Pamela Pov.
Kerinduaan yang besar menghantam diriku. Pria yang mati-matian ingin aku usir dari pikiranku--datang dihadapanku dan membuang semua usahaku untuk melupakannya ke dalam sampah.
Aku merindukannya, sangat. Saat di pantai, saat di hotel, aku sudah mati- matian menahan diri. Padahal seusai konser aku absen dari pesta karena ingin beristirahat. Aku juga mengira Orland kembali ke Amerika karena rutinitasnya yang membunuh.
Sayangnya aku kembali dihadapkan pada fakta jika pria ini ada di depanku. Pria yang membatalkan pernikahannya meski sudah menghamili gadis yang akan dinikahi. Sekarang Vanesa pasti hamil besar dan berharap agar Orland segera datang menikahinya. Pria ini bisa saja menjanjikan bebagai kesepakatan untuk menunda pernikahan itu. Dan yang menyakitkan, mungkin saja kedatangan Orland ke hadapanku sekarang juga untuk menjadikanku simpanan seperti dulu.
Hatiku serasa diremas saat memikirkan itu. Matak
Kami memutuskan menghabiskan waktu di Pantai Buthan. Tempat yang cocok untuk merangkai kembali kisah yang berantakan. Lokasi ini memang seperti surga. Sebenarnya aku ingin mengunjungi Bali. Berjemur di sana dengan sapuan angin yang segar. Menikmati keeksotisan pulau yang dulu menjadi impian ibuku untuk berlibur. Namun keadaan tidak mengijinkan. Kami memiliki sedikit waktu sebelum benar-benar harus kembali ke Amerika."Ke sini Pammy. " Orland mengarahkanku ke depan resor. Dia menempel erat padaku. Mata kami bertatapan. Aku tau jika dia ingin memperbaiki semuanya dari awal. Menata sesuatu yang berantakan pada hubungan kami. Hubungan kami tidak diawali dengan hal baik. Dasar cinta kami saat itu adalah seks, uang dan benefit. Tidak ada yang berpikir tentang perasaan murni yang disebut cinta. Oleh karena itu kami sering terhempas walau dengan sedikit gangguan. Apalagi hanya aku yang berjuang di periode tertentu, dan Orland di periode lainnya. Betapa rapuhnya ka
Konser keliling dunia diakhiri dengan penampilan Pamela di Asia. Akhirnya Pamela, Orland beserta Crist bisa menghela nafas lega dan kembali ke San fransisco. Sementara rombongan kru, penari dan band kembali ke perusahaan Manex Entertaiment. Berkat penanganan tim yang profesional, mereka tidak memiliki kendala yang bearti untuk berkemas dan pergi. Pamela mengangguk puas dan memeluk para timnya yang solid."Terima kasih guys, aku mencintai kalian, " ucap Pamela.Mereka berfoto dan menuju pesawat yang disediakan perusahaan. Setelah melepas mereka terbang landas, Orland melingkarkan tangannya pada pinggang Pamela."Pesawat kita menunggumu, Pammy, " ucap Orland."Pengalaman bercinta di pesawat menunggumu, " bisiknya untuk meralat ucapannya yang pertama.Pamela terkikik dan hanya mengikuti langkah Orland. Crist hanya bersiul melihat interaksi keduanya. Itu membuat Pamela melototinya.
Pamela, gadis yang berusia lima belas tahun lebih muda dari usiaku--- datang seperti petir dalam hidupku yang tenang. Membangkitkan gairah primitif yang lama terpendam. Dia menyambar tanpa ia sadari tepat ketika mataku menemukannya di lift. Saat itulah, aku tau jika terjatuh pada perangkap kecil yang ia tebar tadi."Akh... " Mata kami bertatapan. Hijau teduh menyejukkan hatiku dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Bibirnya tipis dan seksi. Tubuhnya terasa berlekuk di tanganku juga hangat. Hanya dengan balutan seragam sekolah, dia terlihat menggiurkan."Maaf, Tuan. " Saat aku menangkapnya terjatuh, detik itu pula dia menangkap minatku.Dia terlihat menyadari sesuatu. Seolah menggodaku adalah kesalahan dan menarik diri. Aku merasa marah saat dia menarik diri setelah berhasil memporak- porandakan emosiku yang sudah lama terkubur. Mencoba mencuci tangan tanpa mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.
Pamela sudah dalam kendaliku. Kucing nakal ini ternyata gadis yang pandai menyembunyikan masalah dari teman- temannya. Padahal dia sedang terancam tidur di jalanan. Jika gadis lain yang berada di posisinya, aku yakin dia akan kebingungan setengah mati. Lalu menerima semua negosiasi yang aku tawarkan.Nyatanya, butuh ancaman untuk menaklukannya. Jika dia adalah pembisnis, pasti aku akan menghadapi kesulitan karena harus menjadi saingannya. Dia gigih dan mengatakan penawaran - penawaran konyol dengan penuh keyakinan."Jadi pilihlah Pammy. Berakhir denganku atau pria lain yang nantinya akan dipilih ibumu." Lalu aku mengancam dengan transaksi yang sudah di sepakati Monica."Kau harus mengembalikan uang yang diambil Monica padaku. Jika tidak maka aku akan menelpon polisi untuk memenjarakan ibumu."Matanya yang teduh meredup. Aku tidak perduli selama dia menjadi milikku. Aku hanya ingin dia berada di antara dua kakiku secepatnya.
