Share

Chapter 4 :  Langkah Menyerap Energi Darah

Saat ini, rencana pelayan setia masih sulit dilaksanakan. Biaya untuk melaksanakan rencana ini dengan optimal, pasti sangat mahal.

Dia perlu memikirkan solusi untuk masalah ini.

...

Keesokan paginya, Aric sarapan bersama keluarganya.

"Bagaimana latihan bersama pamanmu, nak?" Ucap Torrent wave.

"Sulit rasanya ayah, seakan fisikku di timpa gunung batu yang besar. Tapi aku tidak akan menyerah, aku sudah merasakan jalan ini akan memberikan hasil yang memuaskan."

Ayahnya kemudian memberikan nasihan yang patut di cerna dengan baik, "Bagus sekali Aric, apapun yang kita mau di dunia ini perlu perjuangan untuk mendapatkannya, termasuk kemampuan seni beladiri, tak ada yang instan."

"Aric, ibu harap kamu bisa mencapai hasil yang kamu inginkan."

Ibunya hanya ingin Aric bisa tumbuh dengan baik, dimanapun takdir akan membawanya.

"Terima kasih ayah dan ibu."

"Ibu, aku juga ingin menambah porsi makanku, sepertinya karena kemarin aku melatih fisik, jadinya porsi biasanya tidak membuatku puas."

"Pelayan tolong tambahkan masakan kesukaan Aric dan juga untuk kedepannya tambahkan porsinya lebih banyak."

"Baik nyonya, segera saya siapkan untuk tuan muda."

Setelah beberapa menit, pelayan tersebut kembali dengan membawa tambahan porsi steak daging.

"Oh iya ayah, bolehkah aku meminta butler pribadi untuk mengurus diriku ini?"

"Ayah baru ingat, sebelumnya ayah memang berencana untuk memberimu butler pribadi."

"Baguslah kalau begitu ayah, aku ingin Markus yang menjadi butler pribadiku."

"Baiklah, nanti akan ayah urus," Torrent Wave mengangguk setuju dengan pilihan anaknya.

Keluarga itu melanjutkan makan pagi mereka dengan bahagia.

...

Satu bulan telah berlalu.

Tak terasa perjuangan Aric dalam melaksanakan latihan fisik sudah selama ini.

Setiap hari dia mendapatkan menu latihan yang hampir sama, namun seiring berjalannya hari, intensitas latihan juga bertambah.

Dari awal, latihan ini terasa sangat berat hingga akhirnya dia memiliki kekuatan fisik yang meningkat secara signifikan.

Ketekunannya sebagai seseorang yang sudah pernah mengalami lika-liku kehidupan tidak padam, bahkan malah bertambah.

"Aric, fisikmu sudah cukup untuk melatih seni beladiri yang sebenarnya. Setelah kamu menyelesaikan menu latihan yang ku beri tadi, kita akan melanjutkan dengan latihan baru."

Ketika mendengar akan ada pengetahuan baru, Aric makin bersemangat untuk menyelesaikan menu latihan dari Thorne. Dia tidak sabar menerapkan pengetahuan yang berasal dari perpustakaan.

Satu jam telah berlalu.

"Kamu istirahatlah terlebih dahulu. 10 menit lagi kita akan melanjutkannya."

"Baik, paman," Aric menggangguk. Dia memang cukup lelah, tapi semangatnya akan ilmu pengetahuan membuat tubuhnya terdorong untuk tetap bugar.

Setelah 10 menit berlalu.

"Cukup waktu istirahatnya. Sekarang kamu kesinilah Aric."

Thorne duduk bersila di tepi ruangan latihan. Kemudian Aric datang ke posisi itu.

"Tirulah posisiku," setelah Aric menirukan, Thorne melanjutkan, "Pertama-tama kamu perlu merasakan yang namanya energi darah. Energi ini bukan berasal dari darah tapi dia berada di pembuluh darah kita."

"Cara merasakannya adalah dengan membayangkan energi tersebut ada. Coba lah Aric!"

Aric mencoba membayangkan energi darah namun dia masih agak bingung, seperti apa bentuk energinya.

"Thorne bisakah kamu jelaskan deskripsi fisik energi darah?"

"Energi darah bukanlah zat yang tampak oleh mikroskop seperti darah merah dan darah putih. Jadi tidak ada bentuk pastinya namun kebanyakan orang membayangkan seperti butiran berwarna abu-abu."

