"Tuan muda, kemana anda ingin pergi?"
Houran sedang merasa amat sangat bosan dengan kegiatan yang ia lakukan di dalam kediaman, yang mana ia hanya bisa duduk, tidur, makan, dan berpindah-pindah ruangan tanpa tujuan.
Ia juga sering melamun ataupun linglung tanpa sadar karena terlalu banyaknya waktu luang yang ia miliki untuk bersantai seperti ini.
Kebosanan ini akhirnya melahirkan ide untuknya melakukan olahraga kecil, dengan contoh berjalan-jalan santai di sekitar kawasan. Mungkin jiga dia dapat berbincang dengan beberapa tetangga.
Hasilnya adalah, dia dihentikan oleh pengawal yang menjaga gerbang sebelum dia bisa melangkah keluar. Sepertinya mereka merasa sangat enggan tapi juga segan kepadanya.
Houran berbalik, menatap Jing Li yang mengikutinya untuk membantu memberikan penjelasan.
<Mood saya sedang sangat berantakan, jadi chapter ini tentang hal yang ringan seperti bagaimana kita selalu membutuhkan seseorang untuk mendengarkan kita, bahkan meski hanya untuk sejenak. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, semoga sehat selalu.
Dia baru saja memasuki kediaman dengan tawa riang bersama dengan Jing Li yang ikut tersenyum di belakangnya. Dia memukul lengan Jing Li, "kau tidak pernah mengatakan padaku bahwa kau sangat pandai bermain mahjong, Jing Li." Jing Li mengusap lengannya dengan ringisan kecil, "saya berpikir itu bukan sesuatu yang penting, Tuan muda. Jadi saya tidak banyak membicarakannya dengan orang lain." Dia meledeknya, "tidak penting, hah? Lihatlah, sekarang siapa yang telah memenangkan hati Kakek Chu? Bahkan aku tidak terlihat lagi dimatanya." Melihat tingkahnya, Jing Li seperti geli sendiri dan tampaknya berusaha untuk tidak mengeluarkan tawa yang terlalu keras, "uhuk, bukankah Kakek Chu sudah menyiapkan manisan Haw untukmu, Tuan muda? Dimana anda menjadi tidak terlihat baginya?" "Ah, kau benar! Aku tidak sabar memakan manisan haw lagi, Jing Li!"
"Apa yang anda lakukan di sini?" Jing Li baru saja keluar dari kamar tuan mudanya ketika melihat satu sosok lain tampaknya tengah mengamati pemandangan sepanjang lorong lantai dua, dan lagi orang lain tampak bertingkah sangat mencurigakan. Jika ia tidak mengenali orang ini barusan, sudah pasti ia akan meminta pengawal yang bersiaga di sebelahnya untuk meringkus dan menekan pihak lain di lantai untuk mengetahui apa yang ia lakukan. Pihak lain sepertinya tersinggung dan segera berbalik dengan wajah memerah kesal, "aku bukan pencuri, apa yang kau lakukan dengan nada pertanyaan menuduh seperti itu?!" "Tolong, segera tinggalkan lantai dua." Ucap Jing Li sambil menunjukkan jalan untuk kembali ke lantai pertama. "Apa ini? Bahkan aku tidak boleh melihat suasana di lantai dua? Rahasia macam apa yang kalian sembunyikan untuk Tuan muda kalian itu?" U
"Bubu, akhirnya kau kembali!" Dia bergegas memeluk anjing yang beberapa hari ini tidak bersamanya itu, jilatan dan gonggongan riang juga memenuhi gendang telinganya ketika makhluk berbulu yang mengemaskan itu masuk ke dalam pelukannya. Setelah pertengkarannya dengan Jong Keyi di pagi hari, Dagenya akhirnya menghubungi sang sekretaris untuk membawa Bubu kembali ke dalam kediaman setelah memastikan kondisinya telah pulih. Houran juga mengetahui, bahwa sebenarnya saudara pertama tidak ingin terlihat lebih condong kepada salah satu di antara mereka. Dengan begitu, dia meminta salah seorang pengawal mengantar Jong Keyi ke wahana bermain, dan juga mengembalikan Bubu kepadanya di sisi lain. Dia kesal, dia masih ingin memukul putra keluarga Jong itu karena ulah pihak lain, kekesalan yang terakumulasi itu tampaknya hampir meluap. Tetapi, membayangkan kesulitan yang akan d
