Home / Romansa / Rentenir Of Love / Siapa Wanita Itu

Share

Siapa Wanita Itu

last update Last Updated: 2021-05-05 09:20:27

Denis membawa Zalila ke sebuah butik, Ia telah meminta pelayan butik tersebut untuk memilihkan baju yang paling cantik untuk Zalila. Alhasil, gaun pilihan pelayan butik itu kini telah dikenakan Zalila atas permintaan Denis.

"Bagaimana, kau suka?" tanya Denis pada Zalila.

"Tapi, saya tidak pernah memakai gaun seperti ini," sahut Zalila sembari melebarkan gaun berwarna dusty, menyentuh lantai dengan pita melingkari pinggangnya dan membentuk simpul di sebelah kanan batas pinggang.

"Itulah alasannya mengapa aku membawa mu kesini. Aku ingin melihat mu memakai baju yang lain selain seragam resto," ungkap Denis.

'Kau semakin manis, Lila!' batin Denis.

"Tapi, Mas Denis. Saya harus kembali ke Resto, saya harus kembali bekerja." Zalila beranjak berniat ingin segera mengganti gaun itu dengan seragam kerjanya kembali.

Denis meraih tangan Zalila dengan cepat, mencegahnya agar tak terburu-buru mengganti baju. "Sudahlah, kalau pemilik restonya saja tak melarang mu untuk tetap disini, untuk apa kau khawatir seperti itu?"

"Tapi, Saya merasa tidak enak dengan teman-teman yang lain. Apa yang mereka pikirkan nanti, jika kita pergi terlalu lama," bersikeras Zalila.

Denis berpikir benar juga apa yang dikatakan Zalila. Selain nanti akan ada kecemburuan sosial, Ia juga tidak mau yang lain dapat menebak jika Ia menyukai Zalila.

"Ya sudah, kita kembali ke Resto," putus Denis akhirnya. Zalila tersenyum senang.

Gaun yang tadi dipakai Zalila telah berganti dengan seragam resto kembali, dan gaun itu tetap dibelikan Denis untuk Zalila.

Sampai di Resto, Zalila langsung turun dari mobil Denis yang berhenti agak jauh dari depan Resto.

"Lila!" panggil Denis dari dalam mobil.

"Pulang nanti, aku akan mengantarmu," katanya, setelah Zalila menoleh. Tanpa ingin mengetahui lagi apa sahutan dari Zalila, Ia melajukan kembali mobilnya untuk masuk area parkir di samping Resto.

Zalila pun kembali melangkah untuk segera masuk ke Resto.

"Dari mana, La?" tanya Lucy, karyawan lain yang juga sahabat Zalila.

Zalila tak segera menyahut, Ia memakai celemek dan mengikatnya ke pinggang seperti yang lain.

"Pergi sama pak Denis, ya?" tanya lanjut Lucy.

Zalila terdiam dengan pertanyaan Lucy yang secara tidak langsung memberi tahu, bahwa Lucy itu tahu jika tadi Ia pergi dengan Denis.

"Ya, aku memang pergi dengan mas, ouh pak Denis," sahut Zalila dengan sedikit takut jika Lucy merasa cemburu sebagai karyawannya juga, merasa pilih kasih terhadap dirinya.

"Kenapa hanya sebentar?" tanya Lucy lagi, yang ternyata mendukung bukan cemburu sosial.

"Maksud, kamu?" Zalila merasa heran dengan maksud ucapan sahabatnya itu.

"Aku yakin, Pak Denis itu suka sama kamu, La," tebak Lucy.

"Hey, kalian ngobrol saja. Lihat para pelanggan mulai berdatangan," bentak seorang karyawan senior yang tak suka jika ada yang mengobrol di jam kerja.

Zalila dan Lucy segera menghentikan obrolan Mereka, dan bergegas untuk kembali bekerja melayani pengunjung yang tak sebanyak jika malam hari.

****

Sementara Betara dan Indrita tengah berdebat dengan staf yayasan itu.

