Share

Part 3

Author: Rara Kim
last update Last Updated: 2021-04-01 13:53:17

Alea mendatangi Chandra di kantin dan membawa laki-laki itu keluar dari sana menjauh dari teman-temannya. Padahal di sana juga ada Leon, namun untuk sementara ini Leon tidak menarik di mata Alea, urusannya kali ini jauh lebih penting daripada mendekati Leon.

“Ada apa, Al? Tumben lo nyariin gue?” tanya Chandra, ia merasa heran karena tiba-tiba Alea mencarinya dan menariknya ke sebuah lorong yang sepi.

“Gue mau nanya Chan, Lo bilang kakak Lo punya kafe ‘kan?” Alea langsung to the point dengan maksud dan tujuannya mencari Chandra.

“Ah itu, iya, kakak gue baru buka kafe sebulan yang lalu. Emangnya kenapa, Al?”

“Gini, Lo tahu kan kalau gue punya hutang banyak banget sama Juna. Sekarang gue butuh kerjaan, Lo bisa enggak bantuin gue biar kerja di tempat kakak Lo. Gue butuh banget kerjaan buat nyicil utang gue sama Juna, tempat laundry tetangga gue dijual,” pinta Alea. Wajahnya terlihat memelas sekali.

Chandra terkejut baru kali ini Alea memelas meminta bantuan, karena biasanya Alea tidak akan seperti ini. Bukan Alea sekali meminta bantuan kepada orang lain apalagi sampai meminjam uang kepada temannya sendiri.

Chandra tahu jika Alea punya hutang kepada Juna sebanyak lima juta untuk melunasi SPP yang nunggak selama tiga bulan sekaligus membayar SPP bulan ini.

Sepertinya Alea memang benar-benar sedang kesusahan, walaupun Alea bukan orang susah sebenarnya. Secara Om Fian ‘kan pemilik perusahaan percetakan dan kakek-nenek Alea dari pihak ibu maupun pihak ayahnya pemilik perusahaan terbesar di Indonesia

“Ya udah, pulang sekolah nanti Lo ikut gue ke kafe kakak gue, siapa tahu dia lagi butuhin karyawan baru,” ujar Chandra.

Mata Alea langsung berbinar. “Serius Chan? Makasih banget, Lo emang sahabat terbaik gue!” kata Alea yang benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Chandra tersenyum kecut. Cuma sahabat, ya?

“Chan makasih ya, gue bener-bener hutang budi sama Lo,” ujar Alea sekali lagi.

Chandra terkekeh “Iya sama-sama, santai aja elah kayak ke siapa aja kita ‘kan best friend,” balasnya.

Alea tersenyum bahagia, ia benar-benar bahagia. Sangat, akhirnya dia akan segera punya pekerjaan untuk bisa bertahan hidup.

“Sekali lagi thanks ya Chan! Kalo gitu gue balik ke kelas dulu, sorry tadi udah ganggu waktu Lo sama temen-temen Lo,” pamitnya.

“Enggak ikut ke kantin? Ada Leon di sana, tumben enggak nempel sama dia,” ledek Chandra, pasalnya ia tahu Alea memang selalu menempel pada Leon. Di mana ada Leon pasti di situ ada Alea.

Alea tertawa seraya mengangkat bahunya acuh. “Enggak ah, males enggak ada si cabe juga di sana,” balas Alea.

Kening Chandra berkerut. “Maksudnya? Gue enggak ngerti deh, Al.”

Siapa yang dimaksud si cabe oleh Alea.

Alea terkekeh lalu menepuk bahu laki-laki itu. “Bukan apa-apa, udah ah sana Lo balik ke temen Lo, gue mau ke kelas!” ucap Alea sebelum akhirnya pergi dari sana meninggalkan Chandra sendirian.

Kalau Alea jadi bekerja di tempat kakaknya, ia jadi bisa lebih dekat dengan gadis itu bukan?

****

“Papa, malam ini nginep lagi di sini, ya. Qila mau tidur sama papa lagi,” pinta Qila yang tengah bergelayut manja di lengan Fian.

Saat ini Fian dan keluarga kecilnya tengah menikmati makan malam di kediaman mereka. Sudah tiga hari Fian tidak pulang ke rumah Alea, karena Qila sempat sakit dan ingin di rawat olehnya. Mau tidak mau Fian terpaksa harus menginap di sana, meninggalkan Alea di rumah sendirian.

“Besok pagi-pagi papa ke sini lagi, ya. Papa harus pulang, kasihan Alea sendirian di rumah.” Fian mengusap rambut Qila lembut mencoba memberi pengertian kepada putri bungsunya itu.

“Pulang kemana sih, Pa?! Ini 'kan rumah Papa juga, aku juga anak Papa! Harusnya Papa tinggal di sini! Bukan bolak-balik ke rumah itu!” ketus Qila. Ia marah, hanya karena Alea Papanya itu sampai rela bolak-balik ke sana-kemari.

Mila hanya diam menyimak pembicaraan suami dan putrinya. Ia menikmati makan malamnya dengan tenang. Mila sudah lelah dengan sikap suaminya yang selalu mengutamakan Alea dan menomor duakan Qila. Padahal Qila juga anaknya.

