Share

10. Pipinya yang merona

Author: Ka Enov
last update Last Updated: 2023-03-21 09:46:16

 Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. 

Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak.

"Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton.

Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan.

"Lalu bunda, apa?" tanya Anton.

Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya.

"Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka.

"Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara.

"Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara bicara tapi tak disampaikannya langsung pada Anton.

Saat tengah bersantai sore di halaman depan tiba-tiba saja mobil Anton masuk ke pekarangan rumah Clara, itu membuat Clara tentu saja kaget. Pasalnya, baru pagi tadi Anton mengatakan, jika dia baru akan pulang besok.

"Mas Anton!" Ucap Clara.

"Kok kaget gitu? Ga kangen sama mas?" tanya Anton menggoda.

Clara tersipu malu. Seperti biasa saat Anton pulang dari luar kota dan beberapa hari tak pulang, Clara biasanya akan segera bergelayut manja pada suaminya.

Lalu kali ini dia juga melakukannya. Hingga Clara terlupa jika Lara ada disana.

"Mas!" Ucap Clara memeluk erat suaminya.

Disaat yang sama, Lara turun sambil menyeret koper Anton.

"Astagfirullah!" Clara langsung terkaget dan melepas pelukannya dari Anton.

"Kenapa sih bund? Kok kayak liat hantu aja!" Tegur Anton melihat ekspresi Clara.

"Ga  kok mas. Lara, maaf!" Ucap Clara melirik Lara. Lara hanya tersenyum memaklumi.

"Apa sih? Ayo masuk sama sama!" Ajak Anton merangkul Clara di kanan, lalu Lara di kirinya.

Clara malu-malu tapi ikut melangkah juga masuk ke rumah.

Anak-anak langsung menyerbu ayahnya saat tahu Anton sudah pulang. Anton kaget dengan sambutan itu. Anton yang duduk di tengah, di apit Clara dan Lara jadi gelabakan dengan aksi dua anak gadisnya yang malah ikut minta duduk dekat Anton.

"Ayah, ayah itu harus adil!" Bisik Nayla.

"Benar itu yah!" Kayla setuju.

"Lo emang ayah ga adil?"

"Ga!" Nayla dan Kayla langsung menyahut.

"Kok begitu?"

"Ayah lupa, ayah juga punya Nay dan Kay, masak bunda sama tante Lara aja yang di rangkul, kita ga!" Nayla menjelaskan.

"Oh, maaf ya sayang!" Ucap Anton menghujani si kembar dengan pelukan hangat.

"Eh kalian udah pulang bulan madu?" tanya Desi, yang tiba-tiba masuk rumah bersama Lisa.

"Gimana bulan madumu anakku sayang?" tanya Lisa.

Pipi Lara seketika merona mendengar pertanyaan ibunya.

"Ya Lara, gimana bulan madunya? Kapan kamu akan ngasih cucu lelaki untuk ibu, sayang?" Desi ikut bertanya.

Clara langsung berwajah masam, Ia memilih berdiri.

"Aku buatin minum dulu ya!" Ucap Clara.

"Eh iya, untung kamu ngomong Clara, Ibu udah haus banget!" Celutuk Desi pada menantu pertamanya itu.

Clara langsung mengangguk dan pergi ke dapur. Ia membiarkan mereka bicara, tentu dia sendiri tak mau mendengarkan cerita bulan madu suami serta madunya.

Si kembar juga untungnya sudah menjauh dari meraka, sebab tadi langsung mendapat oleh-oleh dari Anton. Jadi mereka hanya sibuk dengan oleh-olehnya.

Clara memandang Lara yang pipinya terus merona merah muda. Wajahnya yang putih langsung terlihat dengan mudah, rona merah jambu itu.

"Lara nampak bahagia sekali, apa dia sebentar lagi benar akan memberimu anak lelaki  untukmu, mas?" Batin Clara. Ia sangat cemburu, melihat kedekatan Desi dan Lara.

"Ibu ga seceria itu pas lagi ngobrol sama aku!" Ucap Clara cemburu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   12. Tahun Bahagia

    Clara tidak bisa mengubah perasaannya begitu saja. Dia sangat cemburu terhadap Anton dan juga Lara. Tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan apapun. Melihat sang istri, yang nampaknya tidak baik-baik saja, Anton pun mendekatinya."Ada apa sayangku? Aku sudah kembali. Tapi, kenapa wajahmu masih di tekuk begitu?" tanya Anton.Clara masih enggan bicara. "Sayang!" Anton kembali memanggil Clara. Kali ini dengan pelukan."Apakah salah jika aku cemburu mas? Kenapa kalian seolah mengejek aku?" Clara menangis."Klara Sayang sudah Mas katakan bukan?ini tidak akan mudah. Sudahlah. Mas juga tidak menyentuh Lara. lara saat itu tengah datang bulan. Jadi kami hanya berlibur saja. Tidak ada hal apapun yang terjadi!"Mendengar ucapan dari sang suami, kalau harapan kemudian menghapus air matanya. Tetapi tentu saja ini seperti sesuatu yang hanya diundur saja. Besok atau lusa ketika datang bulan Lara sudah selesai pastinya Anton akan menyentuhnya. Itu adalah haknya haknya yang kemudian ditunda."Apaka

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   11. Cemburu yang Menyiksa

    Clara sangat tak tahan, berada didapur malah membuatnya makin penasaran."Apa yang dikatakan Lara ya? Aku dulu sebulan menikah, sudah hamil si kembar. Apakah Lara juga?" batin Clara tak tenang.Teh yang akan disuguhkan pada tamunya, malah terlalu lama diaduk Clara yang melamun."Clara, kok lama banget sih? kamu melamun? atau kamu campur sesuatu ke minuman itu ya?" tanya Desi."Astagfirullah ibu, memasukkan apa maksud ibu?""Kok kaget gitu? Ya masukkin gula sama teh, memang apa lagi?" ucap Desi polos. Ia langsung mengambil alih nampan berisi teh, lalu membawanya ke depan."Kok ibu jadi gitu ya? Berasa kayak nuduh aku?" batin Clara sensitif.Walaupun sebenarnya Clara kesal, tapi rasa penasarannya lebih besar. Jadi langkah kakinya mengikuti langkah kaki Desi untuk menuju kembali ke ruang depan. Wajah merona dari Lara masih nampak terlihat dengan jelas. Dia menunduk malu-malu sambil terus dimintai keterangan oleh kedua orang ibu yang duduk di sampingnya."Jadi bagaimana Lara? Apakah kalia

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   10. Pipinya yang merona

    Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak. "Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton. Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan. "Lalu bunda, apa?" tanya Anton. Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka. "Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara. "Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara b

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   9. Bulan madu

    Lara langsung menunduk malu mendengar pertanyaan dari Clara tersebut. Pasalnya dia tidak berani untuk menyusun rencana seperti itu.Dia sadar meskipun dia bersama Anton di masa lalu, tetapi di masa sekarang dia harus lebih banyak mengalah dan membiarkan istri tertua mengatur.Biar bagaimanapun juga, mengajak suami untuk bepergian, itu artinya dia butuh persetujuan dari keduanya. Dia tidak bisa memutuskan ini sendiri."Mas tidak terpikir untuk itu Clara! Ucap Anton juga bersikap malu.Anton sendiri bahkan belum menyentuh Lara. Mereka terlalu lelah untuk merencanakan itu. Mereka hanya tidur bersama dan hanya itu. "Maafkan mas Anton atas sikapnya itu Lara. Kau berhak menikmati bulan madumu bersama suamimu. Kalian adalah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Seharusnya malam ini juga malam kalian. Ya sudah kalau begitu aku serahkan hari-hari ini untuk kalian berdua. Anggap saja Ini bulan madu. Karena Mas antonnya juga sudah libur kemarin untuk resepsi, Bagaimana jika kita meminta

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   8. Pembagian yang adil

    Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka."Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara."Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi."Kenapa sulit sekali?" ta

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   7. Didepan rumah

    Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya."Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton."Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap.""Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?""Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam."Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara."Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status