Seperti biasa, saat jam istirahat Alea akan berkumpul dengan para sahabatnya plus dengan si duo julid yang tak lain dan tak bukan adalah Ardan dan Dika.
Sejak tadi Alea tidak berhenti mengomeli Juna yang sudah berani membocorkan rahasianya kepada kakek dan neneknya.
“Gara-gara Lo kakek sama nenek marahin gue!”
“Lo itu ember banget jadi laki, heran deh gue!”
Sementara itu, si empu yang tengah diomeli malah menyumpal telinganya dengan earphone. Malas sekali harus mendengar omelan Alea yang kalau diibaratkan seperti rel kereta api—panjangnya.
“Kurang ajar, dari tadi gue ngomong enggak Lo dengerin!” geram Alea saat melihat Juna malah asyik-asyikkan dengerin lagu lewat earphone.
Karena kesal, Alea pun mencabut earphone yang terpasang di telinga Juna.
“Arjuna!” teriak Alea tepat di telinga kanan Juna.
“Berisik!” sentak Ardan. Ia kesal karena Alea sudah mengganggu
Qila tersenyum mendapati mobil papanya terparkir di depan gerbang Cendikia Bakti. Tidak biasanya papanya itu menjemputnya karena alasan tidak ingin pilih kasih antara dirinya dengan Alea.Seringaian muncul di bibir mungil Qila. Sepertinya ia mempunyai cara untuk membalas perbuatan Alea di atap sekolah tadi. Qila akan pamer kepada Alea bahwa papanya lebih memilih menjemputnya dibandingkan menjemput Alea.Namun semua rencana balas dendam yang telah Qila susun hancur begitu saja saat Qila membuka pintu depan mobil.Di sana Alea tengah tersenyum dengan manisnya seolah tengah mengejek Qila untuk kedua kalinya.Qila mengepalkan tangannya.“Qil, kamu duduk di belakang.” Suara Alvian menginterupsi Qila yang tengah menahan emosinya.Qila menghembuskan napasnya kasar. “Hufft, baik Pa.”Qila pun pergi membuka pintu belakang dan duduk di sana sesuai perintah papanya. Ia harus tetap jaga image agar selalu terlihat baik di m
Mobil Alvian memasuki pekarangan rumahnya dengan Alea.Setelah mematikan mesin mobilnya, Alvian menoleh ke arah putri pertamanya dengan Jihan. Alvian tersenyum, ia mengangkat tangannya untuk mengusap rambut panjang Alea.“Maafkan Papa, Lea, Papa belum bisa menjadi Papa yang baik untuk kamu.”Sepertinya tidur Alea terusik. Alea mengerjap-ngerjapkan matanya.“Eughh,” lenguh Alea.Alvian tersenyum, Alea mirip sekali dengan Jihan, sosok perempuan yang masih Alvian cintai sampai saat ini, bahkan Mila yang sekarang menjadi istrinya belum bisa menggantikan posisi Jihan di hatinya.“Eh, udah sampai ya, Pa?”Alvian mengangguk, tangannya masih sibuk mengusap rambut Alea.“Yuk turun Pa, Alea gerah pengen mandi,” ujar Alea yang merasakan tubuhnya sangat lengket oleh keringat sehabis olahraga.Yaps, mata pelajaran terakhir di kelas Alea hari ini adalah mata pelajaran olahraga.&l
Sesuai permintaan neneknya, Alea pun pergi ke rumah kakek dan neneknya dijemput oleh mang Ujang—sopir pribadi keluarga Pramana.Sepanjang perjalanan menuju rumah kakek dan neneknya, Alea menginterogasi mang Ujang dengan berbagai macam pertanyaan.Alea menanyakan apa yang dilakukan oleh kakek dan neneknya sehari-hari, dan tak lupa Alea mengorek informasi tentang Juna yang sering berkunjung ke rumah kakek dan neneknya.“Jadi kemarin Nenek ketemu sama Oma aku, Mang?”Mang Ujang yang berada di jok kemudi menganggukkan kepalanya—merespon pertanyaan yang diajukan oleh cucu majikannya. “Iya, betul Neng.”Dalam hati Alea bertanya-tanya, untuk apa nenek dan Omanya bertemu? Apakah permintaan nenek kali ini ada hubungannya dengan pertemuan mereka?“Nenek sama Oma ketemuannya lama atau sebentar, Mang?” Alea kembali mengajukan pertanyaan untuk kesekian kalinya.Terpaksa mang Ujang kembali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Alea—cucu kesayangan
Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bagaskara berubah mencekam setelah Arman selesai menandaskan perkataannya.“Opa,” cicit Alea yang masih syok.Qila menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara itu kedua matanya sudah berkaca-kaca.Tidak, Qila tidak bisa membiarkan perjodohan itu terjadi. Sudah cukup Alea merebut kebahagiaannya selama ini, tidak untuk Leon. Qila sangat mencintai Leon.Qila tampak berdiri dari duduknya yang membuat semua orang terkejut.“Enggak! Perjodohan ini tidak akan terjadi!” jerit Qila yang tidak terima Alea dijodohkan dengan Leon—pacarnya.Semua tampak menatap sinis ke arah Qila, kecuali Alea, Leon, Alvian, dan Mila.“Memangnya siapa kamu berani mengatakan seperti itu?!” Merry berujar sinis pada cucu yang tak pernah dianggapnya itu.“Aku pacarnya Leon! Jadi, kalau pun kalian ingin menjodohkan Leon itu sama aku bukan sama Alea!”“Syaqila!” bentak Alvian karena merasa putrinya itu sudah berlaku tidak
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah mereka, Alvian mengacuhkan anak dan istrinya yang sudah mempermalukannya untuk kesekian kalinya di hadapan orang tua dan mantan mertuanya.Alvian sangat menyayangkan sikap mereka yang sering kali ingin menang sendiri, tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya.Berbeda dengan Alvian, Mila justru sangat sedih karena perkataan ibu angkatnya tadi. Karena bagaimana pun Tias dan Adam adalah orang tua angkatnya. Mereka sangat berjasa sekali bagi kehidupan Mila.Mobil Alvian pun memasuki pekarangan rumahnya.Alvian langsung turun dari mobil tanpa mempedulikan anak dan istrinya.“Papa,” cicit Qila menatap sendu punggung papanya yang telah masuk ke dalam rumah.Qila jelas melihat papanya sangat marah kepadanya dan juga mamanya.Apakah Qila salah mempertahankan yang menjadi miliknya? Leon miliknya dan Alea berusaha akan merebutnya, dan Qila tidak bisa diam saja, Qila berhak mempertahankan Leon.
Pagi-pagi sekali Alea sudah disibukkan dengan peralatan dapur milik omanya.Yups, Alea sedang memasak untuk sarapan. Karena di rumah ia terbiasa menyiapkan sarapannya sendiri, maka ia lakukan kebiasaannya itu di rumah omanya.“Ya Allah Neng! Ngapain pagi-pagi Neng di sini, Ya Allah Neng ngapain masak, sini biar Bibi aja yang lanjutin Neng duduk aja!” BI Irah—asisten rumah tangga di rumah keluarga Bagaskara terkejut mendapati cucu majikannya masak di pagi hari.“Enggak apa-apa Bi, Lea udah biasa kok masak sarapan sendiri di rumah,” ucap Alea dengan entengnya. Alea malah sibuk mencuci sayuran yang sudah ia potong-potong.“Ya tapi Bibi yang enggak enak, Neng. Bibi takut dimarahin sama bu Merry.”Bi Irah mencoba mengambil alih pekerjaan Alea. Bi Irah tidak ingin mengambil risiko ia akan dimarahi oleh bu Merry—majikannya.Sementara itu, Merry yang baru saja turun dari lantai dua mendengar suar
Di sela kegiatannya menyetir mobil, Sean sempat curi-curi pandang ke arah kekasihnya yang sejak tadi banyak melamun. Entah apa yang sedang dilamunkan oleh kekasihnya.“Kamu kenapa?” Suara Sean menginterupsi membuat Alea yang sedang asyik dengan lamunannya terkejut bukan main.“Enggak apa-apa,” jawab Alea.Alea memalingkan wajahnya ke luar kaca mobil. Dirinya belum siap harus jujur kepada Sean mengenai masalah perjodohan itu.Sean masih menatap wajah kekasihnya dari samping, Sean tahu saat ini Alea tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Apakah ini ada kaitannya dengan opa dan oma Alea?TinnnSean dan Alea terkesiap saat bunyi klakson berbunyi begitu sangat nyaring.Dengan refleks, Sean pun kembali melajukan mobilnya karena lampu traffic light sudah menunjukkan warna hijau.“Kak,” panggil Alea pelan namun masih terdengar oleh Sean.“Apa?”Alea kembali men
Selepas keluar dari ruang teater satu, Alea terus tertawa—menertawakan kekasihnya yang tampak ketakutan saat hantu muncul dari film yang mereka tonton barusan. Alea baru tahu kalau kekasihnya itu takut dengan hantu.“Hahaha ...”Sean mendengus kesal karena sejak tadi Alea menertawakannya. Selain itu Sean juga merasa malu karena kekasihnya akhirnya mengetahui kelemahannya.“Udah dong, jangan ketawa terus!”Alea pun menghentikan tawanya. Sepertinya Sean badmood, gara-gara ia terus menertawakannya.“Hehehe, maaf Kak.”Sean kembali mendengus sebal. Hari ini harga diri dan moodnya hancur gara-gara menonton film hantu itu. Seharusnya tadi ia tidak menyetujui ajakan Alea untuk menonton film itu, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini—ditertawakan habis-habisan oleh Alea.“Jangan marah dong, Kak. Aku ‘kan enggak tahu kalau Kakak takut sama hantu,” ucap Alea.Se