“Sayang Papa mohon kamu ngertiin posisi Papa ya—“

“Kenapa enggak dia aja sih yang tinggal di sini sama kita?! Kalau kaya gitu 'kan Papa enggak harus capek bolak-balik!” protes Qila. Kenapa juga Alea tidak ingin tinggal bersama mereka.

Bukannya Fian tidak ingin mengajak Alea tinggal bersama, Fian ingin sekali keluarga kecilnya ini utuh, akur, hidup berdampingan. Namun Alea selalu menolak dengan berbagai alasan. Seperti kemarin saat ia mencoba membujuk Alea tinggal bersama dengan Mila.

“Itu keluarga Papa , bukan keluarga Alea. Jadi Papa aja yang tinggal sama mereka, Dara sendirian juga enggak apa-apa!” tegas Alea

Fian tidak punya siapa-siapa lagi selain mereka bertiga. Ia di usir oleh orang tuanya karena telah mempermalukan keluarga besarnya dengan berselingkuh dengan adik angkat istrinya.

Fian diusir, tidak dianggap anak oleh mereka, dan ia pergi tanpa membawa apa-apa.

Waktu itu Alea diberi pilihan untuk tetap tinggal bersama kakek dan neneknya di mansion mewah itu atau ikut bersama papanya. Dan ternyata Alea lebih memilih ikut dengan sang papa.

“Sayang bukan gitu, Papa sayang kalian berdua—“

“Kalau Papa sayang sama Qila, Papa nginep di sini lagi malam ini!” tegas Qila.

Fian membuang napasnya kasar, lalu ia merogoh kantong celananya. Mengambil ponselnha dan mengirim pesan kepada putrinya yang mungkin sekarang tengah menunggunya pulang.

Setelah mengetikan beberapa kata lalu mengirimnya kepada Alea.

“Oke, Papa nginep di sini lagi,” ujar Fian pada akhirnya. Yang membuat Mila dan Qila sama-sama mengulas senyum. Mereka berhasil memonopoli Fian kembali.

****

Papa

Sayang, malam ini papa lembur jadi enggak bisa pulang. Jangan nungguin, ya. Love You.

Alea berdecih saat membaca pesan dari papanya itu.

“Pembohong besar!” maki Alea.

Alea menahan sesak yang menjalar ke hatinya. Padahal malam ini ia sudah memasak untuk makan malam, tadinya ia ingin makan malam bersama sang papa karena sudah lama Alea tidak makan bersama papanya.

Tadi papanya bilang akan pulang malam ini, namun lagi-lagi papanya itu bohong.

Alea tahu papanya itu bukan lembur, melainkan pulang ke rumah istri dan anak kesayangannya.

Dengan perasaan sesak Alea menyantap makan malamnya sendirian lagi. Ia menelan bulat-bulat nasi yang ada di mulutnya.

Andai saja dulu Alea memilih tinggal bersama nenek dan kakeknya pasti sekarang Alea akan hidup bahagia, namun waktu itu Alea belum mengerti apa-apa, ia hanya mengikuti permintaan terakhir sang mama untuk ikut bersama papanya.

Alea tidak paham apa maksud ucapan mamanya yang mengatakan bahwa ia harus merebut papanya kembali, namun sekarang Alea paham. Alea harus merebut papanya dari kedua perempuan devil itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 37

    Berita pertengkaran Alea dan Qilla pun menjadi trending topik di SMA Cendikia Bakti. Banyaksekali siswa dan siswi yang menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan Alea dan Qilla, terlebih Alea. Padahal Alea adalah siswi kebanggaan sekolah, banyak menorehkan prestasi untuk sekolah, bisa-bisanya dia terlibat skandal seperti itu.Selain gara-gara pertengkaran itu, seluruh murid Cendikia Bakti juga terkejut mendengar pengakuan Juna yang mengatakan jika Alea dan Leon akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Semua orang tampak bertanya-tanya, jadi siapa yang menjadi orang ketiga dalam hubungan itu? Alea atau Qilla?Bahkan sebagian murid yang tadinya membela Qilla, kini lebih memilih mendukung Alea. Mereka berbalik arah mendukung Alea, karena mereka menjadi tidak respect dengan Qilla. Dan banyak juga yang menuduh jika Qilla 'lah orang ketiga dalam hubungan itu.“Lea, Lo beneran enggak apa-apa?” tanya Windy untuk kesekian kalinya.

