Saat ini Leon tengah berada di taman belakang sekolah bersama dengan Syaqila, pacarnya. Setelah berhasil lepas dari Alea, Leon pergi ke kelas pacarnya, mengajak pacarnya itu pergi ke taman belakang sekolah, menghabiskan waktu bersama mumpung tadi Alea dipanggil oleh pak Hendro untuk mengajari adik kelasnya yang akan melakukan olimpiade fisika.
“Sayang, tau enggak tadi kata temen aku Alea dipanggil ke ruang TU,” ucap perempuan yang bernama Syaqila Bagaskara atau yang lebih akrab disapa Qila itu.
Leon diam mendengarkan semua perkataan pacarnya seraya mengelus lembut rambut panjang Qila yang digerai bebas. Dalam hati Leon berkata, “Oh”. Jadi itu alasan tadi ia bertemu Alea di depan ruang TU.
“Kata temen aku, Alea nunggak bayar SPP selama tiga bulan,” lanjut Qila seraya memainkan squisy miliknya yang berbentuk buah apel. Squisy itu pemberian Leon saat mereka pergi ke pasar malam.
“Kok bisa sampai nunggak?” tanya Leon penasaran, karena setahunya Alea dan Qila memiliki ayah yang sama, yaitu om Fian. Om Fian punya perusahaan percetakan yang lumayan cukup terkenal. Jadi, tidak masuk akal ‘kan jika Alea sampai menunggak uang SPP-nya?
“Enggak tau, padahal papa sering kasih uang bulanan ke Alea dan uang bulanannya juga lebih besar dari aku!” Qila kesal karena Alea selalu menjadi anak nomor satu papa. Segala hal menyangkut mereka pasti papa akan lebih mengunggulkan Alea.
“Atau jangan-jangan uangnya dipakai Alea buat yang enggak bener,” tebak Qila yang selalu berpikiran negatif tentang Alea.
Leon mengangguk, membenarkan ucapan pacarnya. “Bisa jadi, Alea ‘kan anaknya enggak jelas.”
Dalam hati Qila tersenyum penuh kemenangan. Qila senang pacar gantengnya itu selalu mempercayai ucapan negatifnya tentang Alea. Mungkin Alea memiliki semuanya, tapi ada tiga hal yang tidak dimiliki oleh Alea. Pertama papa. Selama ini papa hanya mengunggulkan materi saja kepada Alea, tidak dengan kasih sayangnya. Yang kedua adalah mama. Alea tidak punya mama, sementara ia punya mama. Dan yang ketiga adalah Leon, pacarnya. Leon lebih memilihnya, menyayanginya, dan mencintainya.
Selain itu, Qila senang karena semua teman-teman seangkatannya kebanyakan lebih mendukungnya dibandingkan mendukung Alea. Lagi pula di sini Qila ‘kan korbannya?
Alea sering bersikap egois dan tidak tahu diri. Sejak kecil Alea sering memonopoli papanya, gara-gara Alea kakek dan neneknya membencinya dan tidak menganggapnya cucu, padahal mereka sama-sama anak papa. Gara-gara Alea juga papa dan mama diusir dan tidak mendapatkan harta warisan kakek, dan sekarang Alea ingin merebut Leon-nya. Oh, itu tidak akan terjadi! Qila akan membuat papa dan Leon selalu berpihak kepadanya.
Jadi mulai sekarang bukan ia yang menderita, tapi Alea yang harus menderita. Alea harus membayar semuanya sekarang. Sungguh, Qila sangat membenci Alea yang selalu berlagak menjadi korban.
“Kamu jangan kayak Alea ya, Sayang.”
Qila menoleh ke arah Leon yang tengah tersenyum sangat manis hingga kedua lesung pipinya terlihat sangat jelas.
“Kamu jangan kayak dia, urakan, enggak tau malu. Kamu harus anggun kayak princess,” lanjut Leon.
Qila terkekeh geli mendengar perkataan Leon.
