Share

08. Black Tiger

Di rumah sakit Mutiara Alkasih, beberapa orang lalu lalang masuk kedalam, ada juga yang keluar.

Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.

Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.

Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.

Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.

Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk.

"Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.

Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.

Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

"Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?" 

Pertanyaan demi pertanyaan langsung di lontarkan kepada gadis yang baru saja siuman.

Kirana menggelengkan kepalanya, dia bahkan merasa mulutnya sangat lelah untuk mengeluarkan sepatah kata.

"Maaf," ucap Richard tiba-tiba.

Kirana tahu bahwa kejadian yang dia alami adalah kesalahan Richard. Namun dia tahu bahwa semua tidak sepenuhnya salah Richard.

"Ga--k usah minta ... maaf," jawab Kirana dengan suara yang agak lemah.

Richard menahan air matanya, dia tak percaya bahwa Kirana masih saja memaafkannya, padahal ini sudah kesalahan kedua Richard karena membuat Kirana trauma.

"Aku janji, aku bakal menyelesaikan masalah ini, dan kita tidak akan saling mengenal, aku akan menjauh darimu kalau masalahku sudah selesai," jelas Richard.

Kirana tersenyum, dia tahu walau Richard merupakan tipe pria yang cuek, tapi kenyataannya dia pria yang sangat peduli padanya.

"Kita akan pindah rumah, aku gak akan buat kejadian ini terulang lagi." Richard menggenggam tangan Kirana dengan erat.

Kirana mengangguk setuju, tapi pandangannya mendapati bekas darah di lengan Richard. Padahal Kirana tahu bahwa dirinya tidak terluka.

"Darah ... siapa?" Tunjuk Kirana.

Richard langsung kaget, dia lupa mengganti bajunya. Dia tak menyangka akan membawah Kirana dalam keadaan seperti ini.

"Ah ... ini darah Thomas, aku melihatnya terkapar berlumuran darah." Richard mencari alasan, dia tak ingin Kirana berfikiran yang aneh tentangnya.

"Thomas, a--apa dia baik-baik saja?" tanya Kirana. Gadis itu mengingat jelas bagaimana Thomas di pukuli hingga kepalanya berdarah.

"Aku sudah menyuruh pengawal baruku untuk mengobati Thomas dab pengawal lainnya," jawab Richard.

KRINGG!!

Suara telefon langsung mengalihkan pembicaraan dua insan itu, dengan cepat Richard mengangkat panggilan itu.

"Halo?" 

"Halo Richard, aku sepertinya sudah dapat lokasi mereka," ucap Arnold dari balik telefon.

"Baiklah aku akan bergegas kesana," jawab Richard dengan tegas. Dia pun memutuskan panggilannya dan hendak keluar saat tangannya meraih jas di bangku.

"Mau kemana?" tanya Kirana saat melihat Richard agak terburu-buru.

"Ah ... klien ku yang dari Amerika ingin bekerja sama, ini tugas penting, maaf aku ninggalin kamu disini," ucap Richard beralasan. Pria itu tak ingin melihat Kirana khawatir dengan dirinya.

Kirana mengangguk, dia juga tak bisa menghalangi Richard dengan pekerjaannya, mereka juga bukan suami-istri betulan.

"Aku sudah menyiapkan pengawalku untuk berjaga di depan, kalau ada apa-apa pencet bell ini saja," ucap Richard setelah menaruh bell di samping Kirana, dia langsung bergegas keluar.

"Aku akan membunuh kalian semua brengsek!" batin Richard dengan penuh emosi.

Dia pun berlari dan turun dari rumah sakit, langkah kakinya di percepat dan langsung melajukan mobilnya keluar dari garasi.

Dalam perjalanan pikiran Richard di penuhi dengan balas dendam, dia ingin balas dendam kepada orang yang menghancurkan hidupnya saat kecil.

Dan sekarang orang-orang itu ingin menerornya dan menargetkan Kirana sebagai mangsa mereka.

"Siapapun bajingan itu, aku akan menangkapnya, brengsek!" Richard memukul pegangan mobilnya.

CKITT!!

Tak memerlukan waktu lama, Richard akhirnya sampai di kantornya, dia bergegas dengan cepat keatas.

Lagi-lagi dia mengabaikan para pekerja kantor yang menyapanya saat masuk kedalam.

Dia mempercepat langkah kakinya menuju Arnold.

KRIETT!!

Pintu kantornya terbuka dan memperlihatkan Arnold yang serius mengotak-atik komputer di depannya.

"Bagaimana?" tanya Richard, nafasnya dan jantungnya tidak teratur dengan baik.

Arnold membalik komputernya dan memperlihatkan sesuatu dalam komputernya.

"Apa ini?" tanya Richard.

"Ini adalah organisasi yang ciptakan untuk meneror, serta menghancurkan hidupmu Richard," jelas Arnold.

Richard menatap tajam sebuah nama organisasi di depannya itu.

"Black Tiger," ucapnya saat membaca nama organisasi itu.

"Yah ... Black Tiger, mereka merupakan organisasi yang di ciptakan oleh orang-orang bertopeng, dan salah satunya topeng monyet yang datang kemarin malam," jelas Arnold.

Richard mengepalkan tangannya dengan kuat, dia sekarang benar-benar emosi. Dia pikir hanya satu orang saja yang menaruh dendam padanya, ternyata banyak orang yang bahkan membuat organisasi hanya untuk menghancurkan hidupnya.

BRAKK!!

Richard memukul mejanya dengan kasar. "Brengsek! Black Tiger atau apapun itu, aku akan menghancurkan organisasi itu."

"Tahan emosimu Richard, justru emosi yang akan membuat lawan menang."

"Bagaimana aku bisa santai dalam keadaan begini? Aku di incar oleh sebuah organisasi, musuhku sangat banyak di luar."

BUKH!

Arnold melayangkan tinjunya di perut Richard. "Ini bukan seperti dirimu yang biasa Richard, tenanglah."

Richard mengatur nafasnya untuk tetap tenang, dia tahu bahwa Arnold mencoba menidurkan sifat Richard yang kejam.

"Dengarkan aku, untuk mengetahui komplotan organisasi ini, kenali mereka. Karena mereka mempunyai tanda tato harimau hitam di setiap bagian tubuh mereka." jelas Arnold dengan tatapan yang serius.

"Iya, aku juga mendapat tanda itu di salah satu anak buahnya pria bertopeng monyet itu." Richard mengingat kejadian malam itu, dimana matanya juga fokus di tanda beberapa penyusup itu.

"Baiklah, apa kita perlu menyusun rencana?" tanya Arnold sambil tersenyum licik.

Richard juga membalas senyuman licik Arnold. "Tentu saja, dan malam ini kita akan menghancurkan organisasi brengsek itu!"

"Aku akan mengungkapkan rahasia ini, tunggu aku Justin Hernandos," batin Richard.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status