Share

Kita saling mencintai.

Akhirnya hari yang ku tunggu sudah tiba. Hari ini adalah hari dimana aku akan memasuki istana. Aku mempersiapkan segalanya agar terlihat sempurna di mata Victor. Berbahaya jika aku di gulingkan hanya karena setitik kesalahan.

"Jadilah Ratu yang baik untuk suamimu juga untuk rakyatmu"

Ayah mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Putri semata wayangnya akan segera menjadi istri orang lain. Aku melihat tatapan tidak rela di mata ayah, tapi sebisa mungkin ayah menyembunyikannya.

"Ayah tenang saja. Alena akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi Ratu yang di cintai rakyatnya.."

"Ayah percaya sepenuhnya padamu"

"Kita akan berangkat sekarang Yang Mulia.."

Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam tandu kerajaan.

"Sampai jumpa di istana.."

Ayah melambaikan tangannya, aku membalasnya dengan senyuman. Kita akan bertemu lagi di istana karena ayahku adalah seorang penasihat kerajaan. Ia sudah mengabdi pada kerajaan sejak aku belum di lahirkan, sekitar dua puluh tahun lalu, sebelum Raja Victor di nobatkan sebagai Raja.

Siapa sangka, putrinya yang cantik ini akan menjadi istri dari Raja yang sering meminta pendapatnya. Memang selalu ada karma baik untuk orang baik sepertiku!

Tandu mulai berjalan, aku tidak berhenti tersenyum. Bayangan kegagahan Victor terus melekat di pikiranku. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untuk Victor. Sebuah baju musim dingin dengan bordiran inisal VT singkatan dari nama Victor.

"Amalmu terlalu banyak sehingga bisa mendapatkan istri sebaik aku!"

****

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di istana. Sebelumnya aku tidak pernah mengunjungi istana meskipun ayahku bekerja di sini. Bagiku tidak ada yang menarik di istana.

"Bagaimana perasaan anda Yang Mulia?"

Aku di sambut oleh seorang Dayang yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengan usiaku.

Aku tersenyum. "Aku tidur nyenyak tadi malam" jawabku seramah yang aku bisa.

"Perkenalkan, saya dayang Utari. Mulai sekarang semua kebutuhan Yang Mulia saya yang urus"

Aku mengangguk. "Terimakasih, mohon bantuannya"

"Ngomong-ngomong, dimana Raja Victor? Aku ingin bertemu untuk menyapa."

"Baginda Raja tengah menghadiri konferensi kerajaan. Yang Mulia bisa menunggunya sebentar di kamar Yang Mulia."

"Oh tidak perlu. Aku akan menunggu di sini saja"

"Tapi di sini cukup panas. Apa Yang Mulia baik-baik saja?"

"Santai. Aku cukup berteman baik dengan matahari." balasku. Jujur saja, kaku sekali berbicara formal seperti ini. Mulutku tidak terbiasa dengan kata-kata sopan.

Aku berjalan berlalu lalang, sudah hampir satu jam menunggu kedatangan Victor namun pria itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Apa biasanya konferensi kerajaan selama ini?" Tanyaku pada dayang Utari. Hatiku sudah merengek, tidak sabar ingin segera bertemu pujaannya.

"Mungkin ada beberapa urusan yang harus segera di selesaikan hari ini yang menyebabkan konferensinya berjalan sedikit lebih lama dari biasanya"

"Baiklah. Aku bisa menunggu" jawabku dengan sabar.

"Eh tapi.. menurut dayang Utari, Raja Victor seperti apa orangnya?"

Dayang Utari mengembangkan senyumnya. Entah kenapa ia menjadi lebih bersemangat saat menceritakan sosok Victor.

"Baginda Raja adalah laki-laki sempurna. Selain parasnya yang tampan, ia memiliki budi luhur, pengertian, lemah lembut, sosok sempurna untuk menjadi seorang Raja"

Aku mengangguk setuju. Priaku memang sesempurna itu. Ahhh semakin aku mendengar banyak pujian untuk Victor, semakin tidak sabar untuk segera menikah dengannya.

Saat aku tengah asik membicarakan Victor, seorang kasim yang menurut dayang Utari adalah kasim pribadi Victor berjalan ke arah luar istana.

Dayang Utari segera memanggilnya. Lalu kasim tersebut berjalan untuk memberi hormat padaku.

"Yang Mulia.."

Aku membalas dengan senyuman.

