Share

Bab 3 : Kemalangan para tokoh antagonis

Matias Theodor, pangeran keempat yang ditakdirkan mati sebagai kambing hitam gereja. Jika mengikuti alur novelnya ... tak lama setelah Lilian tiada, gereja menyarankan raja untuk mengasingkan pangeran selama setahun penuh di dalam katedral suci tanpa boleh mengakses dunia luar sedikitpun. 

Tujuan palsu yang diungkapkan tentang pengasingan pangeran, yaitu untuk menyingkirkan nasib buruk pangeran Matias yang mana selalu ditinggal tewas para tunangannya. 'Padahal faktanya, mereka berniat mengendalikan pangeran!'

Dalam novel diceritakan bahwa, Uskup Agung gereja mengalungkan artefak suci ke leher sang pangeran dengan dalih untuk menyucikan tubuhnya. Pangeran Matias yang tak tahu apa apa saat itu, menerimanya begitu saja tanpa menyadari efek buruk artefak tersebut. Artefak sihir yang digunakan untuk mengendalikan pangeran ke empat, berbentuk kalung hitam dengan bulatan bulatan batu safir merah di bagian tengahnya.

Jika dilihat sekilas nampak seperti perhiasan biasa, tapi nyatanya artefak itu memiliki efek khusus yang sangat merugikan pemakainya. Efek buruk artefak Red Safir Necklace, hanya dirasakan oleh pemakainya, sementara yang memakaikan artefak tersebut ke pihak lain malah mendapatkan keuntungan. Tak memerlukan mantra atau apapun, pemakai kalung akan mematuhi orang yang memakaikan kalung tersebut padanya. Tak peduli betapa anehnya perintah tersebut, bahkan jika diminta untuk mati sekalipun.

Jika sang pangeran berhasil menjadi boneka gereja, dia tak akan bisa jauh jauh dari sang Uskup. Meski pikirannya masih berada dalam kendalinya, namun fisiknya tidak demikian. Inilah yang mengakibatkan Matias dijuliki pangeran boneka oleh para pembaca termasuk diriku. Tak hanya dapat mengendalikan fisik pemakainya, Artefak suci Red safir necklace juga dapat lenyap dari pandangan semua orang dan tak dapat disentuh oleh pihak lain selain sang Uskup atau orang orang berkekuatan suci seperti Saintess.

 Jika mengikuti alurnya, tak lama setelah Lilian tiada ... Rafael yang mana merupakan mata mata gereja, menganjurkan kepada sang raja agar menikahkan pangeran ke empat dengan seorang yang ditunjuk sebagai Saintess. Sayangnya Saintess akan dibawa kabur oleh orang orang putra mahkota, karena takut tahtanya tergeser oleh pangeran ke empat yang nantinya mendapat dukungan dari Saintess.

Saat gereja mengetahui bahwa Saintess mereka telah dibawa pergi perampok, Uskup Agung memberi perintah untuk menggeledah semua kediaman termasuk istana. Sialnya putra mahkota malah meninggalkan bukti palsu ke pangeran ketiga yang terkenal suka mabuk mabukan dan menyewa tukang pukul untuk menyiksa siapapun yang berani mengganggu kesenangannya. Atau itulah yang terlihat di awal kemunculan hingga akhir hayatnya.

Faktanya saat novel menuju bagian akhir, sang penulis menjelaskan bahwa tak hanya pangeran ke empat yang dikendalikan oleh uskup agung dengan Artefak Red Safir Necklace. Akan tetapi, semua tokoh antagonis novel selain putra mahkota.

Dengan kata lain, semua tindakan para tokoh antagonis itu, bukan sepenuhnya keinginan mereka. Uskup Agung Gerejalah yang seharusnya menerima hukuman gantung! Karena aku telah berada di sini menggantikan Lilian Audrey, akan kukacaukan semua rencana gereja agar para tokoh Antagonis itu bisa selamat dari hukuman putra mahkota!

.....

Setelah memikirkan begitu banyak hal, aku meminta Lola untuk mengembalikan semua pakaian yang telah dia kemas untuk persiapan melarikan diri. Ketika Lola selesai mengembalikan pakaian kami ke tempat semula, aku meminta Lola untuk menyiapkan sebuah kereta. Tentunya Lola yang sejak tadi meminta untuk pergi dari rumah, segera pergi tanpa bertanya akan kemana. Jika dia tahu bahwa aku ingin menyiapkan gaun pertunangan, kira kira bagaimana ya responnya?

"Keretanya sudah siap nona!" Lola bergegas kembali setelah berlari tanpa henti. Wajahnya terlihat penuh keringat, sementara napasnya sedikit tersenggal senggal.

"Kerja bagus!" Aku menepuk pelan pundak Lola, lalu pergi menuju pintu keluar.

Sebelum sampai di puar mansion, aku di sambut oleh prajurit yang ditugaskan oleh Count untuk menjaga rumah. Tentunya tak hanya ada satu prajurit yang bekerja dirumah seorang Count, namun saat ini aku hanya menemui dua orang yang berjaga tepat di depan pintu.

Sembari memberi hormat, keduanya membungkuk pelan dan berkata, "Selamat sore, Milady."

"Jika boleh bertanya bisakah anda mengatakan akan pergi ke mana?" Keduanya bertanya secara bergantian. Dengan tatapan penuh penasaran karena seingat mereka, aku paling benci bepergian ke luar mansion.

"Aku ingin mencari desainer untuk pertunanganku, kalau bisa tolong kawal kami," Aku tersenyum tulus, sementara kedua prajurit yang awalnya kebingungan hanya perlahan mengerti saat mendengar kata pertunangan.

