Olivya adalah seorang gadis lugu yang masuk dalam kehidupan seorang mafia. Ia terserang oleh obsessi dan cinta dari mafia yang telah menculiknya. Trauma akan mafia, perlahan akan menghilang sejak ia mengenal sosok Madrick Vallencio yang menjabat sebagai mafia kejam. Kehadiran sosok pria yang tak dikenalinya, membuat hidup Olivya berputar jauh delapan puluh derajat. Kehidupan yang semakin membuatnya takut akan semua kegelapan yang nyata, sebuah takdir yang buruk, dan hidup yang nyata penuh dengan musuh. Olivya harus menjalani kehidupannya dengan seorang mafia yang terkenal akan segala kekejamannya. Mengikuti segala alur kehidupannya yang tak seberuntung orang lain. Ia diculik, bukan untuk dijadikan seorang pelacur, tetapi untuk sebuah cinta dan obsesi semata dari seorang mafia. Madrick Vallencio, pria itu selalu kekeuh dengan segala pendiriannya. Tak mengenal lelah ataupun letih. Impian yang sudah impikan harus menjadi kenyataan. Mafia sebagai jabatan yang ia pegang, tak akan bisa memberhentikan segala niat baik maupun buruknya. Tujuh tahun silam, ya, ia mencintai seorang gadis yang ia temui tujuh tahun lalu. Obsesi dan cinta menggebu-gebu dalam dirinya. Mad ingin menjadikan Olivya hanya miliknya seuntuhnya dan selamanya. Penghalang? Tangannya yang kosong akan siap membunuh penghalang itu.
Lihat lebih banyakDiruangan yang temaram dengan suara teriakan serta tangisan pilu memohon untuk memberhentikan penyiksaan.
Pria muda duduk disebuah kursi sambil menyesap champange nya dan menatap pria paruh baya yang tengah disiksa oleh anak buahnya.Pria paruh baya itu adalah seorang mafia asal Jerman yang berani mengibarkan bendera perang pada pria muda mafia asal italy yaitu Madrick Vallencio. Mad yang terkenal akan kekejamannya dan kelincahannya dalam menghabisi musuh yang berani menipunya.Mafia paruh baya tersebut adalah Triston Feroanus yang sekarang dirinya duduk dikursi tua dengan tangan dan kaki terikat rantai yang sangat kuat. Tubuhnya penuh dengan luka cambuk dan sayatan. Bahkan tubuhnya sudah sangat lemas untuk memberontak. Berkali-kali Triston memohon ampun tapi bukan Mad jika ia menerima ampunan dari musuhnya.Mad berdiri dari duduknya seraya menyalakan rokok yang berada di mulutnya. Mad membungkukkan badannya menatap mata Triston yang sudah lemah. Mad menggembulkan asap rokok tepat kewajah Triston hingga membuatnya terbatuk-batuk.“Triston Feroanus, berani-beraninya kau mengibarkan bendera perang padaku hah?” tanya Mad tepat didepan wajah Triston.“Kau taukan? Apa akibatnya jika kau berani main-main denganku? Tak hanya kau yang menjadi korban ditanganku tapi juga anak istrimu.” Sambung Mad dengan sorot mata yang tajam menatap manik mata Triston.“Kumohon jangan bunuh anak istriku, bunuh aku! Mereka tak tahu apapun” balas Triston dengan nada sedih dan air mata yang lolos dipipinya. Ia menyesal telah menipu Mad dengan membeli pistolnya menggunakan uang palsu.“Aku tak peduli” ucap Mad dengan enteng dan langsung berdiri tegap dihadapan Triston. Triston berteriak ketika pucuk rokok Mad yang menyala tekena luka sayat ditangannya. Mad semakin menekan rokoknya diluka sayatan Triston.Mad menyudahi aksinya dan kembali ketempat ia duduk tadi sambil menyesap champange-nya lagi.“Gaston!!” teriak Mad dengan suara tegas. Memanggil orang kepercayaanya dan Gaston pun datang sambil menunduk hormat.“Ambilkan laptopku yang berisikan vidio panggilan langsung keluarga Triston.” Perintah Mad dan Gaston pun menurutinya.Triston menggeleng-gelengkan kepala dan menatap Mad dengan tatapan memohon.“Kumohon Mad—“ ucapan Triston terpotong karna Mas langsung menyahutnya.“Jangan sebut namaku dengan mulut kotormu, aku tak sudi! Panggil aku tuan.” Sanggah Mad dan kembali menyesap champange-nya.“Tuan kumohon jangan bunuh keluargaku mereka tak bersalah.” Ucap Triston sambil menunduk menangis.Gaston pun datang dengan membawa laptop ditangannya dan langsung diletakkan dimeja depan Triston.