"Apa benar kau kasim pribadi Raja?" Tanyaku memastikan.

"Betul, saya kasim baginda Raja. Apakah ada yang bisa saya bantu Yang Mulia?"

"Apa konferensinya belum selesai?"

"Mohon maaf Yang Mulia, Konferensinya sudah selesai sejak tiga puluh menit yang lalu"

Aku mengerutkan kening. Lalu kemana perginya Victorku?

"Tapi kenapa Raja belum keluar dari Aula?"

"Yang Mulia Raja sudah keluar sejak tadi, ia sedang berada di taman sekarang bersa___"

"Oke baik, terimakasih" potongku tanpa mendengar kelanjutan kalimat dari kasim.

"Dayang Utari, ayo kita ke taman!" Perintahku. Aku menjadi sangat bersemangat sehingga berlari untuk segera sampai di taman.

"Yang Mulia.. mohon untuk tidak berlari. Kau akan tersandung jika tidak memperhatikan langkahmu"

"Aishh. Aku ahli dalam berlari. Tenang saja" ucapku meyakinkan.

"Tapi Yang Mulia..."

Aku tidak peduli, dan terus melanjutkan berlari agar segera bertemu dengan Victor.

Setelah sampai di taman, aku bisa melihat punggung gagah Victor. Senyumku kembali mengembang. Segera saja aku menghampiri Victor.

"Astaga.. Yang Mulia Raja.." aku berbicara dengan nafas yang masih tidak beraturan.

Tapi.. pemandangan apa ini? Bukan hanya ada Victor di sini, tapi juga seorang perempuan. Baik Victor maupun perempuan itu sama-sama terkejut dengan kehadiranku.

"Siapa dia?" Bisikku pada dayang Utari yang baru saja sampai setelah berlari mengejarku.

"Dia adalah Nona Roseline, tem___"

"Kekasihku." Jawab Victor sangat mengejutkan hati dan jiwaku.

"Kau pasti Ratu terpilih, kan? Aku Roseline, salam kenal."

Kini aku menatap perempuan yang bernama Roseline tersebut. Aku di buat membeku di tempat.

"Tidak usah terlalu terkejut, kami saling mencintai. Aku harap Yang Mulia Alena tidak menghalangi cinta kami"

Kini aku mengerjapkan kedua mata berkali-kali. Mencoba mencerna apa yang baru saja aku dengar.

"Tapi Raja dan aku akan segera menikah.."

"Pernikahan aku dan kau bukan berarti menjadi penghalang untuk aku dan Roseline. Setelah kita menikah, dia yang akan menjadi selirku"

Bentuk perselingkuhan macam apa ini?! Kenapa sangat terang-terangan di depan calon istrinya sendiri? Tidakkah ini melukai hati kecilku? Baikalah, aku akan bersaing dengen perempuan bernama Roseline ini. Bukan Alena jika harus mundur di tengah jalan. Fighthing!

"Pemilihan Selir di tentukan oleh Ratu, yang berati olehku. Aku akan memilih selir yang lebih baik darinya, kau tau perlu khawatir."

Roselin nampak tersenyum sinis ke arahku. "Coba saja, lakukan sebaik mungkin."

Lihat, Roseline bahkan menantangku. Benar-benar calon Selir yang buruk!

"Baiklah, waktuku terlalu berharga untuk bertemu dua manusia yang sedang berselingkuh ini."

"Dayang Utari, aku yakin masih banyak yang harus kita lakukan, mari kita pergi." ucapku mengajak Dayang Utari untuk segera pergi dari pemandangan menyesakkan ini.

Tapi sebelum pergi, aku menyempatkan melayangkan tatapan tajam pada Roseline dan Victor.

"Aku harap dunia poligami segera hancur!" Cercaku lalu melengos pergi.

"Aish, menghadapi mereka berdua membuat tenagaku hampir habis."

"Apa perasaan Yang Mulia baik-baik saja?" Tanya Dayang Utari menatapku dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja. Roseline bukan lawan sepadan untukku yang hampir mendekati sempurna ini" jawabku seperti sebuah kalimat penyemangat untuk diri sendiri.

Dayang Utari mengangguk. "Tenang saja, Yang Mulia Alena jauh di atas Nona Roseline, saya yakin Baginda Raja tidak buta dengan hal itu."

Aku mengangguk setuju dan segera bergegas untuk melihat seperti apa kamarku di istana ini.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status