Perlawanan Pamela begitu keras dan nyata. Dia menghancurkan egoku dengan berdansa dengan pria pendatang baru di dunia musik. Namanya Blom, pirang dan nampak kekanakan. Ciri khas idola remaja masa kini.Jelas aku tidak ingin pria itu mendekati Pamela- ku. Dia milikku sekarang dan selamanya. Dengan penampilan Pamela yang seperti malaikat dia dengan mudah menarik pria seperti Blom yang naif.'Aku akan memberikan hukuman padamu Pamela. Tunggu saja.'Tidak butuh waktu lama bagiku untuk membuat Blom meninggalkan Pamela sebelum mereka berbuat lebih jauh. Dan sekarang saatnya memukul bokong Pamela sebelum aku menghukumnya."Jadi dia pilihanmu?"Tanpa kuduga Pamela menjawab dengan sengit. Sangat jelas dia sangat marah padaku. Tidak ada yang mengherankan sebab akulah yang menyebabkan dia seperti ini."Pergilah tuan Manex, aku ingin hidup tanpa mu. "Perkataan yang membuatku sangat marah. Tanpa ragu aku menyuruh anak
Orland Pov.Ternyata kehadiran Blom justru meredam keraguan Pamela. Aku terus menerus menjelaslan masalah kehamilan Vanesa, kesepakatanku dengan John dan chip yang berisi pembunuhan kakakku. Dia akhirnya kembali percaya padaku. Dan duniaku sekarang kembali indah. Aku menjadi pria yang jatuh cinta, bahagia dan kasmaran. Buthan menjadi saksi aku memulai kembali hubungan dengan Pamela. Menguatkan ikatan yang rapuh agar kuat menghadapi masalah.Akan tetapi serangan sudah dilakukan oleh Karl. Kini dia harus menerima akibat pemberitaan yang dilakukan oleh anak buahnya."Tuan Karl ingin bertemu anda, Sir."Aku tidak asing dengan kalimat yang Sean ucapkan. Dia selalu mengulang kalimat yang sama setiap kali aku menyerang perusahan. Rupanya dia bergerak cepat sebelum perusahaannya benar- benar runtuh."Tuan Karl sudah si sini."Pria bersurai klimis gelap dan tipis masuk melalui pintu yang si buka Sean. K
Pamela Pov.Ini hari kedua aku mengalami pagi dengan perasaan bahagia. Sesuatu yang aku anggap berkah setelah pagi-pagi kelam ketika berpisah dengan Orland dan menabung genderang perlawanan padanya. Itu adalah pagi terburuk dan penuh tekanan. Berbeda dengan sekarang. Aku bahkan tidak bisa menunggu melalui hari bersama Orland dan pantat saksinya. Percayalah, tanganku gatal ingin mendaratkan tanganku ke kedua benda bulat milik Orland itu."Hei, Sweety, " sapa Orland ketika aku menyeret kakiku dengan terseok-seok menuju tepi kolam. Rasa kantuk masih hinggap di mata tapi aku tidak ingin melewatkan pemandangan berupa Orland di pagi hari.Ia hanya memakai celana pendek membiarkan Matahari di fasifik height ini mencoklatkan kulitnya. Hanya kaca mata sunglass yang menutupi wajahnya dan dia terlentang di sun chair. Bayangan agar aku duduk di perutnya adalah godaan nyata kali ini.'Sampai kapan aku harus terpe
"Kau Pamela, ta ampun. Honey! Pamela di sini!" Pekik Janet kegirangan menyambutku. Dia memeluk dan bahkan membuat Orland mundur.Tak lama kemudian seorang gadis kecil membawa boneka datang dengan boneka bunny- nya."Oh My God. Pamela benar- benar di sini. Mom, aku tidak bermimpi kan?" Dia melompat- lompat sebelum memelukku. Aku pun tertawa senang dan balas memeluknya. Jika aku amati gadis ini mirip dengan Orland. Matanya biru gelap seperti safir, tapi memiliki surai yang hitam seperti Orland. Gen Manex menurun dengan baik padanya."Hei, kalian sangat jahat karena melupakanku. " Orland datang mengangkat gadis yang dijuluki Bunny ini."Handsome uncle sudah sering ke sini. Tapi Pammy belum pernah jadi jangan marah ya?"Aku tertawa melihat betapa imut Bunny saat menasehati Orland. "Paman ayo ke pantai. Aku ingin membuat istana pasir."Orland menoleh padaku. "Ya, pergilah.""Ayo masuk, Pammy. Orland