Share

Bab 4. Kita Cerai Saja

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-12-23 16:33:10

“Dia benar-benar tak punya malu! Berani sekali dia masuk mobil pria lain di hadapanku!” Bara api amarah seolah siap menyambar. Krisna mengepal tangannya kuat. Apalagi saat pria lain membukakan pintu untuk Rania, dada Krisna terasa sesak, terdesak gejolak emosi.

Krisna masih mematung menatap nyalang istrinya yang baru saja masuk ke mobil seorang pria. Pikirannya dipenuhi prasangka buruk pada istrinya.

“Aku tidak salah lihat? Mungkinkah Rania berani bermain di belakangku?” gumam lirih Krisna hanya terdengar dirinya sendiri.

"Bukankah itu istrimu, Kris? Kukira dia mau pulang naik taksi, ternyata bersama pria lain. Apa itu teman atau saudaranya? Kenapa terlihat akrab sekali?" Karin tampak heran dengan menampilkan wajah lugu.

“Kamu pikir begitu?” 

Karin mengangkat dua pundaknya “Aku hanya mengingatkan. Menurutku, tidak mungkin seorang pria membukakan pintu untuk wanita kalau tidak ada sesuatu di antara mereka. Kamu lihat sendiri, kan? Yang sangat aneh, istrimu seperti tidak menghormatimu yang juga ada di rumah sakit ini.”

Krisna terdiam sesaat dan emosinya semakin memuncak. “Jadi kamu pikir, mereka sudah sering bertemu? Bukan hanya kali ini?”

Karin tersenyum tipis cukup memperkuat prasangka Krisna. “Bisa jadi. Siapa tahu sudah lama dia menemui pria itu, tanpa kamu sadari. Dan apa mungkin mereka bersama di rumah sakit ini? ”

Krisna mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tatapannya jadi semakin gelap. “Tidak bisa dibiarkan. Dia harus kuberi pelajaran. Awas, saja nanti kalau aku pulang!”

"Benar, Kris. Jangan sampai kamu dipandang rendah oleh istrimu. Tunjukkan kalau kamu itu punya martabat sebagai suami!"

“Dia akan tahu akibatnya nanti!” 

Karin tersenyum tipis.

----------

Di mobil yang ditumpangi Rania.

Rania duduk bersandar di mobil Indra, menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Dia masih berjuang menekan rasa nyeri karena sikap suaminya.

Indra menoleh sebentar pada Rania. "Ran, kamu bahagia dengan pernikahanmu? Aku dan Ajeng sangat mengkhawatirkanmu. Apalagi kamu sulit kami temui, dan dilarang datang ke rumahmu."

Bukan karena Rania melarang teman-temannya datang, tapi ibu mertuanya tidak mau teman atau saudara Rania yang dikatakan miskin itu menginjakkan rumah.

"Entahlah, Dra. Apa aku terlihat bahagia?" 

"Ajeng sering mengeluh, katanya sejak kamu menikah, hidupmu seperti di penjara. Dia terus mengoceh, kamu itu istri atau pembantu. Begitu."

Rania tertawa kecil. "Hidup di penjara? Mungkin dia tidak sepenuhnya salah."

"Kamu nggak harus cerita sekarang kalau belum siap. Tapi nanti kalau kamu butuh seseorang untuk mendengarkan, aku dan Ajeng selalu ada. Jangan simpan semuanya sendiri."

"Aku tahu. Dalam waktu dekat, aku pasti akan menghubungi kalian."

Mobil sampai di depan rumah Rania. 

"Jaga dirimu. Sampai nanti."

Rania mengangguk, membuka pintu mobil dan turun. "Makasih, Dra. Aku akan menghubungi Ajeng nanti."

Rania berjalan tertatih setelah mobil Indra pergi. Wanita itu langsung ke kamar dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. 

"Huuufffff ...." Dia merasa tak punya sisa tenaga lagi. Dari tadi dia coba bertahan sekuat mungkin untuk tegak.

Karena sangat lemah dan lelah, pelan kesadaran Rania menjauh. Dia terlelap.

Tak selang lama, mobil Krisna masuk rumah itu.