“Dady, help me dady” teriak seorang gadis kecil berusia 7 tahun. Triston pun menangis menatap nasib putrinya yang duduk dikursi dengan tangan dan kaki terikat sama seperti nasibnya.“Aarrrghhhh dady!!” teriak anak kecil itu dari sebrang sana.“Julia!!!” teriak Triston saat melihat putri kecilnya dicambuk oleh anak buah Mad. Sungguh manusia iblis tak punya hati.“Tuan kumohon lepaskan mereka” ucap Triston menatap Mad yang tersenyum kecut.“Jangan harap” balas Mad.“Gaston suruh mereka bunuh anak istri Triston, aku tak ingin ia merasa tersiksa” perintah Mad pada Gaston dan Gaston patuh akan perintah Mad.Dor“Dadyyy!!!” teriak anak Triston dengan suara nyaring.Dor“Triston!!!” teriak istri Triston dengan suara kesakitan.Setelah itu tak terdengar suara teriakan dari sebrang sana dan terakhir adalah teriakan istrinya.“Tidakkk.” teriak Triston.“Sekarang giliranmu” ucap Mad dengan seringai iblisnya. Triston hanya bisa pasrah menerima kematiannya. Mad berdiri sambil membawa botol wine lalu menuangkan ketubuh Triston yang penuh luka.“Aaarrrggggghhhhhh.” teriak Triston saat wine berakohol itu mengenai lukanya.“Cukup main-mainnya” ucap Mad, Mad mengeluarkan pistol nya dan langsung menembak kearah kepala Triston hingga Triston mati seketika.“Bakar dia.” perintah Mad dengan anak buahnya. Mad berjalan keluar ruangan penyiksaan dan ingin membersihkan diri.Mad masuk kedalam kamarnya dan langsung menuju kekamar mandi. Mad mengguyur badannya dibawah air dingin dan matanya terpejam. Bayangan seorang gadis kecil cantik sekitar umur 10 tahun sedang mengobati luka di kepala pria remaja berumur 17 tahun. Pria remaja itu adalah Mad.Flashback onSeorang gadis cantik sedang duduk kursi taman sambil memegang boneka teddy bearnya dan menangis. Mad saat itu sedang mengintip anak gadis itu. Rambut hitam legamnya yang panjang menutup wajah imutnya yang sedang menangis.Mad berjalan kearah gadis kecil itu dan menunduk didepan gadis kecil itu.“Kau kenapa menangis?” tanya Mad menggunakan nada lembut, gadis kecil itu mendongak dan menatap Mad dengan mata merahnya akibat menangis. Mad terpesona dengan wajah cantik gadis itu.“Kau siapa?” tanya gadis itu dengan polos.“Aku Madrick Vallencio.” balas Mad dengan senyuman tulusnya, senyuman yang jarang ia tunjukkan kepada siapa pun dan kini gadis itu beruntung mendapatkan senyuman Mad.“Kau kenapa menangis?” tanya Mad dengan lembut.“Orang tuaku dibunuh oleh seorang mafia dan aku berhasil kabur.” ucap gadis polos itu dan kembali menunduk menangis.Mad yang mendengar itu pun langsung menggepalkan tangannya. Siapa yang berani mengusik ketenangan gadis kecil ini. Saat itu juga Mad mengklaim gadis kecil itu miliknya dan Mad sudah menjadi seorang mafia sejak umur 16 tahun karena menggantikan ayahnya yang meninggal karena mati terbunuh.“Kenapa bisa dibunuh?” tanya Mad lagi.“Ayahku tak sengaja menggores mobil mafia itu dengan sepeda ontelnya. Sungguh ayahku tak mampu mengganti mobil itu dan ayah ku dibunuh berserta kakak dan ibuku.” Ucap Olivya dengan nada sedih.“Siapa namamu gadis kecil?” tanya Mad.“Olivya Macrime.” jawab gadis itu.Tiba-tiba ada sebuah batu yang terlempar dan mengenai kepala Mad hingga akhirnya berdarah.“Hahaha.” tawa lima orang anak yang melempar batu kearah Mad.“Hei pergi kalian!!!” teriak seorang gadis dan ternyata itu Olivya sambil mengangkat balok kayu dan akhirnya lima anak itu pergi takut akan balok kayu yang dibawa Oliv.“Kau tak apa Mad? Darahnya banyak sekali, ayo ikut aku ke panti. Aku akan mengobati lukamu itu” ucap Oliv dan Mad hanya mengangguk setuju. Oliv menuntun Mad dengan hati-hati. Oliv melepaskan sweater biru yang ia gunakan lalu meletakkan kearah luka kepala Mad.