“Tenang aja, aku enggak bakal kayak Alea kok. Nanti kalau aku kayak dia kasihan dong papa. Lagi pula Alea kayak gitu karena enggak ada yang perhatian sama dia. Aku ngerasa miris aja sama hidup Alea, padahal waktu itu mama sama papa nawarin buat tinggal bersama, tapi dia enggak mau dan malah maki-maki mama,” ucap Alea dibumbui kebohongannya agar Leon percaya jika Alea itu benar-benar anak tidak tahu diri.
Leon mengangguk samar. Ia juga merasa miris dengan hidup Alea. Padahal Alea cantik dan pintar, tapi gara-gara kurang kasih sayang dia jadi urakan seperti itu.
Leon membawa tubuh Qila ke dalam dekapannya. Mengecupi kening Qila dengan sayang.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang mendengar pembicaraan mereka. Orang itu terlihat mengepalkan tangannya. Orang itu tidak terima Leon dan Qila menjelek-jelekkan Alea. Apakah mereka tidak sadar sikap mereka juga tidak tahu diri, terlebih Qila.
****
Pukul lima sore Alea baru saja sampai di rumahnya. Biasanya sepulang sekolah Alea selalu pergi ke makam mama dan adiknya. Mendoakan mereka dan juga menceritakan segala hal yang telah Alea lewati pada hari itu. Namun khusus hari ini Alea lelah.
Sepi!
Ya, seperti itulah keadaan rumah Alea. Hanya ada Alea seorang di rumah itu. Papanya jarang pulang ke rumah. Alasannya sibuk pekerjaan, tapi Alea tahu jika papanya tidak pulang ke rumahnya karena pulang ke rumah istri keduanya.
Ya, istri kedua karena istri pertamanya adalah mamanya.
Alea tahu karena setiap papanya pulang ke rumah istri keduanya, pasti Qila akan membagikan potret kebersamaan keluarganya ke akun media sosial miliknya. Qila melakukan itu seolah sengaja ingin memamerkan kepadanya jika papanya lebih memilih bersamanya.
Lantas Alea, apakah cemburu atau sebagainya? Jawabannya adalah Tidak! Alea tidak cemburu atau sebagainya. Alea sudah kebal, lebih tepatnya Alea sudah merasa lelah dibohongi oleh papanya dan berujung menjadi masa bodo.
Dari pada memikirkan itu, lebih baik Alea memikirkan bagaimana ia mengumpulkan uang untuk membayar uang SPP-nya yang menunggak selama tiga bulan. Dipikir-pikir Alea menyesal saat itu tidak menerima beasiswa dari sekolah.
Alea mengganti seragamnya dengan kaos biasa dan juga celana pendeknya. Alea mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang belum sempat ia selesaikan tadi pagi.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Alea pergi ke kamarnya kembali. Ia membuka lemarinya dan membongkar sebuah kotak berwarna merah. Di dalam kotak tersebut ada satu buah kartu debit biasa dan dua buah black card pemberian kakek dan neneknya. Alea tidak pernah memakai ketiganya.
Lalu Alea mengambil sebuah dompet berwarna ungu, di dalamnya terdapat uang berwarna merah dan biru. Setelah Alea hitung, uang tabungannya memang cukup untuk membayar uang SPP-nya selama tiga bulan, namun ia tidak mungkin menghabiskan semua uang tabungannya. Ada beberapa keperluan lainnya yang harus segera ia bayar dan jumlahnya tidak sedikit.
Uang hasil ia bekerja di laundry milik tetangganya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ya, Alea bekerja paruh waktu di laundry milik tetangganya.
Mungkin kalian pikir Alea bodoh karena menyusahkan dirinya sendiri di saat papa dan kakek-neneknya mentransfer uang setiap bulannya dalam jumlah yang sangat besar. Namun Alea ingin mandiri, ia tidak mau bergantung kepada mereka. Biarlah uang pemberian mereka Alea simpan untuk biaya kuliahnya nanti. Pasti nanti biaya kuliahnya memerlukan uang dalam jumlah besar apalagi cita-citanya ingin masuk ke fakultas kedokteran yang pasti biayanya sangat mahal.