Krisna masuk ke rumah dengan langkah berat. Bayangan istrinya pulang dengan pria lain terus berputar di kepalanya. Pintu rumah dibanting keras, matanya liar mencari sosok Rania.

"Rania! Di mana kamu?" Suaranya menggema ke seluruh rumah. Matanya nyalang ke setiap sudut ruang.

Tak ada jawaban. Krisna semakin geram. Dia cepat ke kamar.

"Ran! Rania!" Pria itu terus berteriak tak sabar.

Brakkk! Pintu dibuka kasar.

Krisna melihat istrinya sedang berbaring di tempat tidur. Dadanya semakin bergemuruh. Bukannya iba, rasa marah semakin menguasai pikirannya.

"Kamu tidur dengan tenang setelah pulang bersama pria lain?" Krisna menarik kasar tangan istrinya.

"Apa yang kamu lakukan, Mas?" Rania terbangun dengan kaget. Tubuhnya masih terasa lemas, tapi dia mencoba duduk. 

"Kamu bertanya apa yang aku lakukan?! Aku yang harusnya bertanya padamu! Kamu pulang dengan pria lain. Kamu pikir aku bodoh, tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan di belakangku? Beraninya kamu selingkuh di belakangku!" bentak Krisna dengan bara api disorot matanya.

Rania terbelalak, dia semakin heran dengan sikap dan pikiran suaminya. "Kamu bicara apa, Mas? Siapa yang selingkuh? Jangan ngawur. Aku pulang diantar teman dan itu hanya kebetulan bertemu di rumah sakit."

"Teman? Sejak kapan kamu punya teman? Jangan buat alasan! Sudah berapa lama kamu selingkuh, ha?! Kamu kira aku bisa kamu kelabuhi?!" 

Rania semakin dibuat kesal, masih sangat pusing. "Mas Krisna jangan menuduh yang tidak-tidak. Aku tidak pernah mengkhianatimu! Kalau ada yang selingkuh di sini, mungkin justru kamu, Mas!"

Krisna menyeringai dengen deru nafas semakin berat. "Oh, jadi sekarang kamu malah menuduhku? Kamu yang selingkuh malah menuduhku balik. Sepintar itu kamu ternyata!"

Rania mulai muak dengan tuduhan-tuduhan suaminya. "Mas pikir aku tidak tahu kalau hubungan Mas Krisna dan Kiran tidak sesederhana itu. Aku tidak bisa kalian bodohi begitu saja dengan mengatasnamakan rekan kerja untuk menutupi hubungan kalian. Mas lebih peduli padanya dari pada istri sendiri! Jelas, bukan?"

Krisna membelalak tajam. "Apa?! Aku dan Kiran? Kamu sudah gila, Rania! Kiran itu sakit dan kamu malah menuduh aku yang tidak-tidak! Lagi pula, Kiran itu-"

Tiba-tiba saja, Krisna menghentikan kalimatnya sambil membuang pandangan ke arah lain. 

Rania menangkap sesuatu yang janggal dari sikap itu. 

"Kiran itu apa? Siapa, Mas? Kenapa tidak dilanjutkan?" Rania tertawa getir sambil menekan daerah perutnya.

Krisna menyugar rambutnya kasar. "Haish! Jangan bicara omong kosong, Ran! Aku dan Kiran selain rekan kerja juga teman di masa lalu. Jadi wajar kalau kami memang dekat. Lagi pula kondisinya memang sedang sakit dan butuh perhatian lebih. Tidak ada yang salah dalam hubungan kami!"

"Dia sakit? Sakit atau tidak, aku tahu ada yang tidak beres di antara kalian, Mas!"

"Berhenti membahas Kiran, aku bertanya sekali lagi siapa pria itu dan sejak kapan kalian berhubungan?!" sentak Krisna.

Rania memilih diam dan malah kembali membaringkan diri. Dadanya sesak dan merasa semakin pusing.

Darah Krisna semakin mendidih, merasa istrinya tidak menghormati dan menyepelekannya. "Rania!" 

Krisna kembali menarik kasar istrinya, hingga Rania terguling dari tempat tidur. 

"Akhhh!" jerit Rania. Sakit sekali. Batinnya lebih sakit. Rania mengepal kuat dan menghela nafas berat.

"Cepat bangun dan jawab pertanyaanku!" 