"Saya mendapat telpon dari keluarga Anda, mengatakan bahwa Anda telah membatalkan menggunakan jasa suster kami," jelas sang staf yayasan.

"Tapi Saya, suami saya atau siapapun dari keluarga saya sama sekali tidak membatalkannya, justru saya sangat membutuhkannya untuk merawat anak saya," protes Indrita.

"Lalu siapa yang menelpon kami untuk membatalkannya?" tanya staf itu.

"Seharusnya anda lebih teliti lagi, saya akan tuntut yayasan ini. Benar begitu, kan, Pi?" ancam Indrita, meminta dukungan dari Betara.

"Ya, benar itu," sahut Betara pendek.

"Jangan seperti itu, Tuan dan Nyonya Betara. Pihak kami hanya menuruti klien, Justru yayasan sangat menyayangkan atas laporan pembatalan waktu itu." sanggah staf itu.

"Kami kehilangan kesempatan untuk menyalurkan tenaga kerja kami," lanjutnya terus membela tempat bernaungnya.

"Lalu siapa wanita itu, Pi?" tanya Indrita berdiskusi pada Betara.

Betara pun kebingungan dengan permasalahan ini, kenapa semuanya bertolak belakang. Siapa sebenarnya wanita yang mengaku sebagai suster yang dikirim oleh yayasan ini. Mengapa Ia bisa menyamar sebagai suster dan apa tujuan yang sebenarnya dari wanita itu.

Ketika Betara, Indrita dan staf yayasan itu sedang berpikir mencari jawabannya. Tiba-tiba, ponsel Indrita berdering. Segera diambilnya dari tas mahalnya.

"Si Bibi, ada apalagi?" gumamnya setelah melihat sang asisten rumah tangganya yang menelpon.

Obrolan di ponsel itupun berlangsung, usai Indrita menyahutinya.

"Gala marah-marah?" kagetnya mendengar laporan asisten rumah tangganya itu dari rumah.

"Ya sudah, saya segera pulang," sahutnya lagi.

Indrita memutuskan sambungan teleponnya, obrolan ditelpon itu pun berakhir.

"Ayo, Pi," ajak Indrita terburu-buru tanpa berpamitan lagi kepada staf yayasan. Begitu pula dengan Betara, Ia segera membuntut Istrinya.

Tinggallah staf yayasan itu yang menggeleng, melihat kepergian pasangan suami-istri itu.

Sampai di rumah, Indrita langsung tergesa-gesa masuk ke dalam rumahnya mendahului Betara yang mematikan mesin mobilnya. Ia ingin segera menemui Gala yang dilaporkan marah-marah oleh asisten rumah tangganya.

"Bik! Bik!" panggilnya pada asisten rumah tangganya.

Sang Bibik langsung menghampiri majikannya itu.

"Nyonya, itu tuan muda ngamuk," lapornya.

Merespon laporan asistennya, hanya dengan melihatnya saat berbicara. Indrita langsung melangkah menuju kamar Gala.

"Ya ampun, Gala,"

"Kamu kenapa, Nak?" 

Indrita langsung mendekap Gala, yang acak-acakan.

"Bik...!"

"Bibik--!"

Sambil mendekap Gala yang diam saja, Indrita berteriak sekencang-kencangnya memanggil pembantunya.

"Iya, Nyonya!" sahut sang asisten muncul di depan pintu.

"Kenapa ini tidak kau bereskan. bagaimana jika mengenai Gala?" omelnya.

"I-iya, Nyonya. Tadi, Tuan muda mengusir saya," katanya membela diri.

"Ya sudah, bereskan sekarang!" titahnya dengan nada tinggi.

Asisten rumah tangga itu membereskan, memunguti pecahan gelas tadi.

"Gala, kamu kenapa sampai seperti ini?"Indrita mengusap merapikan rambut Gala yang acak-acakan, usai melepas dekapannya.

"Aku tidak mau ada lagi suster di rumah ini," ucap Gala dengan masih kusutnya, tatapannya tak menatap Indrita. Ia menatap ke arah kamar mandi.

"Tapi, siapa yang akan merawat mu nanti, Nak? Kau belum bisa melakukan apa-apa sendiri," tolak Indrita.

"Aku bilang tidak! tidak!" teriak Gala.

Sang asisten kembali terkejut dengan teriakan Gala. Segera Ia mempercepat kerjanya.

"Iya! Iya sayang, tidak akan ada suster lagi disini," mengalah Indrita, menenangkan Gala.

"Istirahat lah, Sayang. Kau lelah sekali," bujuk Indrita. Gala menurut, Ia merebahkan tubuhnya.

Selesai mengerjakan kerjanya, asisten itu cepat keluar dari kamar Gala. Namun di depan pintu, Ia menubruk pelan Betara.

"Maaf, Tuan Besar," katanya kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Jalan tak pakai mata," gerutu Betara.

Baru saja sampai pada Indrita yang menenangkan Gala. Setelah Gala terlihat tenang, Indrita menarik tangan suaminya untuk keluar.

"Pi, ayo, keluar." Indrita berucap dengan berbisik, takut menggangu Gala yang terpejam entah benar-benar tertidur atau tidak.

Indrita menutup pelan sekali pintu kamar Gala, setelah Ia dan Betara keluar.

"Ini bagaimana, Pi. Gala tidak ingin lagi ada suster yang merawatnya?" tanya Indrita panik. Betara pun memasang ekspresi kebingungan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rentenir Of Love   Siapa Yang Berbohong

    Dengan mendorong kursi rodanya sendiri, Gala lebih mendekat pada Zalila, Denis dan si bibi yang tengah membicarakannya."Nah, tu dia. Si tuan muda!" Pekik Denis.Zalila menatap nanar pada Gala, entah rasa apa yang dirasakannya. Ia pun tidak mengerti."Zalila!" Panggil Gala."Hey, tuan muda. Berdirilah, tunjukkan pada Zalila kalau kau sudah bisa berjalan," ucap Denis tajam.Gala tidak menyahut, Ia tetap duduk tenang pada kursi rodanya."Apa aku harus memaksamu?" Denis semakin mendekati Gala kemudian Ia memegang kerah baju Gala dengan kasar."Mas Denis!" Teriak Zalila terkejut.Si Bibi pun terkejut dengan apa yang dilakukan

  • Rentenir Of Love   Apa Benar?

    "Baiklah, aku akan datang," ucap Zalila menutup perbincangannya melalui telepon.Di Lain tempat, Indrita turun dari lantai atas rumahnya tepatnya keluar dari kamarnya. Berniat untuk mengambil makanan di lemari es untuk menemaninya membaca novel, karena merasa belum mengantuk. Bak nyonya besar piyama yang ia kenakan pun terlihat mewah.Belum sampai pada lemari es langkahnya terhenti, Ia terkejut melihat Gala. Kemudian Ia segera sembunyi di balik tembok.'Gala!' gumamnya dengan wajah dan mata yang begitu terkejut. Dari balik tembok ia terus memperhatikan Gala sampai putranya itu masuk ke dalam kamarnya.Begitu Gala menutup pintu kamarnya, Indrita segera berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa.Terengah-engah masuk ke kamarnya, melihat pada Betara yang sudah terti

  • Rentenir Of Love   Gala Tak Mau Berlatih lagi

    "Pulang denganku, kau mau kan, Zalila?" Tanya Arkan yang sebenarnya hanya untuk memancing kecemburuan Lucy."Oh, tentu aku mau. Kau tidak membawaku di depan, bukan? Lalu Lucy dibelakang," bercandanya Zalila.Arkan pernah meledek Zalila dengan tubuhnya yang imut, Arkan berkata akan membonceng Zalila tetapi posisinya Zalila di depan kemudi layaknya membawa anak kecil.Arkan dan Zalila tertawa bersamaan membuat Lucy semakin cemberut."Sudahlah, Arkan. Kau jangan membuat Lucy marah," ucap Zalila usai tawanya terhenti."Aku duluan, ya!" Pamit Zalila akhirnya."Hati-hati di jalan, okey!" Teriak Arkan."Oke, akur-akur lah kalian berdua," balas Zalila kemudian berlalu.****Zalila kembali menemui Gala yang tengah bersama kedua orang tuanya.Tak berkata-kata, Indrita dan Betara meninggalkan Gala bersamaan mendekatnya Zalila.Zalila tak mengerti dan tak mengetahui apa yang dibahas keluarga kecil itu, yang pasti tak a