“Pinjam uang ke siapa, ya?”
Shella? Tidak, tidak mungkin ia meminjam uang kepada sahabat baiknya itu. Walaupun ia yakin Shella akan meminjamkannya uang, tapi ia sudah cukup merepotkan Shella dan keluarganya.
Yuki, Nana, Windy, Siska? Tidak, mereka juga sudah sering direpotkan oleh Alea.
Tiba-tiba sebuah nama terlintas dalam benaknya.
“Juna!”
Ya, laki-laki yang namanya mirip seperti tokoh dalam cerita Mahabarata itu kaya dan pasti akan meminjamkan uang padanya.
Alea pun mengambil ponselnya yang ia simpan di atas kasur.
Me
Jun, Lo lagi sibuk enggak?
Tak butuh waktu lama Juna membalas pesannya.
Juna
Kagak, emangnya kenapa?
Me
Bisa ketemu enggak? Gue butuh bantuan Lo
Alea meletakkan kembali ponselnya di atas kasur, ia menunggu balasan pesan Juna. Alea harap Juna bisa membantunya.
Berita pertengkaran Alea dan Qilla pun menjadi trending topik di SMA Cendikia Bakti. Banyaksekali siswa dan siswi yang menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan Alea dan Qilla, terlebih Alea. Padahal Alea adalah siswi kebanggaan sekolah, banyak menorehkan prestasi untuk sekolah, bisa-bisanya dia terlibat skandal seperti itu.Selain gara-gara pertengkaran itu, seluruh murid Cendikia Bakti juga terkejut mendengar pengakuan Juna yang mengatakan jika Alea dan Leon akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Semua orang tampak bertanya-tanya, jadi siapa yang menjadi orang ketiga dalam hubungan itu? Alea atau Qilla?Bahkan sebagian murid yang tadinya membela Qilla, kini lebih memilih mendukung Alea. Mereka berbalik arah mendukung Alea, karena mereka menjadi tidak respect dengan Qilla. Dan banyak juga yang menuduh jika Qilla 'lah orang ketiga dalam hubungan itu.“Lea, Lo beneran enggak apa-apa?” tanya Windy untuk kesekian kalinya.
Bu Lia menatap satu persatu tersangka biang kerusuhan di kelas IPA-1. Sementara itu Alea, Juna, dan Qilla menundukkan wajahnya ke bawah. Mereka tidak berani melihat wajah sang guru killer yang tengah menatap mereka dengan tatapan mautnya. “Saya ada di depan, bukan di bawah! Kenapa kalian malah melihat ke bawah?!” Alea, Juna, dan Qilla pun kompak mengangkat wajah mereka, dan menatap wajah Bu Lia dengan raut wajah memelas. Sebenarnya di ruangan itu bukan hanya mereka berempat saja yang ada di dalam ruang BK itu. Di sana ada juga Didit yang dihadirkan sebagai saksi. Selain dari Alea, Juna, dan Qilla, Bu Lia juga ingin mendengar kesaksian dari Didit yang tidak terlibat apa pun dalam pertengkaran itu. “Syaqilla, kenapa kamu ada di kelas IPA-1, bukannya kamu berasal dari kelas IPS-3?” Bu Lia mengawali interogasi dari Qilla. “Emm ... a-anu sa-saya ....” Qilla meneguk air liurnya dengan sulit. Lidahnya kelu, ia tidak tahu harus berkata apa pad
