Share

8. Pembagian yang adil

Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?

Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar  kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.

Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka.

"Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara.

"Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi.

"Kenapa sulit sekali?" tanya Clara.

Clara lalu masuk ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya di bawah shower. Ia mendinginkan kepalanya. Dibawah guyuran air, Clara kembali menangis.

"Aku tak bisa begini. Bodoh jika aku begini, aku ga mau lemah. Aku  akan mengakrabkan diriku dengan Lara. Lagi pula aku yang mengizinkan Mas Anto menikah. Kenapa pula aku malah menangis di saat sekarang? Tidak, aku akan dekat dengan Lara dan aku akan memenangkan Mas Anton. Lara, aku tahu aku sudah memberikan izinku padamu, tapi tidak sepenuhnya aku bisa ikhlas. Aku ingin mas Anton tetap berada di sisiku, jadi aku tidak mau terlihat seperti orang yang memusuhi dirimu. Kau juga  wanita masa lalu mas Anton, aku yakin hati dan perasaan mas Anto masih ada untukmu. Aku tidak ingin Mas Anton benar-benar berpaling dariku dan melupakanku. Tidak! Karena itu aku akan melakukan segalanya!" Bisik Clara sambil menatap cermin seolah bicara pada dirinya sendiri.

 Clara kemudian bersiap. Dia menggunakan pakaian yang membuat dia terasa anggun dan cantik. Lalu pergi ke rumah madunya. Anton cukup terkejut melihat Clara datang.

Tapi tentu saja dia menyambutnya dengan baik.Begitu juga dengan Lara. Mereka pun mempersilakan Clara masuk.

Rumah itu sudah separuh selesai, barang-barang sudah tertata rapi. Bahkan Lara, katanya sudah menyiapkan makanan untuk makan malam.

"Uah Lara, kau cepat juga memasaknya. Aku bahkan belum menyiapkan apapun untuk makan malam dan sekarang masih pukul 05.00 sore, kau sudah menyelesaikan semuanya!" Puji Clara dengan tulus. Dia memang bahkan belum memikirkan apapun untuk makan malam.

Sambil menunggu waktunya makan malam, Mereka pun membantu Lara untuk kembali beres-beres. Mengatur ulang beberapa barang dan menaruhnya sesuai keinginan Lara tentunya.

"Malam ini, ayah dirumah kan?" tanya si bungsu, setelah makan malam selesai.

Antin terdiam, menatap Clara dan juga Lara.

"Ah iya sayang." Anton menjawab ragu.

"Nay, Kay, bisa tunggu bunda di depan?" Pinta Clara.

Setelah memastikan dua putri kembarnya menjauh, Clara mengajak keduanya duduk.

"Ini masih hari rabu mas, seharusnya kau memang bersamaku. Tapi sejak jumat, sabtu, lalu minggu, bahkan senin dan selasa, kau bermalam bersama Lara. Sudah lima hari." Clara mulai bicara.

"Baiklah, kau benar, lalu? Apa itu artinya lima hari juga aku akan bersamamu?"

"Tidak, tapi mulai senin nanti, kau akan bersamaku sampai rabu malam. Kamis pagi kau bisa bersama Lara dan sarapan dengannya."

"Dan hari ini mbak?" tanya Lara ingin tahu.

"Rabu, kamis, jumat dan sabtu, hari apa yang kau pilih Lara?" tanya Clara balik bertanya.

"Jumat dan sabtu saja mbak."

"Baik, kalau gitu mas Anton ikut pulang."

"Tapi 5 hari kemarin?" tanya Lara.

"Anggap saja itu hadiah dariku, apa kalian tak merencanakan bulan madu?" tanya Clara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status