Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.
Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.
Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.
Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.
Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk.
"Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.
Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.
Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
"Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"
Pertanyaan demi pertanyaan langsung di lontarkan kepada gadis yang baru saja siuman.
Kirana menggelengkan kepalanya, dia bahkan merasa mulutnya sangat lelah untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Maaf," ucap Richard tiba-tiba.
Kirana tahu bahwa kejadian yang dia alami adalah kesalahan Richard. Namun dia tahu bahwa semua tidak sepenuhnya salah Richard.
"Ga--k usah minta ... maaf," jawab Kirana dengan suara yang agak lemah.
Richard menahan air matanya, dia tak percaya bahwa Kirana masih saja memaafkannya, padahal ini sudah kesalahan kedua Richard karena membuat Kirana trauma.
"Aku janji, aku bakal menyelesaikan masalah ini, dan kita tidak akan saling mengenal, aku akan menjauh darimu kalau masalahku sudah selesai," jelas Richard.
Kirana tersenyum, dia tahu walau Richard merupakan tipe pria yang cuek, tapi kenyataannya dia pria yang sangat peduli padanya.
"Kita akan pindah rumah, aku gak akan buat kejadian ini terulang lagi." Richard menggenggam tangan Kirana dengan erat.
Kirana mengangguk setuju, tapi pandangannya mendapati bekas darah di lengan Richard. Padahal Kirana tahu bahwa dirinya tidak terluka.
"Darah ... siapa?" Tunjuk Kirana.
Richard langsung kaget, dia lupa mengganti bajunya. Dia tak menyangka akan membawah Kirana dalam keadaan seperti ini.
"Ah ... ini darah Thomas, aku melihatnya terkapar berlumuran darah." Richard mencari alasan, dia tak ingin Kirana berfikiran yang aneh tentangnya.
"Thomas, a--apa dia baik-baik saja?" tanya Kirana. Gadis itu mengingat jelas bagaimana Thomas di pukuli hingga kepalanya berdarah.
"Aku sudah menyuruh pengawal baruku untuk mengobati Thomas dab pengawal lainnya," jawab Richard.
KRINGG!!
Suara telefon langsung mengalihkan pembicaraan dua insan itu, dengan cepat Richard mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Halo Richard, aku sepertinya sudah dapat lokasi mereka," ucap Arnold dari balik telefon.
"Baiklah aku akan bergegas kesana," jawab Richard dengan tegas. Dia pun memutuskan panggilannya dan hendak keluar saat tangannya meraih jas di bangku.
"Mau kemana?" tanya Kirana saat melihat Richard agak terburu-buru.
"Ah ... klien ku yang dari Amerika ingin bekerja sama, ini tugas penting, maaf aku ninggalin kamu disini," ucap Richard beralasan. Pria itu tak ingin melihat Kirana khawatir dengan dirinya.
Kirana mengangguk, dia juga tak bisa menghalangi Richard dengan pekerjaannya, mereka juga bukan suami-istri betulan.
"Aku sudah menyiapkan pengawalku untuk berjaga di depan, kalau ada apa-apa pencet bell ini saja," ucap Richard setelah menaruh bell di samping Kirana, dia langsung bergegas keluar.
"Aku akan membunuh kalian semua brengsek!" batin Richard dengan penuh emosi.
Dia pun berlari dan turun dari rumah sakit, langkah kakinya di percepat dan langsung melajukan mobilnya keluar dari garasi.
Dalam perjalanan pikiran Richard di penuhi dengan balas dendam, dia ingin balas dendam kepada orang yang menghancurkan hidupnya saat kecil.
Dan sekarang orang-orang itu ingin menerornya dan menargetkan Kirana sebagai mangsa mereka.
"Siapapun bajingan itu, aku akan menangkapnya, brengsek!" Richard memukul pegangan mobilnya.
CKITT!!
Tak memerlukan waktu lama, Richard akhirnya sampai di kantornya, dia bergegas dengan cepat keatas.
Lagi-lagi dia mengabaikan para pekerja kantor yang menyapanya saat masuk kedalam.
Dia mempercepat langkah kakinya menuju Arnold.
KRIETT!!
Pintu kantornya terbuka dan memperlihatkan Arnold yang serius mengotak-atik komputer di depannya.
"Bagaimana?" tanya Richard, nafasnya dan jantungnya tidak teratur dengan baik.
Arnold membalik komputernya dan memperlihatkan sesuatu dalam komputernya.
"Apa ini?" tanya Richard.