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 36

    Bu Lia menatap satu persatu tersangka biang kerusuhan di kelas IPA-1. Sementara itu Alea, Juna, dan Qilla menundukkan wajahnya ke bawah. Mereka tidak berani melihat wajah sang guru killer yang tengah menatap mereka dengan tatapan mautnya. “Saya ada di depan, bukan di bawah! Kenapa kalian malah melihat ke bawah?!” Alea, Juna, dan Qilla pun kompak mengangkat wajah mereka, dan menatap wajah Bu Lia dengan raut wajah memelas. Sebenarnya di ruangan itu bukan hanya mereka berempat saja yang ada di dalam ruang BK itu. Di sana ada juga Didit yang dihadirkan sebagai saksi. Selain dari Alea, Juna, dan Qilla, Bu Lia juga ingin mendengar kesaksian dari Didit yang tidak terlibat apa pun dalam pertengkaran itu. “Syaqilla, kenapa kamu ada di kelas IPA-1, bukannya kamu berasal dari kelas IPS-3?” Bu Lia mengawali interogasi dari Qilla. “Emm ... a-anu sa-saya ....” Qilla meneguk air liurnya dengan sulit. Lidahnya kelu, ia tidak tahu harus berkata apa pad

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 35

    Alea tak habis pikir dengan Qilla, bagaimana bisa ia melabrak dirinya di depan umum apalagi ini adalah kelasnya, bukan kelas Qilla. Apa perempuan itu tidak punya urat malu sebelum bertindak, tapi mengingat siapa ibu Qilla, Alea tidak heran. Syaqilla adalah titisan perempuan medusa dan tidak tahu malu.Alea berdecih. “Lo masih waras 'kan, Qil?” tanyanya dengan nada ejekkan dan membuat api yang ada dalam diri Qilla semakin membuncah.“Bukan gue yang enggak waras, tapi Lo?!”Alea menaikkan sebelah alisnya. “Tunggu, siapa yang bilang Lo enggak waras? Gue 'kan cuman tanya masih waras 'kan?”Tangan Qilla mengepal, ia tidak terima Alea bermain-main dengannya. Karena kesabarannya sudah diambang batas, Qilla pun menarik rambut panjang Alea yang hari ini digerai. Qilla menarik rambut Alea sangat keras hingga Alea memekik kesakitan.Para sahabat, dan teman sekelas Alea yang sejak tadi diam memperhatikan adu mulut mere

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 34

    Setelah Leon menyelesaikan sarapannya, Leon dan Alea pun pergi ke kelasnya masing-masing. Dan gosip mengenai Alea dan Leon sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak di antara mereka menduga-duga jika Leon putus dari Qilla dan menjalin sebuah hubungan baru dengan Alea.“Lo jadian sama si singa, Al?”Jennie mengerutkan keningnya. Ia tidak paham siapa yang dimaksud oleh Shella yang barusan bertanya kepada Alea. “Singa?”“Itu loh, si Leon. Bahasa Indonesianya Leon 'kan singa,” jawab Shella.Jennie mendengus mendengar jawaban sahabatnya, pandangannya pun ia alihkan ke Alea yang tengah fokus membaca rangkuman biologinya, karena ada desas-desus jika hari ini guru biologi mereka akan mengadakan ulangan dadakan, soalnya minggu kemarin kelas mereka sudah menyelesaikan materi bab 5.“Enggak,” jawab Alea singkat dan padat. Jujur s

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 33

    Alea berjalan ke arah kelasnya seraya bersenandung ria. Lorong yang dilewatinya tampak sepi karena hari masih terlalu pagi.Yups, Alea datang ke sekolah pagi-pagi sekali, bahkan kedatangannya tidak berselang lama dengan kedatangan pak satpam sekolah.GreppAlea terkesiap, barusan ada yang menarik tangannya tanpa permisi terlebih dahulu.“Eh!”Hampir saja Alea terhuyung jika saja seseorang yang barusan menarik tangannya menahan keseimbangannya.“Apaan sih, main tarik-tarik aj— eh, Leon!” Tadinya Alea ingin marah kepada si pelaku yang sudah lancang menarik tangannya hingga hampir saja tubuhnya mencium lantai sekolah, tapi saat tahu si pelaku itu adalah Leon, dengan cepat Alea mengubah raut wajahnya. Raut wajah kekesalan yang sebelumnya mendominasinya kini berubah menjadi sebuah senyuman bodoh. Leon seratus persen yakin jika saat ini Alea mati-matian menahan kekesalannya dan menunjukkan sebuah fake smil

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 32

    Entah ada angin apa, tiba-tiba Leon pergi ke rumah Alea. Ia melupakan niatnya membeli mie goreng dan martabak keju pesanan kakaknya. Namun saat Leon tiba di tikungan komplek perumahan Alea, netra Leon tak sengaja menangkap sosok Alea dan sang sahabat—Chandra.Leon mengerutkan keningnya, ia heran kenapa malam-malam Chandra ada di depan rumah Alea?“Atau jangan-jangan selama ini mereka punya hubungan, ya? Waktu itu 'kan si Chandra pernah curhat sama gue kalau dia lagi suka sama cewek,” batin Leon bertanya-tanya.Entah kenapa ada perasaan asing yang hinggap di dadanya saat melihat kedekatan Alea dan Chandra. Ia merasa panas dan tidak suka melihat Alea yang tertawa lepas karena ulah Chandra. Tawa yang jarang Alea perlihatkan padanya.Dengan cepat Alea pun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pemikirannya itu dari dalam benaknya.“Enggak-enggak, ngapain gue mikirin mereka. Mau Alea punya hubungan sama Chandra ju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status