Share

Part 4

Kusuma pulang ke rumah dengan keadaan seperti orang linglung. Deira sampai heran. Suaminya menjadi pendiam. Tidak seperti biasanya, aneh. Deira sesekali melihat wajah suaminya memastikan tidak ada yang terluka. Tapi semuanya baik-baik saja, masih tampan. Dari pulang, makan malam dan sekarang sedang menonton TV. Kusuma tidak banyak bicara.

 

"Hadeuuhh, kenapa sekarang banyak Pelakor ya! Apa itu cewek nggak punya hati! Seenaknya ngerebut suami orang." Deira marah-marah seraya menatap ponselnya.

 

Kusuma sampai menoleh. "Kenapa?" tanyanya

 

"Nih, liat deh." Deira menyodorkan ponselnya. Kusuma mengambilnya dan menonton video seorang wanita yang sedang duduk di sofa yang dilempari uang. "Itu cewek pelakornya. Nggak tau diri banget. Mereka sahabatan taunya malah nusuk dari belakang!" Kusuma menelan ludahnya. Dalam hati mengiyakan sekarang banyak pelakor, perebut suami orang. "Awas aja kalau kamu begitu. Abis kamu sama aku! Terutama... " Ia melirik tajam ke arah celana Kusuma.

 

"Ya nggak lah sayang!" seru Kusuma ketakutan. "Aku nggak mungkin kayak gitu." kalau Damar iya, lanjutnya dalam hati.

 

Deira berdecak, "tapi sekarang aku malah curiga sama Mas Damar." Kusuma menyerahkan ponselnya. "Apa benar kamu nggak tau sesuatu tentang dia?"

 

"Aku... Aku.. Nggak tau.." ucap Kusuma terbata-bata. Deira memicingkan matanya.  "Bener nggak tau?" ulangnya.

 

"Iy.. Iya.." Kusuma bukanlah tipikal orang yang suka berbohong. Jika terlalu ditekan pasti ia merasa gelisah sendiri. 

 

"Fix kamu tau sesuatu!" ucap Deira mengetahui tingkah suaminya yang janggal. "Cerita sama aku!" todongnya. 

 

"Nggak ada apa-apa, De. Damar baik-baik aja." Kusuma mencoba tenang. Ia harus bisa menyimpan rahasia ini. Meskipun dirinya tahu bahwa tidak lama pasti akan ketahuan juga. 

 

"Awas kalau kamu bohong!" ancamnya.

 

"Iya, sayang.." jawab Kusuma panjang.

 

"Udah malem kita bobo yuk. Anak-anak juga udah tidur," Kusuma mengedipkan matanya menggoda Deira. Pipi istrinya merona. Ia tahu maksud suaminya. Kusuma segera mengangkat tubuh Deira ke kamar. Mereka memang pasangan mesum. 

 

***

 

Damar memberikan sebuah kartu undangan pada Daninda. Yang ditanggapi dingin oleh istrinya. Daninda menatapnya. "Apa ini?" tanya Daninda seraya mengambilnya. 

 

"Ini undangan dari Bos. Anaknya nikah, besok malam kita ke sana." Daninda membacanya. Acaranya di adakan di Hotel dengan konsep Garden Party. 

 

"Kenapa ngasih taunya mendadak sih. Aku kan belum nyiapin bajunya."

 

"Kamu tau kan aku sibuk. Mana aku ingat," ucap Damar santai. Daninda kesal. Hari ini Damar tidak kerja. Dan Fahrania sedang main dengan temannya yang tinggal disebelah rumah.

 

"Kita jalan-jalan yuk, Mas. Ajak Rania main." Daninda mencoba merayu suaminya. Damar yang duduk di sofa tidak menanggapinya. "Mas!" panggilnya. 

 

"Aku cape, Ninda. Mau istirahat di rumah aja. Kita jalan-jalannya besok aja ya." Daninda masih mencoba bersabar. Ia tersenyum kecut, besok-besok kamu pasti alasannya kerja, seru batinnya. Banyak tingkah Damar yang mencurigakan.

 

"Rania pengen banget ke Taman Safari, Mas." Daninda masih membujuknya.

  

"Ninda, kamu nggak ngertiin kalau suami kamu lagi cape sih!" ucap Damar marah. Ia bangkit lalu meninggalkan Daninda ke kamar.

 

"Mas!"  

 

"Aku mau tidur!" sentak Damar.  