"Ini adalah organisasi yang ciptakan untuk meneror, serta menghancurkan hidupmu Richard," jelas Arnold.
Richard menatap tajam sebuah nama organisasi di depannya itu.
"Black Tiger," ucapnya saat membaca nama organisasi itu.
"Yah ... Black Tiger, mereka merupakan organisasi yang di ciptakan oleh orang-orang bertopeng, dan salah satunya topeng monyet yang datang kemarin malam," jelas Arnold.
Richard mengepalkan tangannya dengan kuat, dia sekarang benar-benar emosi. Dia pikir hanya satu orang saja yang menaruh dendam padanya, ternyata banyak orang yang bahkan membuat organisasi hanya untuk menghancurkan hidupnya.
BRAKK!!
Richard memukul mejanya dengan kasar. "Brengsek! Black Tiger atau apapun itu, aku akan menghancurkan organisasi itu."
"Tahan emosimu Richard, justru emosi yang akan membuat lawan menang."
"Bagaimana aku bisa santai dalam keadaan begini? Aku di incar oleh sebuah organisasi, musuhku sangat banyak di luar."
BUKH!
Arnold melayangkan tinjunya di perut Richard. "Ini bukan seperti dirimu yang biasa Richard, tenanglah."
Richard mengatur nafasnya untuk tetap tenang, dia tahu bahwa Arnold mencoba menidurkan sifat Richard yang kejam.
"Dengarkan aku, untuk mengetahui komplotan organisasi ini, kenali mereka. Karena mereka mempunyai tanda tato harimau hitam di setiap bagian tubuh mereka." jelas Arnold dengan tatapan yang serius.
"Iya, aku juga mendapat tanda itu di salah satu anak buahnya pria bertopeng monyet itu." Richard mengingat kejadian malam itu, dimana matanya juga fokus di tanda beberapa penyusup itu.
"Baiklah, apa kita perlu menyusun rencana?" tanya Arnold sambil tersenyum licik.
Richard juga membalas senyuman licik Arnold. "Tentu saja, dan malam ini kita akan menghancurkan organisasi brengsek itu!"
"Aku akan mengungkapkan rahasia ini, tunggu aku Justin Hernandos," batin Richard.
Bersambung....
Pagi hari yang cerah membentang luas diangkasa, matahari menunjukan sinar ultra violetnya dan menyinari seluru makhluk hidup dimuka bumi.Bunga bermekaran dimana-mana sambil menunjukan keindahannya, musim semi menjadi musim yang paling ditunggu semua orang.Tak hanya bunga-bunga saja, bahkan pohon juga menunjukan buah segarnya kepada makhluk hidup lainnya.Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, tiga tahun terlewat begitu saja, semuanya tampak normal pada umumnya.Seluruh kota masih sama seperti dulu, semua bangunan dari pribadi maupun umum masih sama seperti tahun lalu, mungkin yang berubah hanyalah anak-anak kecil yang sudah mulai perlahan beranjak remaja dan dewasa.Dipagi hari yang cerah ini, kebahagiaan mulai terpancar besar disebuah gedung mewah, terlihat banyak sekali orang yang datang menghadiri pernikahan seorang pria dan gadis muda."Selamat atas pernikahannya, Arnold Bernald dan Angelina Casanova."Tulisan tersebut terpampang dengan jelas diatas banguan meg
CEKLEK!!Pintu rumah langsung terbuka dengan lebar, pintasan ingatan langsung terlintas dan membuat jantung Richard berdegub sangat kencang tak teratur."RICHARD!" teriak Kirana saat melihat Richard hampir saja jatuh kebawah.Richard menggelengkan kepalanya dengan kuat, pria itu mencoba menetralisirkan nafasnya."Kalau kamu tidak kuat, kita undur saja," ucap Kirana khawatir dengan mental suaminya itu.Richard menegakkan badannya kembali, dia menatap Kirana diselingi dengan senyuman kecil, tak lama tangannya menggenggam kuat tangan kecil milik Kirana."Aku tidak mau kabur lagi," ucap Richard masih mengeratkan pegangan tangannya.Kirana menatap suaminya itu, walau sudah berkata bahwa dia akan mengatasinya, tapi hati gadis kecil itu selalu saja merasa khwatir akan suaminya.Mereka berdua langsung melangkahkan masuk kedalam rumah, hawa keadaan sekitar langsung berubah dengan drastis.Terasa sejuk didalam, tak dingin maupun panas, seperti membuat tubuh untuk tetap betah dan tinggal disini.
