Share

10. Pipinya yang merona

 Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. 

Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak.

"Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton.

Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan.

"Lalu bunda, apa?" tanya Anton.

Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya.

"Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka.

"Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara.

"Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara bicara tapi tak disampaikannya langsung pada Anton.

Saat tengah bersantai sore di halaman depan tiba-tiba saja mobil Anton masuk ke pekarangan rumah Clara, itu membuat Clara tentu saja kaget. Pasalnya, baru pagi tadi Anton mengatakan, jika dia baru akan pulang besok.

"Mas Anton!" Ucap Clara.

"Kok kaget gitu? Ga kangen sama mas?" tanya Anton menggoda.

Clara tersipu malu. Seperti biasa saat Anton pulang dari luar kota dan beberapa hari tak pulang, Clara biasanya akan segera bergelayut manja pada suaminya.

Lalu kali ini dia juga melakukannya. Hingga Clara terlupa jika Lara ada disana.

"Mas!" Ucap Clara memeluk erat suaminya.

Disaat yang sama, Lara turun sambil menyeret koper Anton.

"Astagfirullah!" Clara langsung terkaget dan melepas pelukannya dari Anton.

"Kenapa sih bund? Kok kayak liat hantu aja!" Tegur Anton melihat ekspresi Clara.

"Ga  kok mas. Lara, maaf!" Ucap Clara melirik Lara. Lara hanya tersenyum memaklumi.

"Apa sih? Ayo masuk sama sama!" Ajak Anton merangkul Clara di kanan, lalu Lara di kirinya.

Clara malu-malu tapi ikut melangkah juga masuk ke rumah.

Anak-anak langsung menyerbu ayahnya saat tahu Anton sudah pulang. Anton kaget dengan sambutan itu. Anton yang duduk di tengah, di apit Clara dan Lara jadi gelabakan dengan aksi dua anak gadisnya yang malah ikut minta duduk dekat Anton.

"Ayah, ayah itu harus adil!" Bisik Nayla.

"Benar itu yah!" Kayla setuju.

"Lo emang ayah ga adil?"

"Ga!" Nayla dan Kayla langsung menyahut.

"Kok begitu?"

"Ayah lupa, ayah juga punya Nay dan Kay, masak bunda sama tante Lara aja yang di rangkul, kita ga!" Nayla menjelaskan.

"Oh, maaf ya sayang!" Ucap Anton menghujani si kembar dengan pelukan hangat.

"Eh kalian udah pulang bulan madu?" tanya Desi, yang tiba-tiba masuk rumah bersama Lisa.

"Gimana bulan madumu anakku sayang?" tanya Lisa.

Pipi Lara seketika merona mendengar pertanyaan ibunya.

"Ya Lara, gimana bulan madunya? Kapan kamu akan ngasih cucu lelaki untuk ibu, sayang?" Desi ikut bertanya.

Clara langsung berwajah masam, Ia memilih berdiri.

"Aku buatin minum dulu ya!" Ucap Clara.

"Eh iya, untung kamu ngomong Clara, Ibu udah haus banget!" Celutuk Desi pada menantu pertamanya itu.

Clara langsung mengangguk dan pergi ke dapur. Ia membiarkan mereka bicara, tentu dia sendiri tak mau mendengarkan cerita bulan madu suami serta madunya.

Si kembar juga untungnya sudah menjauh dari meraka, sebab tadi langsung mendapat oleh-oleh dari Anton. Jadi mereka hanya sibuk dengan oleh-olehnya.

Clara memandang Lara yang pipinya terus merona merah muda. Wajahnya yang putih langsung terlihat dengan mudah, rona merah jambu itu.

"Lara nampak bahagia sekali, apa dia sebentar lagi benar akan memberimu anak lelaki  untukmu, mas?" Batin Clara. Ia sangat cemburu, melihat kedekatan Desi dan Lara.

"Ibu ga seceria itu pas lagi ngobrol sama aku!" Ucap Clara cemburu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status