Share

Bab 2 - Terlahir Kembali

Author: Sony Handoko
last update Last Updated: 2023-04-08 23:16:27

Tak pernah terbayangkan oleh Han, bahwa hidupnya telah berakhir dengan mengenaskan. Banyak pertanyaan yang berlalu-lalang di kepalanya. Bagaimana nasib dirinya selanjutnya?

Di dalam kegelapan yang tak terhingga, Han mengambang di udara. Ia mencoba membuka mata, menatap kedua tangannya. Tubuhnya tidak merasa panas ataupun dingin. Namun, hatinya tak merasa tenang karena masih memikirkan utang dan masalah yang belum diselesaikannya.

“Apa ini neraka?” Han membatin dengan wajah murung. “Tidak kusangka, hidupku bad ending.”

Perlahan muncul tawa dari Han, lalu berangsur menjadi isak tangis. Tiba-tiba dari arah tak diketahui, muncul suara orang lain dengan bahasa yang tidak pernah Han dengar sebelumnya.

“Kpe de enu, loluto. Egbo nie vie.” (Bertahanlah, Sayang. Kurang sedikit lagi)

“Eh ... apa?” Han berhenti menangis dan pandangannya mencari sumber suara itu.

“Eveam nuto ... edze abe nyemegate nu xoe o vie.” (Sakit sekali ... aku sepertinya tidak sanggup lagi.)

Han semakin bingung tentang apa yang tengah terjadi saat ini. Jawaban di mana dirinya sekarang belum ia dapatkan. Bahkan, kini dihadapkan dengan bahasa seorang pria dan perempuan yang tidak dimengerti olehnya.

Mendadak Han merasakan tubuhnya ada sesuatu yang mendorong ke depan. Kekuatannya tak cukup untuk melawan dorongan tersebut. Tepat di hadapan muncul sebuah titik cahaya kecil yang terang, lalu berubah menjadi besar. Ia menyilangkan kedua tangan ke depan dan menerobos cahaya terang dengan kecepatan tinggi.

“Aarggghh ...,” teriak Han dengan memejamkan mata.

Alangkah terkejutnya Han saat membuka mata. Kini ia berada di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Saat kepalanya masih mencerna semuanya, tubuhnya serasa ada yang mengangkatnya.

“Sedang di mana aku ini? Kenapa aku diangkat?” tanya Han dalam hati.

Seketika pikiran Han langsung buyar, kedua matanya menangkap seseorang tepat di hadapannya. Tampak sosok pria berambut perak dan berkulit putih pucat yang sedang mengangkatnya. Walaupun berkulit pucat, pria tersebut cukup bugar. Tubuhnya berotot terbungkus baju putih dan celana panjang abu-abu.

Han termenung, memandangi mata merah milik pria di depannya. Ia mengabaikan tindakan konyol yang dilakukan oleh si pria untuk membuatnya tertawa. Perhatiannya hanya tertuju pada kedua tanduk kecil berwarna hitam di dahi pria tersebut.

“Tanduk? Apakah kamu malaikat yang akan menghukumku?” Han bertanya-tanya, tetapi tak dapat mengeluarkan suaranya.

Kemudian tubuh Han diarahkan ke dalam rangkulan seorang wanita berparas cantik rupawan yang fisiknya tidak jauh berbeda dari pria sebelumnya. Perbedaannya ialah wanita itu memiliki beberapa bagian tubuh milik manusia perempuan pada umumnya.

Han berusaha mencerna kata-kata mereka, tetapi nihil. Bahasa yang digunakan berbeda dengannya. Namun, walaupun tampang mereka menyeramkan, apapun yang mereka katakan, Han merasa kehangatan di dekat mereka.

“Jadi ... kalian bukan malaikat pencabut nyawa? Masa iblis? Tapi ... entah kenapa, aku merasakan ... kalian seperti ... orang tua.”

“Mawuli, aleke woayo mia vi?” tanya si pria. (Mawuli, akan dinamakan siapa anak kita?)

“Kafui, Le nubabla si wo esime miede mia noewo zi gbato nu la, matso nko ne be ... Han.” Si wanita menjawab dengan wajah merona. (Kafui, sesuai kesepakatan saat di awal hamil, aku ingin menamainya ,,, Han)

Sebuah senyuman terpampang di wajah mereka berdua, lalu saling memberikan kecupan satu sama lain.

“Han? Aku tidak salah dengar, kan?”

Han sedikit mulai memahami apa yang telah terjadi dengan dirinya. Dugaannya sekarang adalah ia telah terlahir kembali menjadi anak seorang pasutri yang memiliki kelainan fisik yang berbeda dengan manusia pada umumnya.

“Sepertinya aku diberi kesempatan kedua. Ya, tak masalah aku anak siapa, akan kujalani hidup dengan baik kehidupan baruku.”

***

Di suatu tempat yang minim pencahayaan, di dalam gua yang terdalam, tampak seorang pria dengan jubah lusuh tengah duduk bersandar dinding gua. Tubuhnya berkulit putih, bola matanya berwarna hitam. Tak memiliki tanduk di dahinya, layaknya manusia asli.

Angin kencang dari luar masuk ke dalam gua, menabrak berbatuan sehingga menimbulkan suara nyaring, seolah-olah sedang berbicara pada pria tersebut.

“Seperti itu. Baiklah,” ucap pria berjubah lusuh dengan lirih.

Seketika angin yang aneh tersebut pergi dari sana. Menghilang dengan kemisteriusannya.

Pria tersebut lalu bangkit, berjalan terhuyung-huyung menuju ke mulut gua. Seakan telah lama di dalam gua, kedua matanya berusaha beradaptasi dengan sinar matahari. Kini tubuhnya terlihat jelas terkena cahaya. Sebagian wajahnya dipenuhi oleh kumis dan janggut yang memanjang.

Ia menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya. Matanya mengelilingi pemandangan di hadapannya. Sebuah lembah yang asri terbentang luas dengan perpohonan berukuran sangat besar-besar.

Pria tersebut mengulurkan tangan lurus ke depan seraya mengucapkan kata, seperti merapal mantra,

“Demi mata langit yang mengawasi bumi, pinjamkanlah cahayamu untuk menerangi jalan yang gelap. Deteksi."

Setelah itu muncul lingkaran yang dipenuhi simbol-simbol, bercahaya biru muda menyebar lurus. Beberapa detik kemudian ia tersenyum, merasa yang dicari telah ditemukan.

“Akhirnya,” kata si pria menurunkan tangannya, “anak pembebas telah lahir.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 21 - Melakukan Kontrak

    Asmodeus berjalan pelan menuju Han dan Temuo terkapar di tanah. Tampak dua tubuh yang telah dihanguskan dengan sihir apinya. Ada rasa puas di raut wajahnya, tetapi itu bertahan lama.Mendadak dua jasad orang tewas di depannya lenyap menjadi debu. Asmodeus menunjukkan ekspresi terkejut. Matanya melebar dan giginya mengertakkan giginya.“Apa? Bayangan?” Wajah Asmodeus berubah menjadi merah.Lalu ia melakukan sihir pendeteksi untuk mencari hawa keberadaan Han. Dirinya memejamkan mata sebentar dan membuka mata, tetapi percobaannya gagal, seolah ada yang menghalangi penglihatannya. Kini dirinya yakin bahwa di bawah reruntuhan itu ada sihir penghalang,Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang berlari. Asmodeus menoleh, matanya menangkap sosok yang dicari. Dengan cepat ia mengejar Han. Sampai di belokan lorong Asmodeus kehilangan jejaknya.Ia berdiri terdiam sejenak. Pandangannya menyapu seisi ruangan, tetapi tak menemukan Han. Mendadak dari belakang muncul sosok Han membelakanginya dan b

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 20 - Melarikan Diri

    “Lari!”Dengan sigap Han langsung berlari menjauh dari pria yang mengincar nyawanya. Sesekali ia melihat ke belakang memastikan kembali sosok orang yang ia kenal sebagai ‘ayah Shiva’ itu hanya ilusi.“Apa yang terjadi dengan ayah Shiva?” tanya Han sembari berlari di lorong ruangan.“Dia telah dirasuki oleh Asmodeus.” Temuo mendesis berusaha menyamakan kecepatannya lari Han.Mendengar ucapan Temuo dengan nada kesal, Han menebak bahwa sosok yang mengejarnya adalah makhluk yang merepotkan bagi Temuo. Akan tetapi, pikirannya masih terganggu dan ingin memastikan bahwa makhluk yang mengejarnya itu bukan iblis yang diceritakan oleh Temuo.“Apa dia ... kuat?”“Tidak kuat saja, tetapi sangat mematikan.” Setetes keringat Temuo meluncur dari dahinya. “Dari ketiga belas iblis yang terkurung, dialah yang paling berbahaya.”Han menelan ludah saat mendengar perkataan tersebut. Dalam kondisi saat ini, dirinya dituntut berpikir cepat dalam mengambil keputusan.“Pasti ada cara mengalahkan dia,” ujar Ha

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 19 - Permintaan Kontrak

    Wajah Han kini terlihat sangat terkejut setelah sosok kegelapan menceritakan kisah yang ada di dinding. Kejadian tiga ratus silam benar-benar membuat tercengang hingga dirinya tidak banyak berbicara.Meskipun begitu, Han belum mempercayai sosok kegelapan dan masih mewaspadai gerak-geriknya.“Apa dia bisa dipercaya?” Han bertanya dalam hatinya yang gelisah. “Namun, ke depannya dia akan sangat membantu untuk menghadapi bahaya.”Melihat Han yang termenung cukup lama, sosok kegelapan mengucapkan kata untuk memecah keheningan. “Jika kamu masih ragu padaku, akan kutuntun ke lokasi pedang phantom berada.”“Kamu pasti sudah tau apa isi pikiranku, bukan? Apa alasan aku harus mempercayaimu?” Mata Han menatap sosok kegelapan yang melayang.Sosok kegelapan menghela napas. “Aku tidak akan menyuruhmu mempercayai diriku seratus persen. Akan tetapi, di luar sana ada beberapa iblis yang perlu dihentikan agar tidak membunuh para phantom.”Han memejamkan kedua mata. Mulutnya terkatup setelah mendengar p

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 18 - Permulaan

    Siluet hitam merah menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya belum pulih total. Bahkan, kemampuannya mengendalikan pikiran tidak berpengaruh kepada anak-anak. lantas ia menyuruh Shiva kembali ke rumah agar tidak membuat keributan.Kemudian siluet hitam merah membuat portal gerbang untuk menuju ke suatu tempat. Shiva yang melihatnya terkejut dengan hal yang terjadi di hadapannya. Gadis kecil tersebut mematung, tak menyangka ayahnya dapat melakukan hal itu.Sebelum siluet hitam merah berjalan ke portal, mendadak terdengar suara dari arah belakang Shiva.“Apa aku boleh menyerapnya?”Shiva terperanjat dengan kedua mata yang melebar. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tak berani membalikkan badannya ke arah sumber suara.Shiva membatin sambil mengepal kedua tangannya. “Menyerap? Apa maksudnya?”Siluet hitam merah menoleh sedikit ke belakang. “Oh, rupanya kamu.”Terlihat sosok siluet hitam jingga berdiri tepat di belakang Shiva yang tampak ketakutan.“Jika itu anak kecil, kamu boleh mem

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 17 - Cerita yang Terkubur bagian 3

    Setelah memasuki tubuh salah satu warga desa, siluet hitam merah secara tidak langsung melihat kenangan orang yang dirasukinya. Dalam ingatan itu ia melihat seorang wanita dan anak perempuan."Shiva," kata siluet hitam merah.Ia juga melihat ingatan lain tentang percakapan orang yang dirasukinya dengan anak perempuan yang bernama Shiva."Apa anak-anak jahat lagi kepadamu?""He'em," kata Shiva sambil mengangguk, "tapi ada anak laki-laki yang membantuku.""Benarkah?"Shiva mendekapkan kedua tangannya pada dada. "Iya, namanya Han. Dia orang baik. Bahkan, mau mengobati lukaku. Cuma aku sedikit takut." "Takut kenapa?""Dia ... kelihatan tidak seperti anak-anak lain yang takut ke gua terlarang."Sosok siluet kembali sadar. Ada rasa penasaran dalam dirinya untuk bertemu dengan anak yang bernama Han. Ia juga menduga anak itu adalah tujuan sosok kegelapan yang telah kabur.Ia menggerakkan tangan kirinya memutar ke depan. Secara bersamaan muncul sebuat portal yang berwarna hitam. Portal yang t

  • Reinkarnasi sang Pendekar Pedang Phantom   Bab 16 - Cerita yang Terkubur bagian 2

    Beberapa jam yang lalu ..."Pertunjukan akhirnya dimulai! Hari ini, desa Smohill akan muncul bunga-bunga merah bermekaran," kata sosok kegelapan sambil tertawa lepas."Silvanna, tunggu aku keluar dari sini!"Saat sosok kegelapan selesai berkata dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar beberapa suara yang berbicara satu persatu."Benar ... tunggu kami."Sosok kegelapan membuka kedua matanya. Matanya melebar melihat beberapa siluet berwarna gelap. Setiap sosok tersebut memiliki satu warna lagi yang berbeda dari yang lain."Bunuh!" teriak siluet hitam dengan sedikit warna merah menyala."Akan menyelamatkanmu ...." Muncul siluet hitam dengan biru dari sebelah siluet hitam merah."Hancurkan semuanya?" tanya siluet hitam ungu.Betapa terkejutnya sosok kegelapan melihat beberapa siluet hitam di hadapannya. Ia merasakan aura membunuh yang sangat kuat dari beberapa bayangan tersebut.Sosok kegelapan membatin. "Sial... aku lupa ada mereka. Apa mereka berhasil melepaskan diri dari rantai yang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status