Pagi hari yang selalu diawali dengan cerahnya matahari, kini berganti menjadi mendung seperti musim dingin pada umumnya.Awan menghitam dari subuh, namun air hujan tak kunjung turun setitik pun, dunia seperti sedang bersedih hari ini.Jam menunjukan pukul 07:00, terlihat kedua pasangan yang sudah memakai pakaian serba hitam, mereka akan pergi untuk memperingati hari seseorang."Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard kepada Kirana.Gadis yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tanpa menunggu waktu lama, mobil langsung menuju dengan cepat dijalan raya.Sepanjang perjalanan, Richard tak terlalu membicarakan sesuatu, mungkin kenangan-kenangan pahit itu muncul lagi diingatannya, apalagi Richard belum sepenuhnya melupakan kejadian yang menyeramkan itu.Kirana menatap awan hitam yang membentang luas diatas, langit seperti mengetahui bahwa mereka sedang bersedih hari ini."Seperti biasanya, aku benci awan seperti ini," ucap Richard membuka obrolan.Kirana yang tengah
CKITT!!Mobil hitam pekat itu mendarat disebuah rumah sakit pusat kota, keempat orang itu turun dan menatap bangunan didepan.Didalam perjalanan mereka sempat membatalkan janji untuk pergi jalan-jalan, dan terpaksa mengunjungi seseorang dirumah sakit ini."Apa ayah sudah melakukan pemeriksaan?" tanya Richard dan mendapat anggukan pelan dari Kenneth."Kemarin sudah melakukan pemeriksaan terakhir, mungkin ayah saat ini berada diruang rawatnya," jawab Kenneth.Richard menatap Kirana yang tengah membawakan bungkusan kue untuk Justin.Tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung berjalan masuk kedalam rumah sakit. Berasa dejavu, Richard teringat kembali saat dia berada dirumah sakit sebulan yang lalu, setelah insiden Black Tiger dan Dark Devil.Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan Richard masih ingat bagaimana Andy, musuh mereka yang mati dengan terhormat.Tak mau memikirkan masa lalu yang suram itu, Richard menepuk pelan pipinya supaya tersadar, dan menatap masa depan yang cerah.CKELEK!P
Pagi hari yang cerah mulai menyapa, seperti hari-hari biasa lainnya, semua orang kembali melakukan aktivitas mereka, dari pekerja kantoran sampai anak-anak sekolahan.Disebuah hotel, terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah siap bepergian pulang karena menginap semalaman ditempat ini, ada juga yang menetap menikmati masa liburan mereka."Apa tidak ada yang ketinggalan lagi?" tanya Kirana kepada Keynest, karena gadis kecil itu membawakan banyak sekali buku-buku belajar.Pandangan Kirana tertuju pada Serani dan Acha yang berjalan mendekat, mereka berpelukan dengan Kirana sebelum berpamitan pulang."Kami duluan yah, maaf gak bisa pulang barengan," ucap Serani tak tegaan, karena keadaan membuat mereka seperti ini.Serani dan Acha mereka bekerja disatu perusahaan batik yang terkenal diindonesia, mereka beruntung mendapat cuti libur sehari, dan hari ini terpaksa pergi ke kantor.Kirana tersenyum menatap kedua sahabatnya itu. "Gak apa-apa, setidaknya kalian masih menyempatkan diri untuk
Piknik liburan berakhir dengan cepat hingga malam hari, mereka semuanya setuju untuk melakukan penginapan malam ini.Hawa dingin malam mulai menerpa seluruh tubuh orang-orang, walau tadi pagi cuacanya sedang bagus, tak menutup kemungkinan, karena ini adalah musim dingin.Dari arah pantai, terlihat seorang gadis yang berjalan menyusuri pasir. Dingin yang ia rasakan, walau sudah memakai jaket tebal, tapi dinginnya angin malam ini, benar-benar membuat seluruh tubuhnya seperti membeku.Langkah kakinya terhenti tepat didepan air laut, dia menatap air yang begitu tenang, serta ingatan waktu ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, langsung terlintas begitu saja."Kirana!" teriak seseorang dan membuatnya membalikkan badan kebelakang.Senyumannya mengembang menatap pria yang tengah berlari cemas kearahnya, dengan cepat pelukan hangat langsung dia terima dengan kedatangan pria itu."Kamu dari mana saja? Aku khawatir saat kamu gak ada dihotel," ucap Richard sambil memeluk erat tubuh Kirana.Kirana