Tak bisa dipungkiri, Anton tak menyangka Clara akan langsung etuju untuk mengizinkan Anton menikah lagi seperti keinginan Desi, ibunya.
"Kau harus berjanji Mas, Jika tidak aku tidak mau dioperasi! Biar saja aku mati sekalian!" ancam Clara dengan wajah cemberut. Dua puluh menit lagi, Clara akan berada di ruang operasi.
"Clara kenapa kau ini? Kenapa kau malah memberi izin suamimu menikah lagi? Apa ibu mengancammu?"
"Tidak ada Mas, ini murni keinginanku juga."
"Apa kau semudah itu merelakan aku?"
"Aku juga tak rela Mas, tapi aku mohon Mas, berjanjilah kau akan menikahi wanita pilihan ibu."
"Tapi Clar.."
"Berjanjilah Mas." Clara memegang tangan Anton dengan erat. Clara bahkan menolak ketika suster akan membawanya ke ruang operasi.
"Baiklah Clara, Mas berjanji. Berjuanglah dan kembalilah sehat!" tutur Anton dengan pelan.
Clara tersenyum dan mengangguk, dan kemudian dengan senang hati menjalani operasinya.
**
Seminggu kemudian, Clara sudah kembali ke rumahnya. Ada gelak tawa disana. Sudah seminggu rumah ikutan sepi karena Clara tak ada.
"Wah, semuanya nampak bahagia ya?" tanya Desi tiba-tiba sudah datang dan berbaur dengan penghuni rumah.
Clara nampak terkejut dengan kedatangn mertuanya itu. sudah beberapa hari ini, mertuanya nampak tak lagi mengunjunginya. Walau Desi tak berkunjung, tapi para asistennya datang, bergantian menjaga Clara dirumah sakit, bahkan beberapa juga membantu mengurus keperluan rumah Clara.
"Nenek!" si kembar langsung memeluk neneknya itu. Mereka nampak bercengkrama dengan akrab.
"Kau nampak sehat Clara?" tanya Desi, setelah sekitar 30 menit menemani cucunya bermain. Sekarang mereka nampak duduk berdua ditaman samping rumah.
"Ya seperti yang ibu lihat. Dokter menyuruhku untuk tidak terlalu sering bergerak dahulu." tuturnya sambil memperlihatkan kursi roda yang sengaja Anton bawa untuknya.
"Yah, jadi bisa kita mulau saja pertemuan keluarganya malam ini? Bukankah lebih cepat akan lebih baik juga untuk kita?'
Desi mengatakan itu tanpa melirik Clara. Desi nampak mengabaikan ekspresi Clara, ndan memilih menikmati teh hangatnya.
"Aku sudah menduga ibu akan mengatakan hal itu saat datang tadi!" Clara meminum tehnya dengan pelan.
"Tentu, ibu tak bisa buang waktu. Ibu sudah memberimu 7 tahun ini Clara."
"Ya ibu benar, sudah terlalu lama ibu menunggu .maka makin baik kita mempercepatnya. Atur saja sesuka ibu, aku akan membawa mas Anton ke sana!" jawab Clara.
"Hem, baguslah."
Clara dan Desi saling diam. Keduanya menikmati tehnya masing-masing. Desi berputar dengan isi kepalanya sendiri, dengan rencana makan malamnya. Sementara Clara, memikirkan bagaimana caranya agar Anton dengan senang hati ikut dengan keinginan sang ibu.
"Baiklah, ibu pulang sekarang. Malam ini Clara, usahakan malam ini juga!" Desi mengingatkan.
"Iya bu."
**
Malamnya, Clara menunggu Anton dengan gelisah. Jam di dinding sudah menunjukkan jam 18.30, Tretapi Anton belum juga sampai ke rumah. Anak-anak sengaja Clara suruh bermain ke mall dan makan malam bersama asisten rumah tangga mereka. Anak-anak nagat ennag.
"Assalamualaikum!" sapa Anton mengagetkan Clara.
"Wa.. waalaikumsalam Ma."
"Sayang kok tidak dikursi roda lagi? Bukankah dokter menyuruhmu untuk jangan banyak bergerak dahulu." Anton bertanya dengan heran sambil melepas jas dan sepatunya.
"Aku baik-baik saja mas, sebaiknya Ma segera mandi. Kita akan pergi sekarang!"