  • Rentenir Of Love   Kecemburuan Lucy

    "Bisakah kau pulangkan Zalila? ibunya sakit," ucap Denis menjawab pertanyaan Gala."Apa? Ibu sakit?" sosor Zalila mengambil handphone Gala dari tangan Gala.Gala yang sempat terkejut dengan aksi Zalila kini melihat Zalila sambil mengerutkan keningnya."Mas Denis! mas Denis! bagaimana keadaan ibu sekarang?" cecar Zalila panik."Ya, kau pulang dulu saja," sahut Denis."Iya, iya, Mas Denis. Aku pulang," sahut balas Zalila.Percakapan dalam sambungan telepon pun berakhir. Zalila baru tersadar jika kini Ia telah memegang handphone Gala."Maaf, tuan muda. Ini...handphonenya," perlahan dan malu-malu Zalila mengembalikan ponsel Gala."Tadinya kau bilang aku saja yang terima, akhirnya kau rebut juga handphoneku," ledek Gala."Maaf, tuan muda," wajah Zalila memerah."Tuan muda, saya harus segera pulang. Ibu saya, ibu saya," panik Zalila seketika teringat ibunya."Ya, pulang lah!" sahut Gala."Terimakasih, tuan

  • Rentenir Of Love   Zalila dan Gala Semakin Dekat

    "Mas Denis memang atasan saya, tapi kami sudah pernah bertemu sebelumnya. Jadi sedikit akrab," jelas Zalila sambil menatap Gala."Oh!" timpal Gala pendek.Pagi harinya, Zalila memang tak pulang lagi semalam."Terimakasih, Mas Denis!" ucap Zalila mengakhiri dari menelpon Denis, untuk meminta lagi pertolongannya memberi kabar kepada Ibunya."Ini tuan muda, handphonenya." Zalila mengembalikan ponsel milik Gala yang Ia pinjam untuk menelpon Denis."Kau boleh pulang, Zalila! lupakan kesempatanmu dengan Mami," ucap Gala setelah menerima handphonenya."Maafkan aku!"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku pikir, kau adalah seorang suster yang bekerja untuk merawat ku, ternyata ini adalah tuntutan dari keluarga ku." Gala membelakangi Zalila, merasa tak enak dengan Zalila."Jadi, selama ini tuan muda tidak tahu siapa saya?" Zalila terhenyak. Dia mengira Gala telah tahu tentangnya dan perjanjiannya."Jadi...!" henyak Zalil

  • Rentenir Of Love   Gala Tahu Yang Sebenarnya

    'Cepat datang kesini sekarang juga!' ucap Indrita dalam sambungan telepon.'Tapi, Nyonya, ini sudah malam sekali' sahut Zalila.'Saya tidak peduli' tandas Indrita.Tut...Sambungan telpon pun terputus.Zalila kebingungan dengan apa ia akan kesana, kendaraan umum tidak mungkin ada jam segini. Namun ada hal lain yang membuatnya lebih bertanya-tanya lagi, apa yang membuat Nyonya besar itu menyuruhnya datang semalam ini.'Apa ada hubungannya dengan tuan Gala? tapi apa yang terjadi dengan tuan Gala?' gumam Zalila.'Oh, Tuhan. aku sangat mengkhawatirkannya' gumamnya semakin khawatir.Tiba-tiba, Zalila teringat satu nama.'Mas Denis!'Zalila teringat akan ucapan Denis.'Kalau ada apa-apa, kau boleh meminta bantuan ku''Tapi, apa aku tidak mengganggunya malam-malam begini meminta bantuannya?' pikir Zalila.Zalila mondar-mandir kebingungan. Apakah Ia akan meminta bantuan Denis yang adalah bosnya.

  • Rentenir Of Love   Semangat Untuk Gala

    Gala menatap Zalila tajam, membuat Zalila mundur beberapa langkah."Kenapa tidak kau lakukan saja apa yang ingin lakukan tadi, sekarang?" ucap Gala."Meskipun aku tidak dalam keadaan tidur pun, aku tidak bisa melawan, bukan?" Gala melemahkan ucapannya merasa dirinya lemah."Ti-tidak, tuan muda. Tuan muda, hebat kok," timpal Zalila tergagap."Bilang saja aku ini laki-laki lumpuh tidak berguna." Gala memalingkan wajahnya menyembunyikan sendunya."Tuan Gala, diluar sana pasti sudah menunggu orang-orang yang dulu mengenal tuan yang gagah. Aku yakin mereka merasa kehilangan tuan Gala saat ini," hibur Zalila."Karena itu demi orang-orang yang mencintai tuan. Anda harus bisa bangkit lagi, tuan harus bisa berjalan lagi kemudian hadir di hadapan mereka." Zalila terus memberi semangat kepada Gala.Ujaran semangat Zalila ternyata mengena di hati Gala."Kau yakin seperti itu?" tanya Gala."Yakin Tuan! Ayo, kita belajar berjalan lagi

  • Rentenir Of Love   Mulai Belajar Berjalan

    "Kau bilang tidak akan melanjutkan perjanjian dengan gadis itu. Tapi kau biarkan dia bersama Gala," Ucap Betara seraya menuruni anak tangga."Ya biarkanlah, Pi. Lagi pula aku sudah mengancam dia agar tidak main-main," jawab Indrita sambil melangkah menuju sofa, kemudian Ia duduk di sana."Aku tidak yakin si Bibik bisa menjalani dua pekerjaan sekaligus, bisa tidak masak dia," lanjutnya."Dia itu lamban sekali dalam bekerja," katanya lagi."Ya sudah, jika begitu maunya mami," balas Betara."Oh ya, Pi. Jam sembilan nanti jadikan, kita survei lokasi lagi," tanya Indrita."Ya, dari semalam aku menghubungi si Jhon. Tapi tidak diangkat juga, dia juga belum telpon balik." Betara kebingungan tentang orang yang pernah mengadakan kerjasama dengannya, bahkan Ia yang telah menginvestasikan lebih banyak."Masih sibuk mungkin, si Johan," tebak Indrita.Matahari semakin bersinar seiring berjalannya waktu. Zalila mengajak Gala menghirup udara d

  • Rentenir Of Love   Gala Cemburu

    "Dasar wanita, kalian semua sama saja. Murahan," marah Gala sendirian, menggebrak kursi rodanya.Ya, Gala lah yang tadi melihat Zalila yang seperti memeluk Denis disaat hampir terjatuhnya tadi. Ia bersama Betara mengikuti Zalila sampai Rumahnya. Tentu itu atas kemauan Gala yang sebenarnya berniat ingin lebih jauh mengenal Zalila.Gala begitu marah melihat kejadian tadi. Ia mengira Zalila benar-benar memeluk Denis. Entah Ia cemburu atau tidak suka dengan wanita yang menurutnya begitu mudah jatuh ke pelukan seorang pria.Dada Gala begitu terbakar rasa marah kepada Zalila, Ia tadinya Ia berfikir jika Zalila berbeda dengan gadis atau wanita lain yang selama ini Ia temui. Namun akhirnya pandangan predikat wanita baik terhadap Zalila, kini terpatahkan dengan peristiwa tadi.Sementara Betara pun mengadukan apa yang dialaminya bersama Gala tadi kepada Indrita."Gala terlihat cemburu, saat gadis miskin itu bersama laki-laki lain?" ulang Indrita bertanya usa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status