“Kata ibuku darahnya kalo tidak berhenti, harus ditutupi dengan kain” ucap gadis itu menekankan sweaternya di luka kepala Mad. Oliv menjinjitkan untuk menyamakan tingginya dengan Mad. Mad pun tak tega melihatnya kesusahan dan langsung mengambil alih sweater tersebut.Setelah sampai di panti, Oliv berlari masuk kedalam sedangkan Mad duduk di bangku taman yang ada di taman panti ini. Oliv keluar sambil membawa kotak p3k lalu duduk disebelah Mad.“Emm bisakah duduk dibawah agar aku bisa mengobati lukamu? Kau terlalu tinggi dariku” tanya Oliv dengan polos dan Mad hanya mengangguk. Mad duduk dibawah dan Oliv diatas kursi lalu dengan telaten Oliv mengobati luka Mad.Setelah selesai mengobati luka Mad, Olive tersenyum malu.“Kenapa kau tersenyum?” tanya Mad dengan alis berkerut.“Kau sedari tadi menatapku” jawab Oliv dengan polosnya. Mad hanya tersenyum mengusap puncak kepala Oliv.“Aku pulang dulu ya. Makasih sudah diobatin. Bye” Mad pamit pulang.“Bye” balas OlivFlashback OffMad menyudahi guyuran airnya, ia bergegas mengeringkan badannya lalu menuju ke walk in closet untuk memakai baju. Mad menggunakan kaos santainya seakan tak ada sosok mafia dalam dirinya.Mad mengambil kunci mobilnya diatas nakas lalu beranjak keluar kamar. Mad menuruni tangga dengan sedikit berlari lalu memanggil Gaston.“Gaston” panggil Mad saat dirinya sudah diruang tamu.“Iya tuan?” balas Gaston dengan hormat.“Apakah Oliv ada di apartemennya?” tanya Mad.“Tidak tuan, Oliv—““Panggil dia nona, Gaston” sanggah Mad dengan tatapan tajamnya.“Nona Oliv sedang keluar apartemen, kata anak buah tuan yang bertugas menjaga nona Oliv” jawab Gaston.“Kemana dia?”“Toko buku tuan.” Mad menuju garasi mobil untuk mengikuti Oliv ketoko buku. Mad sudah hafal toko buku langganan Oliv.Setelah makan utama selesai, Olivya melarang mereka untuk beranjak dari tempat. Ia juga memerintahkan maid yang lain untuk membereskan semua sisa makan. Mereka berbincang-bincang di ruang makan sambil melemparkan candaan satu sama yang lain."Kate, dimana pacarmu?" tanya Olivya untuk menggoda anak itu."Hah? Aku tidak punya pacar, aunty. Apakah Allcy mengatakan kepada aunty kalau aku punya seorang pacar?" balas Kate."Tidak, Kate. Aku pikir kamu sudah punya pacar. Kamu cantik, masa iya tidak punya pacar.""Masa sih tan aku cantik?" tanya Kate untuk memastikan.Olivya mengangguk sambil tersenyum."HAHHHH, GUYS, AKU CANTIK MMPH–" Jenny menutup mulut sahabatnya ini saat berteriak cukup kencang, yang membuat seluruh orang kaget.Mereka semua tertawa saat melihat Kate yang berteriak karena baru saja dipuji cantik."Apa sih, Jen? Kamu ga suka kalau aku dipuji cantik? Kamu iri ya?" tanya Kate dengan nada mengejek yang dibuat-buat olehnya."Kak Kate engga cantik. Kalau cantik, berarti kak Kat
Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu kamar Olivya. Olivya yang sedang menyisiri rambutnya didepan cermin meja rias pun segera bangkit dan membuka pintunya untuk mengetahui siapa yang telah mengetuk pintunya."Allcy, ada apa?" tanya Olivya. Allcy lah yang telah mengetuk pintu kamar Olivya."Mama, apakah ruang bioskop nya sudah bisa aku gunain?" tanya Allcy."Sudah, sayang. Tapi bentar, sekarang jam berapa?" tanya Olivya.Allcy menatap kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pukul lima sore, Ma." jawab Allcy."Pukul tujuh harus sudah haru berada di ruang makan ya, bersama ketiga sahabat mu. Kita makan malam bersama."Allcy mengangguk saja dan berpamit untuk pergi. Olivya menutup kembali pintu kamarnya. Ia berjalan menuju sebuah lemari berukuran cukup besar. Ia membuka lemari itu dan mengambil sesuatu di dalamnya. Saat mendapatkan apa yang dia ambil, Olivya kembali menutup pintu lemari besar itu. Ia berjalan menuju meja baca sambil membawa sebuah kotak berukuran panja
Milan, Italy 03.00 PMHampir menjelang sore hari, jalanan kota Milan terus saja ramai kendaraan yang berlalu-lalang. Mulai dari mobil, pejalan kaki, truck besar, sepeda motor, serta kendaraan lainnya.Empat orang gadis cantik yang sedang berada dalam mobil, sedang menikmati hujan di sore hari. Mereka merasa segar, karena baru saja melalukan perawatan wajah dan tubuh. Ditambah udara sejuk di sore hari.Lampu hijau berubah menjadi merah. Kate yang saat ini menggantikan Jenny untuk menyetir mobil milik Jenny. Radio musik di putar dengan cukup kencang.Elizabeth terus menatap jalanan yang ramai. Baru kali ini ia pergi keluar bersama seorang sahabat dan melalukan aktifitas seperti orang normal. Mungkin bagi diri Elizabeth, ini tidak normal. Setiap hari hidupnya selalu diatur dua puluh empat jam.Hari ini ialah hari yang cukup membahagiakan bagi Elizabeth dan juga ketiga sahabatnya. Kesempatan bagi dirinya untuk membebaskan diri."Allcy, apakah kita mampir dulu ke supermarket?" tanya Kate s
Allcy baru saja usai menelpon Mama nya untuk meminta izin jika dia akan pulang lambat. Selain itu, ia juga meminta izin agar diperbolehkan sahabat-sahabatnya ini menginap dirumah. Allcy, Elizabeth, Kate dan Jenny berjalan masuk kedalam mobil milik Jenny. Jenny sengaja menyetir mobil sendiri tanpa menyuruh sopirnya.Elizabeth juga sudah menelpon sopirnya agar datang ke sekolah dengan membawa pakaian ganti Elizabeth untuk menginap dirumah Allcy. Elizabeth juga tak lupa memberikan tas sekolahnya kepada sopirnya dan ia membawa tas yang berisi pakaian ganti yang dibawakan oleh sopirnya.Allcy duduk didepan, disebelah kursi sopir. Sedangkan, Elizabeth dan Kate duduk dibelakang. Jenny memutar musik untuk menghilangkan kesunyian."El, kenapa kamu tidak beli saja pakaian baru di mall nanti? Biar sopirmu tidak perlu membawakan baju ganti mu." tanya Kate yang berada di samping Elizabeth.Elizabeth tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak, Daddy tidak memberikan aku izin."Kate mengerutka
Elizabeth melangkah sepanjang koridor sekolah. Seperti biasanya, dia tetap menjadi sorotan mata seluruh siswa. Apa mungkin kulitnya yang terlalu putih?Elizabeth menundukkan pandangannya. Ia tak memiliki cukup keberanian untuk mengangkat kepalanya dan menatap balik semua siswa disini. Saat ini ia datang lebih awal dari ketiga sahabatnya.Brukkk"Aww!" ringis Elizabeth dengan pelan saat ada seseorang yang menabrak dirinya."Hei, jalan pake mata bisa nggak?" bentak seorang gadis yang bertabrakan dengan dirinya."M-maaf, sekali lagi aku minta maaf." gumam Elizabeth dengan pandangan yang senantiasa menunduk."Lain kali gunakan mata untuk jalan, jangan nunduk terus."Plakkk"Aww.."Elizabeth mengangkat pandangannya saat gadis di depannya ini meringis kesakitan. Dia melihat kota susu kosong yang di lemparkan seseorang kepada gadis didepannya ini."Bodoh! Jalan itu pakai kaki." ujar seorang gadis yang sudah berada di samping Elizabeth.Kate. Gadis itu yang melempar kota susu kosong kearah ga
Olivya sedih jika harus pulang sekarang. Baginya, waktu begitu sangat cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Adrian, Olivya dan Allcy hendak bersiap-siap untuk masuk kedalam mobil milik keluarga Midleton.Mad merengkuh pinggang Olivya dengan cukup erat. Rasanya, tidak ingin ia harus berpisah dengan istrinya itu."Daddy, kapan Daddy akan ikut bersama kami?" tanya Adrian.Mad berjongkok didepan Adrian untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya."Saat di rasa sudah waktunya, Daddy akan sesegera mungkin untuk pulang." balas Mad."Tapi Daddy janji ya kalau sudah pulang ke mansion, tidak boleh lama lagi."Madrick mengangguk kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Adrian dan setelah itu mengecup puncak kepala Allcy."Jaga Mommy ya. Adrian kan jagoan Daddy." pinta Mad pada putra kecilnya."Pasti Daddy."Mad mengantarkan Olivya, Allcy dan Adrian untuk masuk kedalam mobil. Keluarga kecil Midleton hanya melihat adegan itu dari ambang pintu castle.Mad terus memantau mobil yang di t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen