Risma tahu, ulah Rika ini hanya drama. Akal-akalan Rika untuk mencari perhatian Ronny sekaligus menjelek-jelekkan diri Risma dan Ratu. Seperti biasa, selanjutnya akan ada pertunjukan dengan deretan bintang yang tidak memiliki wajah semulus artis sinetron. Risma menantikannya meskipun sebenarnya ia merasa agak tegang karena akhirnya bisa tidak terduga.
“Dik, tunggu. Jangan begitu, dong. Bapak dan Ibu sedang di Tanah Suci. Apa kata mereka kalau pulang berhaji, menantu dan cucu laki-lakinya tidak ada?” cegah Ronny, berusaha menahan langkah istri keduanya. Ia merebut tas dari tangan Rika. Nah, ‘kan. Seperti biasa, Rika akan berlagak hendak kabur dan Ronny akan mencegahnya. Biasanya Bapak atau Ibu—panggilan untuk kedua orang tua Ronny—akan menengahi drama ini karena tidak mau rumah tangga kedua Ronny tersebut hancur. Tapi, para mertua Risma dan Rika tersebut baru akan pulang dari Tanah Suci kira-kira dua minggu lagi. Jadi, mau tidak mau, Ronny harus mengatasi sendiri rengekan istri keduanya itu. Caranya, tentu saja dengan ikut-ikutan melakukan drama. “Ya terus aku harus bagaimana, Bang?! Aku tidak mau anakku terkena pengaruh buruk dari Ratu!” tukas Rika, terus menyalahkan anak kecil. “Jangan sembarangan bicara, ya. Anakku itu anak baik. Ratu hanya tidak mau ayahnya terus memukuli aku,” sergah Risma. Setelah sempat berdiam diri, Risma bangkit untuk membela putrinya lagi. Melupakan rasa sakit akibat dipukuli oleh Ronny sebelumnya. “Tuh, ‘kan. Abang lihat? Kak Risma kasar sekali. Makanya, anaknya juga kasar. Sudah jelas anaknya salah, masih juga dia bela. Abang tidak khawatir, Ratu akan membuat Razka jadi anak yang nakal dan suka melawan seperti dirinya?” kata Rika pada Ronny. Kebusukannya makin menjadi. Ronny memijat pelipisnya. Keributan dalam rumah tangganya seperti ini adalah hal yang biasa terjadi sejak Razka belum dilahirkan. Tapi kali ini, ia tampak sudah tak tahan lagi. “Bisakah bersabar lebih lama lagi, Dik? Sedikit lagi rumah kita yang sedang dibangun, akan rampung. Rumahnya lebih bagus dan lebih besar. Dua lantai, pula. Nanti kita pindah ke sana, jadi kau tak perlu lagi khawatir dengan perkembangan anak kita karena hanya ada kita bertiga di sana,” bujuk Ronny, meniru jurus kedua orang tuanya untuk membujuk Rika setiap kali wanita itu merajuk. Rika yang suka dengan kemewahan, tidak akan menampik fasilitas seperti itu. Rahmat dan Rukmini, orang tua Ronny, memang tengah membangun sebuah rumah lagi untuk diberikan pada Ronny, anak tunggal mereka. Konon rumah yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah yang tengah mereka tempati tersebut, lebih megah dan mewah. Ronny dan keluarganya akan hidup sangat nyaman di sana. Akan tetapi, bujukan Ronny pada Rika membuat Risma terkejut. Jadi, Ronny hanya akan memboyong istri dan anak keduanya? Bukankah tujuan orang tuanya membangun rumah tersebut adalah agar Risma dan Ratu juga bisa pindah ke sana? Kedua orang tua itu sendiri yang mengatakannya pada Ronny dengan disaksikan oleh Risma dan Rika. Apalagi, tanpa sepengetahuan mertuanya, Risma telah berkorban sangat banyak demi Ronny. Pengorbanan itu terlalu besar, sehingga rasa-rasanya, Ronny akan kesulitan untuk membalasnya. Meskipun dua tahun yang lalu Ronny pernah sangat menyakiti hatinya, Risma masih bertahan karena janji Ronny untuk memboyong Risma dan Ratu ke rumah baru yang sedang dibangun tersebut. Bagaimana pun, Risma juga ingin agar Ratu tumbuh di rumah yang menurutnya adalah rumah yang baik. Apalagi setelah pengorbanan Risma untuk Ronny, sudah sepatutnya Ronny juga memberikan yang terbaik bagi istri dan anak pertamanya itu. “Anggaplah pengganti rumah peninggalan orang tuamu,” kata Ronny kala itu. Saat ia menceritakan rencana orang tuanya untuk membangun rumah baru bagi Ronny sekeluarga. Risma saat itu mengiyakan saja. Masa yang indah karena Rika belum hadir dalam kehidupannya. Hanya ada Risma dan Ratu dalam kehidupan Ronny. Namun, kebahagiaan Risma karena janji Ronny saat itu tak berlangsung lama. Ronny tiba-tiba memboyong Rika sebagai istri kedua. Yang lebih mengejutkan sekaligus menyakitkan, Rika ternyata tengah mengandung janin berjenis kelamin laki-laki, keturunan yang sudah sangat lama dinantikan oleh Ronny dan kedua orang tuanya. Rika rupanya menyadari bahwa Risma terkejut mendengar kata-kata Ronny yang hanya ingin memboyong Rika dan Razka. Ia tersenyum miring, lalu melanjutkan rengekannya. Melancarkan aksinya lagi. “Tapi, Bang. Aku sudah tidak tahan jika harus tinggal serumah dengan Kak Risma dan Ratu lebih lama lagi. Aku capek, Bang. Aku tidak mau terganggu terus seperti ini. Abang tak kasihan pada Razka? Bisa sakit dia kalau tidurnya terganggu terus. Apalagi jika nanti Ratu membuatnya jadi anak yang nakal, aku tidak bisa membayangkannya, Bang!” Risma hendak membuka mulutnya untuk protes, namun tidak jadi ia lakukan. Sebab, Ronny menoleh cepat padanya. Tatapannya yang tajam membuat nyali Risma surut. “Benar juga,” kata Ronny menyetujui Rika. “Kau adalah sumber masalah di rumah ini, Risma. Selama ini Bapak dan Ibu selalu membelamu. Tapi, sekarang mereka sedang tidak ada, jadi aku yang berkuasa atas rumah ini.” “M-maksud Abang apa?” sahut Risma terbata-bata. Ah, ternyata drama ini berakhir tidak seperti biasanya. Akhirnya mungkin akan buruk bagi Risma. “Iya, kau sumber masalah, sumber keributan di sini. Daripada Ratu menjadi semakin nakal dan suka melawan, lebih baik kau menjauh darinya. Aku juga tidak ingin kau mengganggu ketenangan Rika dan Razka,” tegas Ronny. Dengan kasar, Ronny meraih tangan Risma, lalu menarik istri pertamanya itu menuju ke pintu depan. Risma berusaha melepaskan diri, tapi tenaga Ronny lebih kuat. “Bang! Tolong jangan begini! Abang, aku ini istrimu juga!” teriak Risma. “Ayah mau bawa Bunda ke mana?!” teriak Ratu sambil mencoba melepaskan ibunya. “Jangan ke sini, Nak. Nanti kau ikut terseret,” cegah Risma yang mencemaskan keselamatan anaknya, sambil tetap berusaha melepaskan diri. Ronny sendiri tak menghiraukan protes anaknya. Ia terus menyeret Risma hingga ke halaman rumah, tak peduli saat Ratu jadi ikut terseret karena mencoba menolong ibunya. “Sekarang,” kata Ronny sambil mendorong tubuh Risma hingga tersungkur di atas rerumputan, “pergi dari rumah ini! Jangan mengganggu ketenteraman keluargaku lagi!” Risma terperanjat bukan main. Benar-benar tak mengira bahwa Ronny akan bertindak sekejam itu. Ia buru-buru melihat keadaan Ratu yang ikut tersungkur dan bersyukur karena anaknya tampak baik-baik saja. Setelah menghempaskan istrinya begitu saja, Ronny berbalik untuk masuk ke rumah. Namun, seperti belum puas, ia kembali berbalik untuk mengucapkan kata-kata yang tidak ingin Risma dengar. “Oh iya, aku juga akan menceraikanmu, supaya aku bisa menikahi Rika secara hukum negara. Ratu, masuk ke dalam!” Namun Ratu bergeming. Ia memeluk ibunya, menolak perintah ayahnya. Ronny mengumpat. Ia tampak tak peduli lagi dengan perlawanan Ratu. Dengan penuh amarah, ia masuk ke dalam rumah. Melewati Rika yang menyaksikan kejadian tersebut sambil menggendong Razka. Dari teras rumah tempatnya berdiri, Rika tersenyum mengejek. Menunjukkan kemenangannya karena berhasil menguasai suaminya sepenuhnya."Kenapa sih, Mas Raka? Takut pandangan miring orang-orang?" goda Risma."Iya. Kok kesannya aku ini menikahimu karena harta. Aku tidak enak hati. Termasuk pada 'mereka'," sungut Raka."'Mereka'? Duh, suamiku ini baik banget orangnya. Perasaan orang jahat juga dipikirkan segala. Jadi makin cinta, deh," kata Risma lalu mencium pipi Raka.Wajah Raka bersemu. Ia berdiri usai menyelesaikan sarapannya."Aku pamit, mau ke warung," kata Raka sambil menyambar kunci motornya."Aku temani saja. Bantu-bantu. Bosan di rumah," sahut Risma, ikut berdiri.
