepadaku. Tidak bisakah melihat aku yang hampir sekarat ini karena terkena serangan pesona Raja? Aish berlebihan sekali kata-kataku.

"Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Pipimu sangat merah"

Aku menepis kasar tangan Victor yang berniat menyentuh pipiku. Aku tau tindakanku kurang ajar karena menyentuh sang Raja, tapi aku harus melakukan itu demi melindungi imageku sebagai wanita yang tidak mudah di sentuh pria.

"Oh.. Maaf karena sudah lancang" sesal Victor.

Aku hanya mengangguk. Mataku sudah tidak sanggup menatap ketampanan Victor. Jika begini, nanti malampun aku rela di nikahkan dengan Raja.

"Nona ini di perkosa oleh kepala Departemen Lingkungan. Sekarang dia tengah mengandung, tapi Pria tua itu tidak mau bertanggung jawab. Saya harap, Baginda Raja bisa memberi hukuman yang setimpal untuk Bangsawan tidak tau aturan ini." jawabku menjelaskan sedetail mungkin.

Victor tampak mengangguk mengerti dengan apa yang di jelaskan olehku.

"Siapa nama anda?" Tanya Victor menatap pria itu.

"Sa.. saya Duncan, baginda Raja."

"Benar anda dari Departemen Lingkungan?"

Pria tersebut mengangguk lalu menunduk sangat dalam.

"Mulai sekarang jabatan anda saya copot. Beri wanita ini uang bulanan setiap satu bulan sekali. Jangan lupa untuk melapor setiap bulannya, jika anda melanggar. Saya tidak akan segan untuk memberi hukuman yang menyangkut hilangnya nyawa anda"

"Victor sialan itu..." tanpa sadar aku bergumam kata-kata untuk mengekspresikan ketakjubanku. Untung saja tidak terdengar oleh siapapun karena kata-kata pujianku di bungkus dengan sangat kasar.

Victor sudah sangat gagah dengan wajah tampannya di tambah dengan ketegasannya. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pria ini? Tapi maaf, aku mencuri start dan akan segera menjadi istri dari pria sempurna ini. Ahhh haruskah aku pamer pada semua gadis di Alastar bahwa aku adalah calon istri Raja tampan mereka?

Aku mulai kembali pada radar kesadaranku saat Victor dan para pengawalnya pergi meninggalkan kerumunan tanpa mengucapkan kalimat pamit sedikitpun. Tidak sopan sekali seorang calon suami meninggalkan calon istrinya tanpa salam perpisahan! Oh benar, Victor belum mengetahui aku adalah calon istrinya. Baiklah, untuk kali ini kau aku maafkan wahai Raja tampanku.

"Nona tidak apa-apa?"

Aku menatap pada wanita yang menanyakan keadaanku dengan tatapan khawatir.

"Aku baik-baik saja. Nona sendiri apa baik-baik saja?"

Wanita itu mengangguk. "Terimakasih sudah membuang waktu Nona untuk membela janda hina sepertiku"

"Tidak masalah, bagiku tidak ada perbedaan antara janda dengan perawan"

"Nona terlalu baik"

Aku hanya tersenyum. Ingin sekali aku memamerkan kebaikanku, tapi calon Ratu harus berhati rendah dan penyayang. Baikalah, tahan kesombonganmu Alena.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status