"Apa ini berkaitan dengan kehadiran Duke?"  Prajurit berbadan agak gempal bertanya dengan penasaran. Sementara prajurit berbadan ideal di sampingnya, hanya terdiam sembari menyikut kawannya.

'Kau pikir apa yang sedang kau tanyakan!' Mungkin itulah yang sedang prajurit itu pikirkan saat ini.

"Bukankah Nona sudah menolak pertunangannya?" Lola memotong pembicaraan karena bingung akan keputusanku. Sementara aku, hanya menjawab dengan santainya.

"Kata siapa?"

"Aku hanya meminta untuk menundanya kok!" Lola terdiam sejenak karena bingung akan keputusanku.

"Kau tahu kalau aku tak mungkin memilih jalan yang membahayakan keluarga Audrey bukan?"  Lola mengangguk menanggapi pertanyaanku.

"Maka ikuti dan turuti saja keputusanku. Oh iya, bisakah Anda memandu kami, Sir Gilbert?" Aku tersenyum dengan ramah, berusaha untuk mendapatkan persetujuan prajurit Count yang diberi perintah untuk menjaga mansion.

"Karena Anda tak memiliki prajurit pribadi, maka sudah sewajarnya bagi saya mengawal Anda."  Sir Gilbert memberi salam dengan hormat. Lalu memberiku bantuan untuk naik ke atas kereta kuda.

....

Mengingat jarak antara istana dan County berjarak tiga hari, aku memiliki waktu yang cukup untuk menyiapkan pakaianku. Tak perlu pakaian mewah, cukup pakaian yang sudah jadi dan nyaman untuk dipakai.

"Perlu berminggu minggu untuk menyiapkan sebuah gaun mewah, apa Nona benar benar ingin mencarinya sekarang?"  Lola menatapku yang duduk di sebrangnya.

"Kata siapa kalau kita perlu gaun mewah dan mahal?"

"Cukup pilih saja gaun yang sederhana, jika pangeran merasa terhina akan persiapanku maka dia harus memikirkan keputusan gila ayahnya itu!"

Aku mengumpat kesal sembari menyinggung rencana gila Raja yang memintaku bertunangan hanya dalam jangka waktu satu hari. Bukan salahku jika memakai pakaian seadanya kan?

"No ... Nona!"

"Kenapa kau jadi suka mengumpat seperti ini?"

"Bagaimana jika ada keluarga kerajaan yang dengar!"  Lola nampak panik hingga menutup paksa mulutku yang terus menjelek jelekkan kebijakan Raja. Sementara diriku, terus mencoba melampiaskan kekesalanku.

....

Setelah aku terlihat tenang, Lola segera melepas telapak tangannya.

"Geezz, kau ini terlalu kaku Lola!"

"Kan gak ada orang lain di dekat kita!" Aku mengumpat kesal terhadap Lola yang kerap kali membatasi caraku berbicara. Wajahnya yang panik nampak jelas bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Jika tebakanku benar, maka Lola saat ini sedang ingin berkata, 'Apa yang terjadi dengan Nonaku yang tenang dan pemalu!'

Lola terus menatapku sembari sesekali menghela napasnya. "Huft, kenapa kita tidak kabur saja sih?"

"Pangeran keempat kan terkenal kejam terhadap orang orang di sekitarnya, dia juga memiliki kutukan yang akan menewaskan setiap wanita yang terikat dengannya."  Lola terus mengeluh sembari sesekali melihat ke arahku.

Ucapan Lola mungkin cukup menghawatirkan, namun semua itu tidak lebih dari hanya sekedar rumor yang disebarkan oleh pangeran ketiga. Sedangkan dalang utama dibalik tindakan pangeran ke tiga ialah Uskup Agung yang diam diam mengendalikan tindakannya dengan memanfaatkan relik Red Safir Necklace.

'Tindakan gereja demi mendapat kendali atas pangeran ke empat benar benar membuatku jengkel!' Semua mereka lakukan hanya karena takut akan wahyu tuhan yang berkata bahwa ratu akan melahirkan seorang pangeran yang bisa merubah kerajaan.

Mereka berpikir jika pangeran ke empat berada di tangan kerajaan, maka gereja mungkin akan kehilangan pengaruhnya. Kemudian rencana gereja untuk melakukan perang suci, tak akan pernah terlaksana.

'Dasar Uskup Sialan, kenapa tak adayang berani menentang keputusan buruknya sih!'

'Jangan bilang kalau seluruh pendeta dan petinggi gereja juga dikalungkan artefak sialan itu!' pikirku sembari mengepal erat kedua tangan. Meski tidak dijelaskan secara rinci, di dalam novel diceritakan bahwa ada orang yang mengetahui letak Artefak penangkal Red Safir Necklace di sekitar wilayah County.

Orang itu merupakan seorang perancang busana yang dipilih Saintess saat menjelang pertunangannya dengan putra mahkota. Dia memberi artefak itu secara gratis hanya karena Saintess menolongnya dari bisnis pakaian yang hampir bangkrut. Karena itulah aku bersi bersi keras untuk pergi keluar mansion. 

Aku akan memanfaatkan informasi ini untuk merebut artefak Saintess yang berhasil membuat Uskup Agung menyerah untuk mengendalikan putra mahkota. 'Lihat saja, akan kukacaukan alur novel ini. Mwehehehehh!' Aku menyeringai jahat tanpa memedulikan keberadaan Lola.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status