Dada Daninda terasa sesak. Dimana letak kebahagiaan keluarga mereka? Jika seperti ini terus. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Daninda bertahan demi Fahrania. Itulah yang menguatkannya. Ponselnya berdering. Ia segera mengambil benda persegi panjang itu di atas meja. Daninda tersenyum tipis siapa yang meneleponnya.

 

"Halo, assalamu’alaikum.."  

 

"Wa'alaikumsalam.. Dan."  

 

"Ya?" jawab Daninda.  

 

"Kamu dapet undangan dari anaknya Bos suami kita nggak?"  tanya Deira di telepon

 

"Oh, iya aku baru dikasih tau sama Damar tadi," jawab Daninda. 

 

"Sama dong, Kusuma lupa katanya jadi baru ngasih tau tadi. Kamu punya gaun?"  

 

"Eum, nggak punya De. Aku juga bingung ini."  

 

"Kita cari ke butik aja yuk," ajak Deira. 

 

"Boleh deh, kapan?"  

 

"Siang ini, kebetulan ada Kusuma jadi aku bisa nitip anak-anak sama dia. Damar juga libur kan? Rania jadi ada yang jaga."  

 

"Aku bawa Rania aja, De." Damar tidak mungkin mau menjaga Fahrania di rumah. Ia tahu akan itu. 

 

Keheningan membentang.. 

 

Deira merasa ada yang aneh dari nada bicara Daninda yang datar. "Oh, ya udah kamu ajak Rania. Kamu jemput aku di rumah ya."

 

"Iya, siap komandan!" canda Daninda. Mereka tertawa.  

 

Daninda mengambil Fahrania dari rumah temannya. Ia tidak meminta izin lagi pada Damar. Suaminya sudah tidur. Tidak mau mengganggu. Daninda tidak tahu setelah dirinya pergi Damar bangun lalu menyalakan ponsel barunya menghubungi seseorang. Daninda ke rumah Deira. Di sana ia bertemu Kusuma. Pandangan Kusuma selalu tertuju pada Fahrania. Tatapan kasihan. Pria itu menggendong putrinya Damar dan bercanda. Dan itu tidak luput dari penglihatan Daninda. Andai saja Damar seperti Kusuma. Hatinya mencelus sedih. Deira berpamitan pada suaminya ke butik.  

 

Mereka ke salah satu butik langganan. Daninda dan Deira memilih gaun malam untuk acara besok. Mereka tidak mau kalah untuk tampil cantik di pernikahan putri Bos suami mereka. Dan Fahrania pun dibelikan sebuah gaun yang mungil dan cantik.  

 

***

 

Di sebuah hotel ternama di Jakarta acara resepsi itu dilaksanakan. Putra selaku Direktur dimana Damar dan Kusuma bekerja. Menikahkan putrinya dengan pengusaha. Tentu saja para tamu adalah orang-orang penting. Daninda mengenakan gaun panjang berwarna mustard dengan belahan sebatas paha. Rambut yang di gelung mempertontonkan lehernya yang putih bersih. Dan make up yang simpel

dengan warna-warna natural. Fahrania cantik dengan gaun warna putih sedangkan Damar hanya mengenakan kemeja putih dan jas warna hitam.

 

"Acaranya ramai ya, Mas." Daninda baru saja datang.  

 

"Eum," jawab Damar. Ia sedang menggendong Fahrania.

 

"Ninda!!" panggil Deira heboh dari kejauhan. Tidak kalah hebohnya dengan sambutan Daninda. Padahal mereka baru bertemu kemarin. "Aish, kamu cantik banget."  

 

"Kamu juga," ucap Daninda. Ia menyapa Kusuma dan juga si kembar.

 

Damar tiba-tiba menurunkan Fahrania. Ia malah menggendong Bani, putra Kusuma. "Wah, ini jagoan tambah gede aja. Udah lama nggak ketemu sama Om ya." Damar begitu excited bertemu Bani. Daninda terdiam, segera melihat Fahrania yang memandangi ayahnya sayu. Sontak dada Daninda begitu sesak.

 

"Kita masuk ke dalam yuk, foto-foto sama pengantinnya," usul Kusuma. Mereka setuju.

 

Daninda menggandeng tangan mungil putrinya. Dan Damar masih menggendong Bani.  

