Share

7. Didepan rumah

Clara langsung tak suka, jika Lara tinggal dirumahnya. Anton tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung berpikir jika Clara marah, apalagi saat pesta kemarin, Clara langsung pulang tanpa berpamitan padanya.

"Clara, kenapa tak boleh? lantas Lara akan tinggal dimana jika bukan disini?" tanya Anton.

"Terserah dimana saja Mas. Asalkan jangan campurkan kami dalam satu atap."

"Kenapa? Apa kau jadi berubah pikiran?"

"Tidak Mas. Mengikhlaskan kalian saja, itu adalah ahl yang sulit. Apakah menurut mas, akan baik jika kami bersama? hari senin sampai dengan rabu, Lara akan melihat kau masuk ke kamarku, bermesraan denganku, lalu dihari berikutnya giliran aku yang melihat mas bersama Lara menurut mas apakah itu tak menyakitkan? bagaimana jika suara kemesraan kalian sampai ke kamarku? ke kamar Lara?' tanya Clara sedikit emosional. Anton terdiam.

"Kalau gitu, biar Lara nyari kontrakan saja Mas." Lara tiba-tiba bersuara.

"Tidak, jangan, kau harus memiliki istana yang mirip dengan yang aku miliki, itu adilkan mas?" tanya Clara menatap Anton.

"Bangunkan dia istana juga mas, aku ga peduli gimana," tukas Clara dengan dingin.

"Clara.."

"Lakukan saja mas! Bukankah kita punya tabungan? Gunakan itu untuk DP rumah, sama saat dahulu kita memulai," kata Clara lagi.

Anton kemudian setuju, padahal tabngan itu untuk masa depan mereka, untuk sekolah anak-anak. Tapi Clara memaksa. Jadilah Anton langsung menelpon seseorang, yang tahu mengenai komplek perumahan mereka yang kosong.

"Hanya ada satu yang siap huni, Apa kita ambil yang itu?" tanya Anton mematikan ponselnya.

"Iya, kenapa tidak?" tanya Clara. Lara ikutan menganggukkan kepalanya pada Anton.

"Tapi itu sangat dekat, tepat didepan rumah ini Clara, apa itu tak masalah? Jika mau lokasi lain, kita harus menunggu, setidaknya tiga bulan, hingga pembangunannya selesai." Anton menjelaskan.

Clara terdiam, Ia nampak memikirkan sesuatu. Lara sendiri tak berkomentar, ingin agar Clara lebih dahulu yang membuat keputusan.

"Baiklah, ambil saja mas. Tidak apa."

"Tapi sayang.."

"Gak apa mas, lanjutkan saja. Lara kau bisa istirahat dikamar tamu siang ini. Lalu mas, kamu juga segera urus administrasinya, bila perl u malam ini sudah siap huni. Aku tak izinkan Lara menginap," ucap Clara dingin.

Anton lalu bergerak cepat. Sesai keinginsn Clara dia meminta prosesnya cepat. Rumah itu segera dibersihkan, diisi perabotan sesuai pilihan Lara.

Sore harinya, Lara sudah bisa pindah ke rumah barunya. Ia menyeret kopernya keluar kamar. Disaat yang sama, anak anak Clara baru kembali, mereka baru saja selesai les tambahan, mengingat sudah mau kelas 6 SD.

Pandangan ketiganya bertemu. Lara sedikit canggung juga. Tapi dia lebih dahulu tersenyum dan bergerak untuk menyapa. Biar bagaimanapun, mereka anaknya Anton, Lara hanya ingin dekat dengan mereka.

"Hai, baru pulang ya?" tanya Lara ramah. 

Keduanya hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab Lara.

"Udah pada makan belum? Nanti main ke depan ya! tante pindah ke depan!" tutur Lara.

Nayla dan Kayla saling pandang sudah tahu jika Lara, istri muda ayahnya. Mereka berdua, tipikal anak yang ramah dan mudah bergaul, hanya saja masih bingung harus bagaimana.

"Ya sudah tante pergi dul ya, ganti baju gih!"

Lara lalu berjalan menuju depan dan segera membantu yang lain membereskan beberapa barang dirumah barunya itu.

"Bunda!" panggil Kayla, si sulung.

Clara nampak termenung, Dia tak mendengar panggilan sulungnya itu. Matanya menangkap yang teradi di rumah tetangganya, dirumah madunya.

"Akh kenapa aku iyakan tadi? kenapa tak suruh Lara lebih jauh saja? kenapa harus di komplek yang sama? bukankah aku bisa menyuruh dia ngontrak dulu sampai rumahnya di komplek lain selesai?" batin Clara melamun.

"Bunda!" panggil Kayla lagi, kali ini sambil menyentuh bahu Clara.

"Astagfirullah!" teriak Clara kaget.

"kay, kok ngagetin bunda gitu sih nak?" tanyanya kaget mengelus dadanya berulang kali.

"Ga kok bund, Kay udah panggil bunda tadi, bunda aja yang ga denger. Bunda melamun?" tanya Kay.

"Enggak kok!"

"Bund, tadi tante Lara nyuruh main ke rumahnya. Apa boleh?" tanya Kay tersenyum lebar. Ia berharap bunda langsung mengizinkannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status