Share

7. Didepan rumah

Penulis: Ka Enov
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-19 21:31:29

Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya.

"Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton.

"Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap."

"Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?"

"Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam.

"Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara.

"Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki, itu adilkan mas?" tanya Clara menatap Anton.

"Bangunkan dia istana juga mas, aku ga peduli gimana," tukas Clara dengan dingin.

"Clara.."

"Lakukan saja mas! Bukankah kita punya tabungan? Gunakan itu untuk DP rumah, sama saat dahulu kita memulai," kata Clara lagi.

Anton kemudian setuju, padahal tabngan itu untuk masa depan mereka, untuk sekolah anak-anak. Tapi Clara memaksa. Jadilah Anton langsung menelpon seseorang, yang tahu mengenai komplek perumahan mereka yang kosong.

"Hanya ada satu yang siap huni, Apa kita ambil yang itu?" tanya Anton mematikan ponselnya.

"Iya, kenapa tidak?" tanya Clara. Lara ikutan menganggukkan kepalanya pada Anton.

"Tapi itu sangat dekat, tepat didepan rumah ini Clara, apa itu tak masalah? Jika mau lokasi lain, kita harus menunggu, setidaknya tiga bulan, hingga pembangunannya selesai." Anton menjelaskan.

Clara terdiam, Ia nampak memikirkan sesuatu. Lara sendiri tak berkomentar, ingin agar Clara lebih dahulu yang membuat keputusan.

"Baiklah, ambil saja mas. Tidak apa."

"Tapi sayang.."

"Gak apa mas, lanjutkan saja. Lara kau bisa istirahat dikamar tamu siang ini. Lalu mas, kamu juga segera urus administrasinya, bila perl u malam ini sudah siap huni. Aku tak izinkan Lara menginap," ucap Clara dingin.

Anton lalu bergerak cepat. Sesai keinginsn Clara dia meminta prosesnya cepat. Rumah itu segera dibersihkan, diisi perabotan sesuai pilihan Lara.

Sore harinya, Lara sudah bisa pindah ke rumah barunya. Ia menyeret kopernya keluar kamar. Disaat yang sama, anak anak Clara baru kembali, mereka baru saja selesai les tambahan, mengingat sudah mau kelas 6 SD.

Pandangan ketiganya bertemu. Lara sedikit canggung juga. Tapi dia lebih dahulu tersenyum dan bergerak untuk menyapa. Biar bagaimanapun, mereka anaknya Anton, Lara hanya ingin dekat dengan mereka.

"Hai, baru pulang ya?" tanya Lara ramah. 

Keduanya hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab Lara.

"Udah pada makan belum? Nanti main ke depan ya! tante pindah ke depan!" tutur Lara.

Nayla dan Kayla saling pandang sudah tahu jika Lara, istri muda ayahnya. Mereka berdua, tipikal anak yang ramah dan mudah bergaul, hanya saja masih bingung harus bagaimana.

"Ya sudah tante pergi dul ya, ganti baju gih!"

Lara lalu berjalan menuju depan dan segera membantu yang lain membereskan beberapa barang dirumah barunya itu.

"Bunda!" panggil Kayla, si sulung.

Clara nampak termenung, Dia tak mendengar panggilan sulungnya itu. Matanya menangkap yang teradi di rumah tetangganya, dirumah madunya.

"Akh kenapa aku iyakan tadi? kenapa tak suruh Lara lebih jauh saja? kenapa harus di komplek yang sama? bukankah aku bisa menyuruh dia ngontrak dulu sampai rumahnya di komplek lain selesai?" batin Clara melamun.

"Bunda!" panggil Kayla lagi, kali ini sambil menyentuh bahu Clara.

"Astagfirullah!" teriak Clara kaget.

"kay, kok ngagetin bunda gitu sih nak?" tanyanya kaget mengelus dadanya berulang kali.

"Ga kok bund, Kay udah panggil bunda tadi, bunda aja yang ga denger. Bunda melamun?" tanya Kay.

"Enggak kok!"

"Bund, tadi tante Lara nyuruh main ke rumahnya. Apa boleh?" tanya Kay tersenyum lebar. Ia berharap bunda langsung mengizinkannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   12. Tahun Bahagia

    Clara tidak bisa mengubah perasaannya begitu saja. Dia sangat cemburu terhadap Anton dan juga Lara. Tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkan apapun. Melihat sang istri, yang nampaknya tidak baik-baik saja, Anton pun mendekatinya."Ada apa sayangku? Aku sudah kembali. Tapi, kenapa wajahmu masih di tekuk begitu?" tanya Anton.Clara masih enggan bicara. "Sayang!" Anton kembali memanggil Clara. Kali ini dengan pelukan."Apakah salah jika aku cemburu mas? Kenapa kalian seolah mengejek aku?" Clara menangis."Klara Sayang sudah Mas katakan bukan?ini tidak akan mudah. Sudahlah. Mas juga tidak menyentuh Lara. lara saat itu tengah datang bulan. Jadi kami hanya berlibur saja. Tidak ada hal apapun yang terjadi!"Mendengar ucapan dari sang suami, kalau harapan kemudian menghapus air matanya. Tetapi tentu saja ini seperti sesuatu yang hanya diundur saja. Besok atau lusa ketika datang bulan Lara sudah selesai pastinya Anton akan menyentuhnya. Itu adalah haknya haknya yang kemudian ditunda."Apaka

