Share

04. Sesuatu

Hari mulai beranjak malam, burung-burung pun mulai kembali ke sarang mereka, bahkan sisa-sisa sunset sore sudah menghilang.

Terlihat Kirana sedang memasak di rumah sambil mengenakan pakaian maidnya. Entah ada apa dengannya, sehungga memakai pakaian maid yang begitu pendek dan terlihat sexy.

Jam menunjukan pukul 19:30, terdengar dari luar mobil Richard sudah sampai di depan Apartemen.

"Bagaimana? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Richard kepada Bodyguard.

"Tidak ada tuan, cuman ada seseorang yang bertabrakan dengan nyonya Kirana," jawabnya.

"Siapa?"

"Hanya orang biasa, katanya dia cuman lari dari orang yang mengejarnya."

"Baiklah, terus awasi Kirana." Richard menepuk pelan pundak Bodyguardnya lalu  berjalan masuk kedalam Apartemen.

Ketika sampai di dalam, langkah Richard terhenti ketika melihat Kirana yang tengah memakai pakaian maid.

"Sudah pulang?" tanya Kirana setelah menaruh piring yang berisi sayuran yang ia masak di meja.

"Kamu ngapain?" Richard tak memperdulikan pertanyaan Kirana, dia masih bingun dengan baju maid yang Kirana pakai malam ini.

"Maksudmu? Kamu gak lihat aku lagi masak." Kirana menatap Richard dengan malas.

"Bukan itu maksudku, cuman aku baru tahu kalau kau suka memakai pakaian yang seperti itu."

Richard tau bahwa Kirana tak menyukai pakaian yang pendek dan sexy, karena itulah saat dia memakai pakaian itu, membuat Richard bingun.

"Ah ... pas perjalanan mau pulang teman-temanku beliin nih baju, katanya kalau pakai nanti masakan akan terlihat enak." Jelas Kirana sambil memasang senyumnya.

Richard yang melihat itu langsung jantungnya berdegup dengan kencang, dan tanpa dia sadari dia telah berjalan mendekati Kirana.

Dia berjalan dan tak menghiraukan koper yang baru saja ia jatuhkan, bahkan Kirana yang memanggilnya pun tak dia dengar.

"Kamu mau ngapain?" tanya Kirana ketika Richard sudah berada di depannya.

"Kamu yang memulainya, berarti kamu juga yang harus mengakhiri hal ini."

Richard langsung mencium Kirana dengan ganas, Kirana tak bisa bergerak lagi, kedua tangannya telah di kunci oleh Richard.

Karena kekuatan Richard yang begitu besar, membuat Kirana tak bisa mendorongnya. Ia benar-benar pasrah ketika Richard melumat bibirnya, sesekali Richard meremas pantat Kirana.

Ciuman Richard pun beralih ke lehernya, dia menghisap leher Kirana hingga meninggalkan bekas merah di situ.

"Stop Richard!"

Richard tak memperdulikan teriakan Kirana, dia masik asik melumat leher Kirana sehingga banyak sekali tanda merah yang ia tinggalkan di situ.

Tak banyak bicara, Richard pun menggendong Kirana lalu berjalan menuju kamar.

"Kamu mau ngapain Richard!" teriak Kirana sambil memukul dada bidang Richard.

"Ini salahmu Kirana," jawab Richard dengan nafas yang sudah tak teratur.

Kirana ingin melepaskan dirinya, tapi kekuatan genggaman Richard tak bisa melepas dari tubuhnya.

Richard pun membanting tubuh Kirana di kasur, ia langsung menaiki Kirana dan membuka satu persatu kerah baju maid Kirana.

"Kamu ngapain? Richard!"

Tidak bisa menghentikan Richard, dia telah di kuasai hawa nafsu yang begitu dalam, dia tak mendengar suara Kirana, dan hanya ingin melampiaskan hawa nafsunya.

Setelah semua kancing baju Kirana terlepas, dia membuka bajunya dan  terlihat dua gunung kembar Kirana yang bersembunyi di balik tanktopnya dan kini sudah padat membulat.

Lidahnya pun mulai melancarkan aksinya, dia mulai mencium serta menjilat bagian dada Kirana.

Tapi tiba-tiba gerakan Richard terhenti, dia mendongakkan kepalanya lalu menatap Kirana yang tengah menutup mata.

Air mata Kirana sudah jatuh membasahi kedua pipinya, badannya bergetar dengan hebat. Richard dengan cepat langsung berpindah dari posisinya.

"Kirana, maafkan aku," ucap Richard setelah sadar dengan apa yang ia lakukan.