Di acara itu Daninda lebih banyak diam hanya menanggapi sesekali obrolan. Pikirannya sedang tidak bisa konsentrasi. Sampai ia tidak menyadari jika  Fahrania lepas dari pandangannya. Ia berjalan mengelilingi sampai melihat meja yang banyak makanannya. Dan di sana ada kue kesukaannya. Ia menjinjit kakinya ingin mengambil kue di meja. Tangannya terulur namun tidak sampai. Tanpa ada yang sadar jika ada seseorang yang memperhatikannya. Beberapa kali Fahrania mencoba tetap saja tidak berhasil. 

 

"Tunggu sebentar," ucap pria itu meninggalkan rekannya. Ia segera menghampiri gadis kecil yang sedang kesusahan mengambil kue. "Hai," Fahrania menoleh. "Kamu mau kue?" Gadis mungil itu mengangguk. "Eum, yang mana?" Fahrania dengan antusias menunjuk kue pie buah yang di inginkannya. "Yang ini?" Kepala gadis mungil itu mengangguk. "Ini,"  

Pria berjongkok lalu menaruh kue tersebut di atas tangan mungil Fahrania. Namun gadis mungil itu tidak langsung memakannya. Ia malah membuang buah yang menjadi hiasan kue pie itu. Ditaruhnya di atas meja.

 

Pria itu mengerutkan keningnya. Setelah tidak ada buahnya baru Fahrania memakannya. Ia sangat menyukai kulit pie nya saja. Pria itu tersenyum tipis. Setelah habis Fahrania memintanya untuk mengambilkan kembali. Sampai habis 4 kue pie. "Lagi?" tanya pria itu. Fahrania menggeleng. Ia menyeka tangan yang kotor pada gaunnya. "Jangan seperti itu," pria itu mengambil sapu tangan dari saku celananya. Dibersihkannya tangan Fahrania. Gadis mungil itu memperhatikan pria itu bagaimana mengelap tangannya. Ia memandangi wajah pria bertubuh tinggi dengan pakaian yang rapi itu. "Nah, sudah selesai." Mata pria itu mengedarkan ke sekeliling. "Dimana orang tuamu?" Fahrania diam. "Eum, kita cari kalau begitu, oke?" 

 

Di gandengnya tangan Fahrania untuk mencari orang tuanya. Langkah Fahrania berhenti. Merasakan ada yang aneh. Pria itu menunduk untuk melihat gadis mungil yang digandengnya. Mata Fahrania tertuju pada dua orang yang sedang bicara. Tempat itu sepi dari para tamu. "Apa mereka orang tuamu?" tanyanya. Fahrania malah bersembunyi di belakang kakinya. "Hey, kenapa?" Pria itu berbalik lalu mengangkatnya. "Sepertinya mereka memang orang tuamu, iya kan?"  

 

"Kamu dari tadi bukannya perhatiin anak! Rania jadi hilang!" Damar menyalahkan Daninda. "Jaga anak aja nggak becus! Apa lagi ngasih aku anak laki-laki!" teriaknya. 

 

Deg 

 

Jantung Daninda seperti tertusuk beribu pisau. Sakit, nyeri tapi tidak berdarah. Napasnya tercekat. Jadi benar selama ini? Tanya batinnya. Langkah pria itu terhenti setelah mendengarnya. Fahrania menundukkan kepalanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia mendengarnya juga. "Jadi selama ini kamu bersikap seperti itu pada Rania karena dia perempuan?" tanya Daninda dengan berurai air mata. "Kamu mau punya anak laki-laki?" Damar terdiam. "Rania juga darah daging kamu, Mas. Anak kita!" teriak Daninda emosi.

 

Pria itu sejenak tertegun. "Eum, sebaiknya kita jalan-jalan dulu. Nanti kita akan menemui orang tuamu." Pria itu membawa pergi Fahrania ke tempat lain. Ia memanggil sekretarisnya untuk menemani Fahrania. Dan meminta tolong untuk segera menghubungi orang tua anak tersebut. Ia memberitahu tempat dimana orang tuanya bertengkar. Pria itu tidak mau terlibat masalah apapun itu. Ia tidak habis pikir. Ada seorang ayah yang mengatakan hal seperti itu. Terlebih kini gadis kecil itu mendengarnya. Walau pun masih kecil, gadis itu mempunyai perasaan. Apa yang ia lakukan jika ayahnya tidak menyukainya? Pria itu berdecak dan menggelengkan kepalanya. "Untuk apa pria macam itu menikah?" ucapnya sembari mengemudikan mobilnya hendak pulang. 

 

 

Sorry typo & absurd 

 

Thankyuuu^^ 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status