Share

03. Siapa?

"Sial! Kejar wanita itu!" teriak seseorang dari balik tirai.

Para penjaga bahkan pengawal pun langsung mengejar seorang wanita paruh baya dengan mengenakan gaun putih.

Wanita paruh baya itu berlari sampai ia berada di taman mawar merah, dia benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana.

"Itu dia!" teriak pengawal ketika melihat wanita yang mereka cari.

Mendengar teriakan pengawal, wanita itu langsung panik dan ia berlari masuk kedalam taman bunga mawar merah.

Richard yang mendengar suara teriakan dari taman, dia berlari sampai akhirnya ia tiba di taman.

Mata Richard langsung membulat ketika melihat ibunya yang sedang duduk tak berdaya sambil menatap kosong kedepan.

Richard pun mengalihkan pandangannya kearah ruang gelap yang di tatap ibunya.

"Richard, lari!" teriak Amanda dan dengan cepat orang yang di balik kegelapan itu langsung menembak ibunya.

"IBU!"

BRAKK!!

Richard terjatuh dari kursi sofa yang ia tidur tadi malam, badannya sakit sekali, dia perlahan bangun dan menyesuaikan cara duduknya.

"Mimpi itu lagi, terasa sangat nyata kali ini," batin Richard.

Dia berdiri dan lalu mengambil ponselnya, ia pun menelpon seseorang.

"Halo Arnold, datang ke kantor segera, dan cepat berikan hasilnya." Richard menutup telfonnya.

Tak ingin lama-lama, dia pun bergegas untuk mandi dan pergi ke kantor.

Cahaya matahari mulai muncul di balik jendela, sedikit cahaya pun berhasil mengenai mata Kirana yang tengah tertidur pulas.

Dia perlahan-lahan membuka matanya, dan menatap langit-langit Apartemen. Namun, tangannya rasa aneh, karena ia tahu bahwa tadi malam ia tak mengenakan kain.

Kirana langsung bangun dari tempat tidurnya, dia kaget karena dirinya sudah berada di tempat tidur Richard.

"Kenapa aku ada disini?" batinnya bingun.

Kirana mengalihkan tatapannya, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka, lalu munculah Richard yang memakai setengah handuk, dan membiarkan dada bidang serta absnya itu terlihat.

"Kamu apain aku!" teriak Kirana dan menutup tubuhnya dengan kain.

"Cuman bermain sedikit kok." Richard berjalan menuju lemari pakaiannya.

"Maksud mu apa Richard." Mata Kirana makin marah, serta tubuhnya sudah bergetar.

"Yah maksudku, yang biasa dilakukan pasangan yang sudah menikah, malam pertama," ucap Richard menggoda Kirana.

Kirana langsung menatap kebawah tubuhnya, dia pun mundur kebelakang hingga sampai di ujung kasur.

"Kamu brengsek, Richard."

Richard tak memperdulikannya, dia pun memakai pakaian kantor yang ia ambil tadi.

"Ini gak sesuai perjanjian."

"Tenang saja, aku bakal tepati janjimu Kirana, asal kamu nurut aja samaku." Richard memakai jam tangannya.

Dia pun berjalan mengambil kopernya lalu keluar meninggalkan Kirana yang tengah mematung tak berdaya.

"Maafkan aku ibu, anakmu ini gak perawan lagi," batin Kirana meratapi dirinya yang malang itu.

Richard berjalan keluar, dan di temani beberapa bodyguard saat menuju ke garasi mobilnya.

"Kalian harus memperhatikan gerak gerik Kirana, jangan sampai ada yang mau menyakitinya, dan harus sembunyi-sembunyi jangan sampai ketahuan," ucap Richard saat sudah menyalakan mesin mobil.

"Siap pak!?" teriak mereka serempak.

Richard pun melajukan mobilnya dan meninggalkan Apartemennya, dia melajukan kecepatan untuk sampai ke kantor.

Tak selang beberapa jam, akhirnya mobil Richard berhasil mendarat di kantornya.

Saat mau masuk kedalam, langkah Richard terhenti saat melihat seseorang yang tak ingin dia lihat.

"Kalian ngapain di kantorku?" tanya Richard sambil menatap kedua adik kembar tirinya itu.

"Halo kak, kami sedang magang di kantor ini," ucap Kenneth sambil memasang senyum andalan yang di benci Richard.

Richard tak berbicara apa-apa lagi, dia pun berjalan meninggalkan mereka berdua. Sedangkan Keynest sudah geram dengan tingkah angkuh Richard.

"Richardo Elios, kamu akan membayar apa yang kamu lakukan ini," batin Keynest emosi.

Langkah kaki Richard pun sampai di depan pintu kantornya itu, tak menunggu waktu lama, dia pun berjalan masuk kedalam.

Matanya menangkap Arnold yang tengah duduk di depan komputer sambil memasang wajah yang serius.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Richard.

"Terlalu susah, orang yang menelpon kamu itu memakai sesuatu yang tak bisa aku lacak," jawab Arnold.

"Sial! Dia ... dia tau rahasia di balik malam itu." Richard benar-benar di buat geram oleh orang asing itu.

"Tenang saja, aku akan meminta temanku di china untuk membobol jaringannya, dan melacak nomor itu," jelas Arnold.

"Aku yakin, dia pasti terhubung dengan keluarga Hernandos." Richard menatap tajam kearah komputernya.

Dari luar seseorang mendengar pembicaraan Richard dan Arnold. Karena emosi, Richard tak menutup pintunya dengan baik-baik.

"Malam itu? Maksudnya apa?" ucap orang itu dan bergegas pergi dari depan kantor Richard.

Sedangkan disebuah kafe, terlihat Kirana yang tengah asik minum dengan teman-temannya.

"Jadi maksud kamu, kamu udah gak perawan karena Ceo itu?" tanya Serani saat mendengar semua cerita Kirana.

"Bagus dong, berarti kalian bakal bangun keluarga yang harmonis," timpal Acha.

"Bukan itu maksudku, aku gak mau di rusak," ucap Kirana sambil memainkan minumannya.

"Kan sudah menikah Kirana, masa orang yang udah nikah gak mau di rusak," ucap Serani emosi dengan temannya yang lugu itu.

Kirana tak menceritakan tentang nikah kontraknya dengan Richard, dia memilih untuk tak memberitahukan kepada siapa pun itu, bahkan kepada Serani dan Acha yang merupakan teman sejatinya.

"Jadi gimana malam pertamanya? Mainnya berapa ronde?" tanya Acha penasaran.

Pertanyaannya itu juga berhasil membuat Serani ikut penasaran dengan malam pertama Kirana.

"Gak tahu, aku gak tahu, tadi malam aku tidur doang," jawab Kirana frustasi.

"Tidur? Gak melakukan gerakan vulgar?" tanya Serani dan mendapat gelengan dari Kirana.

"Tunggu, kamu pas bangun pagi kesakitan gak di bagian pipis kamu?" tanya Acha.

"Gak, cuman aku bangun langsung di kasur, padahal tadi malam aku tidur di sofa," ucap Kirana kesal.

"Jadi bangun pagi kamu gak ngerasa sakit apa-apa?" tanya Serani memastikannya, dan dijawab gelengan dari Kirana lagi.

"Berarti kalian belum melakukan itu Kirana," ucap Acha yang sudah hampir mau mati karena keluguan Kirana yang udah di atas kapasitas manusia normal.

"Jadi, maksud kalian aku masih perawan gitu?"

"Iya bego, kamu masih perawan Kirana Lestari Putri." Serani menonyorkan kepala Kirana dengan jarinya.

"Tapi kenapa aku bisa tidur di kasur? Padahalkan aku tidur di sofa tadi malam." Kirana masih berpegang teguh pada pendiriannya.

"Sumpah Kirana, aku masih gak nyangka kamu bakal sebego ini, padahal kamu kuliah di luar kota, pas nikah juga kelihatan pintar," ucap Serani frustasi.

"Tidur di sofa? Emang kamu sama Richard berantem?" tanya Acha dan membuat Kirana menghentikan gerakannya untuk minum.

"Ah ... minumanku habis, pulang yuk, aku harus masak buat Richard juga." Kirana mengalihkan topik pembicaraan.

Dia pun berjalan pergi meninggalkan Acha dan Serani, tapi tak lama mereka mengikuti Kirana dari belakang.

Saat mereka berjalan keluar kafe, seseorang bertabrakan dengan Kirana, dia pun berlari dan meninggalkan barang-barangnya yang terjatuh.

"Siapa sih ... main tabrak aja," kesal Serani dan Acha yang kini membantu Kirana untuk berdiri.

Kirana pun berdiri, tapi dia rasa bahwa pria tadi memang sengaja, dia seperti merencanakan tabrakan ini.

"Siapa? Apa musuh Richard?" batin Kirana.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status