"Pergi? Kemana?" Anton lagi-lagi kaget.
"Kerumah ibu, kita akan makan malam disana. Cepatlahlah Mas, jangan biarkan tamu kita menunggu lama." Clara menanrik tangan Anton agar bergegas masuk ke kamar mandi.
"Tamu? Siapa memangnya mereka Clara?"
Clara tidak bisa mengubah perasaannya begitu saja. Dia sangat cemburu terhadap Anton dan juga Lara. Tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan apapun. Melihat sang istri, yang nampaknya tidak baik-baik saja, Anton pun mendekatinya."Ada apa sayangku? Aku sudah kembali. Tapi, kenapa wajahmu masih di tekuk begitu?" tanya Anton.Clara masih enggan bicara. "Sayang!" Anton kembali memanggil Clara. Kali ini dengan pelukan."Apakah salah jika aku cemburu mas? Kenapa kalian seolah mengejek aku?" Clara menangis."Klara Sayang sudah Mas katakan bukan?ini tidak akan mudah. Sudahlah. Mas juga tidak menyentuh Lara. lara saat itu tengah datang bulan. Jadi kami hanya berlibur saja. Tidak ada hal apapun yang terjadi!"Mendengar ucapan dari sang suami, kalau harapan kemudian menghapus air matanya. Tetapi tentu saja ini seperti sesuatu yang hanya diundur saja. Besok atau lusa ketika datang bulan Lara sudah selesai pastinya Anton akan menyentuhnya. Itu adalah haknya haknya yang kemudian ditunda."Apaka
Clara sangat tak tahan, berada didapur malah membuatnya makin penasaran."Apa yang dikatakan Lara ya? Aku dulu sebulan menikah, sudah hamil si kembar. Apakah Lara juga?" batin Clara tak tenang.Teh yang akan disuguhkan pada tamunya, malah terlalu lama diaduk Clara yang melamun."Clara, kok lama banget sih? kamu melamun? atau kamu campur sesuatu ke minuman itu ya?" tanya Desi."Astagfirullah ibu, memasukkan apa maksud ibu?""Kok kaget gitu? Ya masukkin gula sama teh, memang apa lagi?" ucap Desi polos. Ia langsung mengambil alih nampan berisi teh, lalu membawanya ke depan."Kok ibu jadi gitu ya? Berasa kayak nuduh aku?" batin Clara sensitif.Walaupun sebenarnya Clara kesal, tapi rasa penasarannya lebih besar. Jadi langkah kakinya mengikuti langkah kaki Desi untuk menuju kembali ke ruang depan. Wajah merona dari Lara masih nampak terlihat dengan jelas. Dia menunduk malu-malu sambil terus dimintai keterangan oleh kedua orang ibu yang duduk di sampingnya."Jadi bagaimana Lara? Apakah kalia
Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak. "Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton. Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan. "Lalu bunda, apa?" tanya Anton. Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka. "Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara. "Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara b
Lara langsung menunduk malu mendengar pertanyaan dari Clara tersebut. Pasalnya dia tidak berani untuk menyusun rencana seperti itu.Dia sadar meskipun dia bersama Anton di masa lalu, tetapi di masa sekarang dia harus lebih banyak mengalah dan membiarkan istri tertua mengatur.Biar bagaimanapun juga, mengajak suami untuk bepergian, itu artinya dia butuh persetujuan dari keduanya. Dia tidak bisa memutuskan ini sendiri."Mas tidak terpikir untuk itu Clara! Ucap Anton juga bersikap malu.Anton sendiri bahkan belum menyentuh Lara. Mereka terlalu lelah untuk merencanakan itu. Mereka hanya tidur bersama dan hanya itu. "Maafkan mas Anton atas sikapnya itu Lara. Kau berhak menikmati bulan madumu bersama suamimu. Kalian adalah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Seharusnya malam ini juga malam kalian. Ya sudah kalau begitu aku serahkan hari-hari ini untuk kalian berdua. Anggap saja Ini bulan madu. Karena Mas antonnya juga sudah libur kemarin untuk resepsi, Bagaimana jika kita meminta
Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka."Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara."Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi."Kenapa sulit sekali?" ta
Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya."Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton."Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap.""Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?""Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam."Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara."Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki,