Share

Teror Untuk Mamak

“Tunggu, mengujiku? Penerus? Kamu ngomong apa sih?”

“Nggak perlu kamu pikirin, Wir.” Kini Aisya bisa membuat kondisi yang tak bisa dikendalikan Wira. Ia memang bisa melihat masa lalu, tapi tak bisa membaca isi hati.

“Udah dipikirin itu mah, Sya,” sungut Wira. Perempuan itu tersenyum.

“Aku ini anak semata wayang, Wir. Papa minta suamiku dari pernikahan kedua ini harus bisa mengemban tugas menjalankan roda perusahaan yang dirintis Papa puluhan tahun lalu,” terang Aisya.

Wira tak menjawab. Ada banyak hal yang ingin ia lihat sendiri perihal orang tua Aisya. Ia belokkan mobil itu ke SPBU dan mengekor di antrian. Ia menoleh ke arah kekasihnya.

“Sya, aku nggak tahu apa aku mampu. Aku nggak berpendidikan tinggi, pengalaman kerjaku hanya kurir dan beberapa kali kuli bangunan. Memimpin perusahaan, apa nggak salah?” Wira coba memberi pertimbangan.

“Jadi kamu nggak mau nikah sama aku?&rdq

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status