Rania menahan rasa sakit raga dan hatinya. Meskipun tubuhnya lemah, dia tetap berusaha bangkit. Wanita itu berdiri gemetar tempat di depan suaminya. Matanya nyalang dengan senyum getir.

"Aku tidak akan diam diperlakukan seperti ini, Mas. Jika kamu menuduhku selingkuh dan lebih percaya dengan pikiranmu, terserah. Silahkan! Aku tidak melarangmu sama sekali. Dan aku lelah, mari kita terpisah saja!"

Deg! Krisna jadi terdiam. Matanya yang nyalang pelan meredup. Pisah? Kata itu bak palu menghantam dadanya.

Sedang Rania, semakin tak kuat menopang raganya.

"Ran!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apa susahnya kau berterusterang sama suami kau itu njing. kebanyakan drama kau
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 90. Sebuah Ketulusan.

    Dalam hitungan menit, Krisna sudah membawa Rania dalam mobil dan siap ke rumah sakit terdekat.Sepanjang perjalanan, Krisna menggenggam tangan istrinya erat. Wajahnya tegang.Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung ditangani cepat. Krisna memayao dokter. "Bagaimana kondisi istri saya, Dok? Ada apa? Apa ada yang serius?"Dokter tersenyum tenang. "Tenang, Pak. Istri Bapak sehat. Dan ... selamat. Istri Anda hamil. Untuk lebih lanjutnya silakan ke dokter obgyn."Krisna terdiam. Mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Seolah otaknya butuh waktu untuk mencernanya. Lalu perlahan, wajahnya berubah. Mata melebar. Rania tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia diam memegang perutnya. Tanpa suara air matanya menetes begitu saja. Akhirnya dia bisa hamil lagi."Hamil?" Jantungnya berdetak sangat kencang. Akhirnya, yang dia tunggu tiba juga.Dokter mengangguk. "Tidak perlu terlalu khawatir soal mual pagi. Itu wajar. Tapi harus banyak istirahat."Setelah kepergian dokter."Aku hamil, Ma

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 89

    "Nggak ada toleransi lagi. Ayah sudah lelah melihat tingkahmu tiap hari. Emangnya ayah nggak tahu apa yang kamu lakukan selama ini di luar. Pamitnya cari kerjaan tapi kamu cuma nongkrong sama teman yang biasanya. Mau jadi apa kamu kalau terus kayak gini.""Aku tahu Ayah membenci anakmu ini. Tapi setidaknya jangan menyiksa anak dengan menikahkan sama pria kampungan. Mau ditaruh di mana mukaku ini, Yah!" teriak Winda."Ayah nggak peduli. Kamu nikah sama pria pilihan ayah atau kamu urus hidupmu sendiri sana.""Mas, jangan keterlaluan!"Agung tidak mendengarkan lagi protes istri dan anaknya.Rania dan Krisna yang kebetulan berkunjung, saling berpandangan. Saat mereka masuk rumah langsung disuguhi perdebatan itu."Mbak Winda, tenanglah. Ayah punya alasan sendiri melakukan hal itu. Lagi pula apa salahnya menikah dengan pria dari kampung, tapi bertanggung jawab. Dan tidak semua pria dari kampung itu miskin dan kumal." Rania menyembunyikan senyum tipisnya."Aku nggak butuh nasihatmu, Rania! I

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 88

    Belum sampai Krisna menjawab, dua polisi datang. Satu dari mereka mengeluarkan berkas sambil menatap langsung ke arah Ane."Saudari Ane. Kami dari kepolisian. Berdasarkan laporan dan bukti yang sudah kami terima, Anda kami tetapkan sebagai tersangka dalam beberapa tindak pidana."Ane melangkah mundur, panik. "Apa-apaan ini?"Veni langsung gelisah takut."Anda diduga terlibat dalam upaya penganiayaan berencana terhadap saudari Rania, termasuk insiden keguguran yang terjadi akibat racikan obat yang Anda kirim melalui perantara. Anda juga terlibat dalam upaya penculikan secara tidak langsung dengan menjebak korban ke hotel. Malam ini, Anda juga mencoba menjebak suami korban, pak Krisna dalam upaya pencemaran nama baik."Polisi lainnya mengambil borgol dari pinggang."Saudari Ane, Anda berhak didampingi pengacara. Tapi malam ini, Anda kami tangkap dan akan dibawa ke kantor kepolisian untuk pemeriksaan lanjutan. Kami mohon kerja sama Anda."Ane berontak. "Kalian semua gila! Ini jebakan!

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 87

    Krisna bersandar sambil memegang keningnya, memejamkan mata, seperti halnya orang ngantuk dan lemas. Kepalanya pelan tertunduk di sofa empuk.Tak butuh waktu lama, suara langkah pelan masuk ke ruangan. Dia Veni dan Ane."Kena sekarang. Lakukan tugasmu selanjutnya, Veni.""Siap. Aku senang melakukannya."Ane tersenyum sinis berdiri menatap Krisna yang tergeletak.Lalu, ada seseorang lagi yang masuk dan memindahkan Krisna ke atas ranjang. Ane keluar dan menyerahkan sisanya pada Veni. Dia akan mengawasi dari luar.Kini, Veni itu mendekat, makin mendekat. Langkah heels nya nyaris tak terdengar.Tubuh Krisna yang tampak tertidur membuat Veni makin percaya diri. Dia duduk di sisi ranjang, tangannya mulai meraih kerah jas Krisna, lalu bersiap berbaring ke ranjang di sisi Krisna.Baru satu sentuhan, lengan Krisna langsung menangkap pergelangan tangannya."Aku tidak suka disentuh oleh wanita murahan.""Kamu-" Veni terperangah, langsung bangkit dan mundur dua langkah. Matanya membelalak meliha

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 86

    "Aku nggak akan macam-macam. Aku cuma pengen pastikan kamu aman sampai rumah. Krisna nggak bisa dihubungi kan?"Rania menggigit bibir. Jawaban itu tepat sasaran. Krisna memang belum membalas pesan, belum juga mengangkat telepon. Hatinya makin tidak tenang.Dan kenapa Adrian bisa tahu? Semua makin janggal di hatinya."Tolong jangan buat situasi makin rumit, Drian.""Percaya sama aku sekali ini aja. Aku cuma pengen kamu selamat. Nggak lebih."Rania terdiam. Lalu membuka ponsel. Mengetik pesan singkat ke suaminya. [Aku bareng Adrian. Ban mobilku kempes, Mas. Dan ke mana orang-orangmu saat ini? Kenapa semuanya hilang?]Terkirim. Tapi belum dibaca."Jadi ikut denganku, kan?"Rania menatap Adrian sesaat lalu mengangguk pelan.Adrian mendekat dan memayungi tubuh Rania. Mereka berjalan pelan menuju mobil. Langkah kaki berirama dengan gemuruh hujan.Rania hanya diam, kaku. Jarak tubuh mereka dekat, tapi rasa asing membentang seperti jurang tak kasatmata.Saat hampir sampai mobil, sepatu Rania

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 85

    "Restoran sepi bingung, giliran ramai juga bingung. Kamu maunya apa, Jeng," ucap Indra sambil mendecih."Maunya kamu mingkem, Dra. Biar aku bisa fokus pakai indra ke sebelas. Ada yang nggak wajar sama semua ini soalnya."Rania menatap sekeliling. "Itu juga yang bikin aku bingung. Review restoran ini sebelumnya jelek banget. Dan usaha perbaikan baru saja dimulai. Tapi sekarang? Tiba-tiba banyak orang makan sambil selfie."Indra menyikut lengan Ajeng pelan. "Fix. Ini settingan Adrian, temanku yang terlalu tulus dan baik hati dan nggak nuntut balesan. Pasti pelanggan bayaran. Nih orang terlalu niat."Ajeng mengangguk cepat. "Yakin, Adrian. Bisa jadi Kang Mas Krisna. Kan dia udah jadi sweet banget sekarang."Indra mendesis. "Kamu tim Krisna sekarang? Aku tim Adrian."Lalu, Ajeng menoleh pada Rania. "Gila sih kalau semua ini emang hasil karya suamimu. Dia keren, Ran. Maksud aku, suami kamu tuh bukan tipe asal janji. Dia kerjain semua dengan detail. Meski nyebelin, tapi tobatnya beneran."I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status