Dalam hati Aric terbesit, "Berarti energi ini bisa terlihat berbeda tiap orangnya. Selain itu, tujuan membayangkan energi ini adalah untuk memudahkan meyerapan ke dalam sel darah."

Kemudian dia kanjut bertanya, "baiklah aku sudah pahan paman, aku akan mencoba lagi."

"Apakah ini mirip dengan energi alam, aku akan coba merasakannya terlebih dahulu. Untung saja aku sudah membaca Buku tentang organ dalam manusia sehingga aku bisa dengan mudah mengetahui letak keseluruhan pembuluh darah."

Aric lalu mengarahkan energi sihir ke dalam tubuhnya. Energi itu perlahan masuk mulai dari kulit, daging dan sampai di pembuluh darahnya.

Setelah itu, energi sihir itu menyebar keseluruh pembuluh darah dan Aric merasakan sesuatu yang familiar tapi berbeda.

"Yah tebakkan ku hampir benar tapi sepertinya energi darah adalah turunan dari energi alam sehingga layaknya kembar tapi tak seiras," ucapnya dalam hati.

Dia tampak bersemangat dan berkata pada Thorne, "Thorne aku sudah bisa merasakannya, ini cukup mudah, bentuknya seperti yang kamu sebutkan."

pernyataan tentang bentuk yang mirip dengan Thorne sebutkan sebenarnya bohong. Aric tidak ingin mengungkapkan rahasianya.

Thorne tampak terkejut, "Waw, benarkah itu Aric." Dia tidak menyangka Aric akan menyadari energi darah secepat ini.

Orang jenius saja butuh waktu sekitar lima belas hari untuk merasakannya, orang berbakat tiga puluh hari sedangkan orang biasa akan butuh waktu yang sangat lama tergantung keberuntungan mereka.

Thorne memahami kalau bakat Aric bukan hanya setingkat jenius tapi bisa disebut monster.

"Itu benar, Paman. Energi ini begitu kuat dan mengalir secara harmonis dengan zat lain. Lalu apa yang perlu ku lakukan selanjutnya?"

Aric menyadari kalau Thorne terkejut, dia memang berencana menyembunyikan identitas terdahulu, tapi untuk kemampuan belajarnya ini, biarlah orang-orang terdekatnya tahu.

Dengan begitu, tingkat kepercayaan mereka pada Aric akan meningkat. Di tambah dia percaya bahwa keluarga ini tidak akan memiliki niat jahat padanya.

"Karena kau sudah bisa. Langkah selanjutnya adalah menyerap energi tersebut kedalam sel darah hingga mengendap."

Thorne kemudian mengeluarkan Handphone dan mencari gambar. Disana terlihat pembuluh darah, sel darah dan energi darah.

Thorne lalu menunjuk energi darah dan berkata, "Kamu arahkan energi darah ini ke dalam sel darah. Setelah itu, secara otomatis energi darah akan mengendap."

Aric melaksanakan instruksi Thorne itu.

"Tahap ini cukup mudah ya, paman."

"Benar, tahapan ini akan sangat mudah jika kamu sudah merasakan energi darah."

Thorne lalu berdiri, "Untuk latihan hari ini sudah selesai, kedepannya kita akan fokus untuk menyerapan energi darah sehingga kamu secepatnya bisa mencapai tingkat ke-1 seni beladiri."

"Terima kasih banyak atas bantuannya, paman."

Aric kemudian beristirahat, dia sebenarnya ingin melanjutkan. Tapi perutnya mulai berbunyi seperti kucing kelaparan.

"Aku sangat lapar, mari makan dulu setelah itu melanjutkan aktivitas. Masih banyak waktu yang ku miliki, terburu-buru hanya karena bersemangat akan menghancurkan pondasiku."

...

Di ruang, dengan tulisan Kepala Keluarga Abyssalflow di atas meja, terlihat Thorne sedang membicarakan sesuatu dengan Torrent Wave.

"Tuanku, Torrent Wave. Ada yang ingin saya bicarakan."

Torrent Wave menghela nafasnya, "oh, ayolah kita sedang berdua saja. Kau bisa menggunakan bahasa yang tidak formal."

Thorne terawa, "Seperti biasa kamu selalu sulit memahami candaanku."

"Lalu apa alasanmu datang ke sini?"

Dengan wajah yang senang, Thorne berkata, "lihatlah anakmu itu, sesuatu yang berbahaya muncul pada dirinya. Ini bahkan mungkin saja bisa menggemparkan seluruh kerajaan."

Wajah Torrent Wave mulai mengerutkan kening, "lanjutkan!"

... Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status