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   11. Cemburu yang Menyiksa

    Clara sangat tak tahan, berada didapur malah membuatnya makin penasaran."Apa yang dikatakan Lara ya? Aku dulu sebulan menikah, sudah hamil si kembar. Apakah Lara juga?" batin Clara tak tenang.Teh yang akan disuguhkan pada tamunya, malah terlalu lama diaduk Clara yang melamun."Clara, kok lama banget sih? kamu melamun? atau kamu campur sesuatu ke minuman itu ya?" tanya Desi."Astagfirullah ibu, memasukkan apa maksud ibu?""Kok kaget gitu? Ya masukkin gula sama teh, memang apa lagi?" ucap Desi polos. Ia langsung mengambil alih nampan berisi teh, lalu membawanya ke depan."Kok ibu jadi gitu ya? Berasa kayak nuduh aku?" batin Clara sensitif.Walaupun sebenarnya Clara kesal, tapi rasa penasarannya lebih besar. Jadi langkah kakinya mengikuti langkah kaki Desi untuk menuju kembali ke ruang depan. Wajah merona dari Lara masih nampak terlihat dengan jelas. Dia menunduk malu-malu sambil terus dimintai keterangan oleh kedua orang ibu yang duduk di sampingnya."Jadi bagaimana Lara? Apakah kalia

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   10. Pipinya yang merona

    Sudah 3 hari Lara dan Anton tidak juga pulang. Itu membuat perasaan Clara jadi tak menentu. Dia tidak menghubungi suaminya. Tetapi suaminya rajin menelponnya, terutama di pagi hari ketika anak-anak lagi sarapan. Anak-anak lebih mendominasi pembicaraan daripada dirinya. Clara hanya bisa menatap wajah tampan itu yang nampak selalu tersenyum dihadapan anak-anak. "Ayah akan pulang besok, mau di bawain apa?" tanya Anton. Kayla dan Nayla langsung antusias menyebutkan barang yang mereka inginkan. "Lalu bunda, apa?" tanya Anton. Anak anak menoleh pada Clara. Tapi Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kok nggak ada? Yakin?" tanya Anton tersenyum. Anak anak hanya tertawa melihat ayah menggoda bunda mereka. "Sudah sudah, ayo habiskan makanan kalian. Kita sudah hampir terlambat. Maaf ya mas, nanti kita sambung lagi!" Ucap Clara. "Aku tidak minta apapun Mas, aku hanya ingin kau baik-baik saja dan terus mengingatku walau kau bersama Lara. Lalu kembali dengan selamat ke rumah," batin Clara b

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   9. Bulan madu

    Lara langsung menunduk malu mendengar pertanyaan dari Clara tersebut. Pasalnya dia tidak berani untuk menyusun rencana seperti itu.Dia sadar meskipun dia bersama Anton di masa lalu, tetapi di masa sekarang dia harus lebih banyak mengalah dan membiarkan istri tertua mengatur.Biar bagaimanapun juga, mengajak suami untuk bepergian, itu artinya dia butuh persetujuan dari keduanya. Dia tidak bisa memutuskan ini sendiri."Mas tidak terpikir untuk itu Clara! Ucap Anton juga bersikap malu.Anton sendiri bahkan belum menyentuh Lara. Mereka terlalu lelah untuk merencanakan itu. Mereka hanya tidur bersama dan hanya itu. "Maafkan mas Anton atas sikapnya itu Lara. Kau berhak menikmati bulan madumu bersama suamimu. Kalian adalah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Seharusnya malam ini juga malam kalian. Ya sudah kalau begitu aku serahkan hari-hari ini untuk kalian berdua. Anggap saja Ini bulan madu. Karena Mas antonnya juga sudah libur kemarin untuk resepsi, Bagaimana jika kita meminta

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   8. Pembagian yang adil

    Clara terdiam mendengar ucapan dari anak sulungnya itu. Dia sedikitpun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat hal yang tidak baik. Dan sekarang dia sendiri bingung dengan rasa sakitnya sendiri, haruskahmembiarkan anak-anaknya dekat dengan madunya?Tak ingin mengajarkan hal yang tidak pantas pada anak-anaknya, Clara kemudian mengizinkan anaknya untuk pergi menuju rumah madunya. Ya kembar kemudian melangkah pergi bersama menuju rumah Lara.Nampak dari balik tirai jendela Clara menyaksikan jika mereka berempat tampak sangat akrab sekali. Lara, dua anak kembar Clara dan juga Anton. Mereka nampak tengah tertawa bersorak bersama, seopah tengah menertawakan Clara. Entah kenapa dada Clara merasa sangat sesak menyaksikannya kedekatan mereka."Apa yang mereka tertawakan? Apa kau menertawakan aku mas?" tanya Clara."Bodoh! Kenapa aku izinkan? Ah Tuhan, biarkan hatiku ikhlas!" Bisik Clara menutup wajahnya dengan dua tangannya. Lagi, air mata itu jatuh lagi."Kenapa sulit sekali?" ta

  • Restu untuk Pernikahan Kedua Suamiku   7. Didepan rumah

    Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya."Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton."Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap.""Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?""Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam."Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara."Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status