Alea tak habis pikir dengan Qilla, bagaimana bisa ia melabrak dirinya di depan umum apalagi ini adalah kelasnya, bukan kelas Qilla. Apa perempuan itu tidak punya urat malu sebelum bertindak, tapi mengingat siapa ibu Qilla, Alea tidak heran. Syaqilla adalah titisan perempuan medusa dan tidak tahu malu.Alea berdecih. “Lo masih waras 'kan, Qil?” tanyanya dengan nada ejekkan dan membuat api yang ada dalam diri Qilla semakin membuncah.“Bukan gue yang enggak waras, tapi Lo?!”Alea menaikkan sebelah alisnya. “Tunggu, siapa yang bilang Lo enggak waras? Gue 'kan cuman tanya masih waras 'kan?”Tangan Qilla mengepal, ia tidak terima Alea bermain-main dengannya. Karena kesabarannya sudah diambang batas, Qilla pun menarik rambut panjang Alea yang hari ini digerai. Qilla menarik rambut Alea sangat keras hingga Alea memekik kesakitan.Para sahabat, dan teman sekelas Alea yang sejak tadi diam memperhatikan adu mulut mere
Setelah Leon menyelesaikan sarapannya, Leon dan Alea pun pergi ke kelasnya masing-masing. Dan gosip mengenai Alea dan Leon sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak di antara mereka menduga-duga jika Leon putus dari Qilla dan menjalin sebuah hubungan baru dengan Alea.“Lo jadian sama si singa, Al?”Jennie mengerutkan keningnya. Ia tidak paham siapa yang dimaksud oleh Shella yang barusan bertanya kepada Alea. “Singa?”“Itu loh, si Leon. Bahasa Indonesianya Leon 'kan singa,” jawab Shella.Jennie mendengus mendengar jawaban sahabatnya, pandangannya pun ia alihkan ke Alea yang tengah fokus membaca rangkuman biologinya, karena ada desas-desus jika hari ini guru biologi mereka akan mengadakan ulangan dadakan, soalnya minggu kemarin kelas mereka sudah menyelesaikan materi bab 5.“Enggak,” jawab Alea singkat dan padat. Jujur s
Alea berjalan ke arah kelasnya seraya bersenandung ria. Lorong yang dilewatinya tampak sepi karena hari masih terlalu pagi.Yups, Alea datang ke sekolah pagi-pagi sekali, bahkan kedatangannya tidak berselang lama dengan kedatangan pak satpam sekolah.GreppAlea terkesiap, barusan ada yang menarik tangannya tanpa permisi terlebih dahulu.“Eh!”Hampir saja Alea terhuyung jika saja seseorang yang barusan menarik tangannya menahan keseimbangannya.“Apaan sih, main tarik-tarik aj— eh, Leon!” Tadinya Alea ingin marah kepada si pelaku yang sudah lancang menarik tangannya hingga hampir saja tubuhnya mencium lantai sekolah, tapi saat tahu si pelaku itu adalah Leon, dengan cepat Alea mengubah raut wajahnya. Raut wajah kekesalan yang sebelumnya mendominasinya kini berubah menjadi sebuah senyuman bodoh. Leon seratus persen yakin jika saat ini Alea mati-matian menahan kekesalannya dan menunjukkan sebuah fake smil
Entah ada angin apa, tiba-tiba Leon pergi ke rumah Alea. Ia melupakan niatnya membeli mie goreng dan martabak keju pesanan kakaknya. Namun saat Leon tiba di tikungan komplek perumahan Alea, netra Leon tak sengaja menangkap sosok Alea dan sang sahabat—Chandra.Leon mengerutkan keningnya, ia heran kenapa malam-malam Chandra ada di depan rumah Alea?“Atau jangan-jangan selama ini mereka punya hubungan, ya? Waktu itu 'kan si Chandra pernah curhat sama gue kalau dia lagi suka sama cewek,” batin Leon bertanya-tanya.Entah kenapa ada perasaan asing yang hinggap di dadanya saat melihat kedekatan Alea dan Chandra. Ia merasa panas dan tidak suka melihat Alea yang tertawa lepas karena ulah Chandra. Tawa yang jarang Alea perlihatkan padanya.Dengan cepat Alea pun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pemikirannya itu dari dalam benaknya.“Enggak-enggak, ngapain gue mikirin mereka. Mau Alea punya hubungan sama Chandra ju