[Jiayi's Side] "Ā mu, apa yang sebenarnya telah terjadi?" Jiayi bergegas masuk dan merengkuh sang ibu ke dalam pelukannya, wajah bingung dan juga sedih milik ibunya telah membuat Jiayi juga ikut merasa kalut. Dia tiba-tiba menerima panggilan Mu Qixuan yang mengatakan dia harus kembali ke rumah segera membuatnya cemas bahwa sesuatu yang buruk mungkin telah terjadi. Ibunya mencoba tersenyum meskipun itu justru tampak canggung, "Yiyi, mengapa kau kembali sedini ini? Tidak biasa sekali." Jiayi mengangkat kedua alisnya, memicing curiga, "Ā mu jangan mencoba mengalihkan pembicaraan, Dage memintaku kembali saat ini juga. Jadi aku sangat yakin, sesuatu pasti telah terjadi, maka katakan padaku ada apa ini sebenarnya?" Ibunya menggelengkan kepalanya tampaknya telah menyadari bahwa dia tidak akan bisa membohongi putrin
"Bukankah aku sudah memperingatkan sebelumnya, jangan lupa untuk menutup pintu jika kalian akan bertengkar. Lihatlah sekarang kalian mengulangi kesalahan yang sama." Mu Qixuan duduk di sofa ruang kerja ayahnya, menatap pihak lain yang duduk di belakang meja kerja dengan raut wajah pahit. Mu Qixuan tidak perduli untuk mengamati betapa buruknya suasana hatinya, terus berbicara, "Ran-ran menolak untuk keluar dari kamar setelah pergi dari arah ruangan ini, benar bukan, Paman Li?" Paman Li yang masih mendengarkan di sudut segera melangkah maju, dan membungkuk, "benar, Tuan muda. Sebelumnya saya bertemu dengan Tuan muda ketiga, saya berniat untuk menyapanya, tetapi ekspresinya tampak salah dan kemudian tidak menanggapi sapaan saya sama sekali." Mu Qixuan melirik ayahnya, "jadi kita dapat menyimpulkan, Ran-ran pasti mendengarkan sesuatu yang tidak meny
Mu Qixuan menatap ke arah Paman Li yang masih berdiri di sudut meja makan, hanya dia dan Jiayi yang datang untuk menikmati makan siang hari ini, sedangkan dua orang lain yang sedang bermasalah satu dengan yang lain tentu tidak akan bersedia makan malam. Tetapi, seperti ada sesuatu yang kurang. Jiayi segera menegaskan pemikirannya ketika pihak lain berbalik ke arah Paman Li dengan penuh tanda tanya, "Paman, dimana Ran-ran? Apakah dia mogok makan karena permasalahan Ā mu dan Ā ba?" Paman Li juga kebingungan, biasanya tidak dibutuhkan untuk memanggil Tuan muda ketiga, karena pihak lain akan dengan senang hati duduk dan patuh menunggu di meja makan bahkan sebelum semua hidangan disuguhkan. Tetapi, hari ini pihak lain bahkan tidak terlihat batang hidungnya. Dia segera melambai pada salah satu pelayan, memintanya untuk memanggil Tuan muda mereka. &nbs
Setelah mengelabuhi pengawal di gerbang bahwa dia hanya akan pergi bermain di kediaman Paman Bai yang dekat, dan Jing Li akan segera menyusul, mereka melepaskannya. Kemudian, hasilnya adalah dia hanya pergi sambil merenung, berjalan kemanapun kakinya ingin melangkah. Karena selain keluarga Mei, dia tidak mengenal dunia luar sama sekali. Pilihan untuk pergi ke rumah Kakek Chu atau Paman Bai ia singkirkan, mengingat bahwa keduanya pasti tidak akan segan mengantarkannya kembali pada keluarga Mei setelah mengetahui duduk permasalahannya. Sekarang, melihat ke arah sekelilingnya, jalanan besar dan ramai, mobil hilir mudik, begitu juga dengan manusia yang sangat sibuk dengan dunia mereka. Tidak ada yang memperhatikan remaja kekanakan seperti dirinya yang kehilangan arah dan tidak tahu kemana dia harus pergi setelah ini. Kenapa juga dia ingin meninggalkan Kediaman Mei?
Saat ini, keheningan menyelimuti mereka berdua. Houran meremas sudut pakaiannya yang berantakan, dan dia merasa sedikit malu, segera saja ia bergegas membenahi pakaiannya, meskipun dua kancing teratas telah terlepas dan bahkan bagian lengan memiliki kesobekan yang hampir sepanjang jari telunjuk orang dewasa. Alhasil, dia semakin salah tingkah. Tetapi, masih tidak bisa menahan diri untuk berbicara, "em, itu ... terimakasih, sudah menolongku." Pihak lain hanya meliriknya sebentar, tampaknya tidak ingin berbicara. Houran hanya menunduk dan sepertinya tidak keberatan dengan keheningan pihak lain, lagipula dia sudah cukup berhutang budi kepada pihak lain, tidak perlu memaksanya hanya untuk berbicara. Tetapi, tepat ketika dia berpikir mereka akan terus berada dalam keheningan, orang di sebelahnya berbicara, "bukan un