Sudah dua hari berlalu setelah Risma dan Ratu berhasil ditemukan. Kepulangan mereka ke rumah Rahmat dan Rukmini, membawa kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang sudah tua tersebut, sekaligus menguak berbagai hal yang mengejutkan.Pada awalnya Rahmat dan Rukmini berusaha membujuk agar Risma tidak bercerai dengan Ronny. Sebaliknya, mereka menginginkan agar Rika-lah yang keluar dari rumah itu."Tapi Pak, Bu, saya tidak bisa lagi menerima Bang Ronny sebagai suami saya. Cinta dan harapan padanya sudah tidak ada lagi," jelas Risma saat mereka berkumpul di ruang tengah.Ronny dan Rika sendiri masih ditahan di kantor polisi atas laporan percobaan penculikan atas Ratu. Rahmat dan Rukmini sengaja membiarkan mereka di sana agar da
Rusdi menatap istrinya. Ratih mengangguk sebagai balasannya. Rusdi kembali menatap majikannya.Maka, meluncurlah pengakuan Rusdi mengenai apa yang terjadi. Rahmat duduk mendengarkan sambil sesekali menghela napas.Usai mendengar penjelasan Rusdi, Rahmat memberi perintah."Beri tahu Ibu tentang ini. Bilang juga, kalau mau ikut, kita berangkat mencari Ratu dan Mbak Risma sekarang," perintahnya pada Ratih."Baik, Pak Rahmat," balas Ratih. Ia lalu mencari Rukmini yang sedang memasak di dapur.
Ratu tidak tahu, sudah berapa lama ia menunggu di dalam kamar kos-kosan. Bunda menyuruhnya menunggu hingga Bunda bisa menjemputnya. Tapi, ini sudah terlalu lama.Ratu mondar-mandir di dalam kamar, menunggu dengan gelisah. Ia tidak tahu, berapa lama sudah berlalu sejak ia berhasil lari dari kejaran Tante Rika dan meminta tolong pada para penghuni kos lainnya. Ratu tak punya jam, arloji atau ponsel agar dapat mengetahui waktu.Sudah terlalu lama. Juga terlalu sepi. Ke mana orang-orang? Apakah mereka berhasil menolong Bunda?Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu. Ratu terkesiap, tidak berani bersuara. Apakah itu Bunda? Atau justru Ayah dan Tante Rika?
Plak! Plak!Risma terhuyung karena tamparan itu. Ronny merangkul pinggangnya, lalu menarik istri tuanya itu untuk dibawa ke mobil."Kejar Ratu. Abang tunggu di mobil," perintahnya pada Rika yang penampilannya kini acak-acakan."I-iya, Bang," balas Rika sambil meringis menahan sakit, lalu mengejar Ratu yang sudah menghilang di balik sebuah belokan jalan.Sambil berlari, Ronny menggendong Risma yang masih pusing. Saat istri pertamanya itu mulai pulih, ia kembali melawan hingga ia dan Ronny jatuh bersama-sama menimpa jalanan.Risma segera bangkit dan berlari menuju ke ko
Ronny dan Rika terus membuntuti dua orang yang mereka yakini sebagai Risma dan Ratu tersebut. Saat kedua orang itu berbelok menuju ke jalanan yang lebih kecil, tidak ramai dan agak gelap, Ronny memarkir mobilnya."Kita jalan kaki saja. Sorot lampu mobil akan bikin kita ketahuan," kata Ronny.Pasangan suami istri itu pun turun untuk melanjutkan perburuannya. Sayup-sayup, mereka bisa mendengar suara-suara yang sudah sebulan ini tidak mereka dengar."Bunda jangan marah ke Om Raka lagi. Kasihan Om Raka.""Bunda tidak marah, Nak.""Terus, siapa dong yang marah?"