Kirana tak menjawab apa-apa, dia benar-benar menangis dalam diam. Dia bahkan tak bergerak sedikit pun untuk membenarkan bajunya itu.

"Maafkan aku Kirana, aku gak bisa mengendalikan hawa nafsuku." Nada bicara Richard terlihat menyesal, dia menatap Kirana yang berbaring tak berdaya.

"Ka--kamu jahat Ri--Richard." Suara Kirana pun sudah sesegukan, dia benar-benar takut dengan Richard yang menjadi ganas seperti itu.

Richard mengacak rambutnya dan menyesal dengan tindakan yang ia lakukan kepada Kirana hari ini.

Dia pun berjalan untuk keluar, dan berniat supaya Kirana bisa menghabiskan waktunya sendirian. Tapi langkah Richard terhenti saat kakinya tak sengaja menjatuhkan tas Kirana.

Richard pun memungut barang-barang yang keluar dari tas Kirana, dan terakhir sebuah foto yang menarik perhatiannya.

Mata Richard langsung memerah saat melihat foto bunga mawar merah dan gaun putih. Dia langsung berdiri dan menatap Kirana.

Saat Richard ingin mempertanyakan foto ini dari Kirana, dia teringat dengan seseorang yang bertabrakan dengan Kirana saat mau pulang dari kafe.

Tanpa hitungan detik, Richard langsung berlari kearah Bodyguardnya yang di pimpin oleh Thomas.

"Thomas!" teriak Richard sehingga membuat Bodyguard lainnya untuk datang kehadapannya.

"Ada apa tuan?" tanya Thomas dan menunduk.

PLAKK!!

Suara tamparan bergema di ruangan tersebut, darah segar pun turun dari sudut bibir Thomas.

"Kenapa! Kenapa foto ini ada di dalam tas Kirana?" tanya Richard dengan suaranya yang penuh emosi.

Thomas menatap foto yang di genggam Richard, dia bingun apa yang dimaksud oleh Richard.

"Aku tanya sekali lagi, apa kalian benar-benar memperhatikan Kirana?" Richard memelankan suaranya.

"Tentu saja tuan," jawab Thomas.

"LALU KENAPA FOTO INI ADA DI TASNYA!?" Teriakan Richard membuat beberapa Bodyguard menjadi terkejut dengan teriakannya.

"Cepat kalian bawa pria yang menabrak Kirana, bawa dia ke hadapanku, sekarang!" suruh Richard.

Semua Bodyguard langsung berpencar dan mencari orang yang di cari oleh tuan mereka.

"Sial! Berani-beraninya dia muncul di salah satu keluargaku." Richard meremas foto yang ia genggam.

Sedangkan di tempat lain, terlihat Keynest yang tengah berhadapan dengan Justin di ruang kerjanya.

"Ayah, Key ingin berbicara sesuatu," ucapnya Ragu-ragu.

"Ada apa Key?" tanya Justin dan masih asik mengurus beberapa dokumennya.

"Malam yang ayah ajak kita nonton teater, ayah kemana saja?" Pertanyaan Keynest langsung membuat Justin menghentikan gerakannya.

"Kenapa bahas hal ini? Padahal sudah hampir setahun berlalu," ucap Justin.

"Gak, soalnya Keynest penasaran karena pada malam itu juga ibunya kak Richard meninggal," jelas Keynest.

"Lalu? Apa hubungannya dengan ayah?" tanya Justin.

"Gak ada, cuman masih bingun, kenapa jam datang ayah berselisih dengan jam kematian ibunya kak Richard?"

BRAKK!!

Justin memukul mejanya dengan kuat, sehingga membuat Keynest kaget akan hal itu.

"Ayah tak ingin membicarakan hal itu lagi, sudah terlalu lama ayah berduka dengan kepergian Amanda, jadi kamu jangan merusak malam ini Keynest." Justin menatap Keynest dengan geram.

Keynest pun menundukan kepalanya lalu meminta maaf kepada Justin, tak lama dia pun keluar dari ruang kerja Justin.

Langkah kaki Keynest berjalan sampai ke kamarnya, dia pun masih curiga dengan ayahnya Justin.

"Sepertinya akan seru," ucap Keynest saat menatap layar komputer yang menampilkan Justin di ruang kerjanya.

Keynest berhasil memasang Cctv tersembunyi di ruang Justin, karena hanya di ruang kerja Justinlah yang tak memasang Cctv rumah.

"Sepertinya kematian ibunya kak Richard berhubungan dengan keluarga Hernandos."

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status