PLAKK PLAKK
Mr Monkey baru saja menampar Thomas. Wajah pria itu bahkan sudah penuh darah segar.
"SIAPA YANG NYURUH KAU ANGKAT TELFON INI BRENGSEK! AKU KIRA TADI KIRANA YANG ANGKAT!" Teriakan Mr Monkey menggelegar memenuhi ruangan.
Bukannya menjawab, Thomas malah terkekeh.
PLAKK!!
Tamparan pun di layangkan di wajah Thomas, pria itu sudah tak bisa bergumam lagi.
"Brengsek! Bikin susah saja, lagian siapa yang nelfon tadi," ucap Mr Monkey setelah membanting tubuh Thomas di bawah lantai.
"Cari wan--" Perkataan Mr Monkey terhenti saat mereka semua mendengar beberapa buah suara mobil yang baru saja datang.
"Sial!"
Mereka semua langsung berhamburan keluar dari pintu belakang.
"TANGKAP MEREKA!" Teriak Richard saat melihat mereka yang berhamburan keluar.
Dengan secepat kilat, seluruh penjaga Richard berlarian untuk mengejar para penyusup itu.
Richard tak ingin tertinggal dari para pengawalnya, dia dengan cepat berlarian dan mengeluarkan pistol dari saku bajunya.
DOR! DOR
Suara tembakan terdengar di berbagai arah penjuru, bahkan peluru pistol yang di layangkan Richard berhasil mengenai beberapa anak buah Mr Monkey.
"Brengsek! Tangkap pria bertopeng itu!" teriak Richard karena ia sedikit tertinggal jauh dari belakang pengawalnya.
Namun semua sia-sia, mobil hitam pekat dengan cepat mendarat dan membawa Mr Monkey serta anak buahnya yang mengikutinya di belakang.
"TUNGGU BRENGSEK!"
Nafas Richard kini tak teratur, bukan kelelahan yang ia rasakan, tapi rasa emosi dan membunuh yang di campurkan menjadi satu di dalam dirinya.
Dia berbalik arah, kini dia berdiri tepat di depan lima anak buah Mr Monkey yang berhasil mereka tangkap.
"Dimana Kirana?" tanyanya sambil menodongkan pistol di kepala salah satu penyusup yang tertangkap.
Namun, bukannya menjawab, penyusup itu malah terkekeh sambil menunjukan wajah menjijikannya. Penyusup itu tahu bahwa Richard tak berani menembak atau membunuh orang.
DOR!
Semua pengawal serta empat penyusup yang tersisa itu kaget dengan tindakan Richard.
Mereka pikir karena Richard seorang publik figure, dia harus menjaga image. Tapi? Tapi apa yang terjadi di depan mereka.
Seseorang baru saja mati di tangan pria itu.Richard kembali menuju penyusup kedua.
"Dimana Kirana?" tanyanya sekali lagi, tapi kali ini dia juga ikut menunjukan wajah dingin serta membunuhnya.
Penyusup yang di depannya Richard tak bisa berkutik apa-apa lagi. Dia tidak tahu bahwa yang mereka lawan adalah iblis yang sesungguhnya.
"Ma--maafkan aku, aku hanya di suruh," ucap penyusup itu sambil menundukkan kepalanya di kaki Richard.
Bukannya bersimpati, Richard malah menendang tubuh penyusup itu, hingga ia tersungkur ke bawah.
"Jawab pertanyaanku saja," ucapnya dengan nada dingin, tapi pistol di tangannya tak ikut lepas dari target kepala penyusup.
"A-aku tidak tahu, kam--"
DORR!!
Tak berperasaan. Richard baru saja menembak seorang penyusup yang baru saja ingin menjawab pertanyaanya.
Dia pun berjalan kearah penyusup ketiga, dan penyusup yang menjadi target Richard hanya bisa meneguk ludahnya kasar.
"Jawab pertanyaanku, aku tak ingin mendengar alasan konyolmu, brengsek!" Richard mengancam penyusup yang ada di depannya itu.
"Kami tidak tahu dimana Kirana, saat kami mengalahkan semua pengawalmu, kami tak menemui Kirana di kamarnya." Jelas penyusup ketiga itu dengan cepat. Ia takut nyawanya akan di renggut seperti kedua temannya itu.
Richard mengambil ponsel di balik saku jas hitamnya, dia menelpon seseorang.
KRINGG!!
Bunyi deringan telfon yang berbunyi kuat di tempat mereka.
"Ponsel siapa itu?" tanya salah satu pengawal Richard.
Mereka pun memeriksa penyusup keempat. Dan ternyata penyusup keempat yang memegang ponsel Kirana yang ia dapatkan di kamar.
"Bu--kan aku, tad--"
DORR! DORR!
Suara tembakan yang begitu keras, dan terlihat penyusup keempat dan kelima tewas berlumuran darah di depan mereka.
Tinggal tersisa penyusup ketiga yang sedari tadi sudah keringat dingin, nafas serta dentuman jantungnya tak teratur.
"Bereskan mereka semua, kecuali dia ... tangkap dia ke penjara bawah tanah," ucap Richard kepada para pengawalnya itu.
Dia pun berlari meninggalkan mereka semua, arah larinya menuju apartemen.
"Kirana, semoga kamu baik-baik saja," gumam Richard, dia tak mau kehilangan orang-orang terdekatnya lagi. Cukup dengan kematian ibunya Amanda saja yang membuat Richard terpuruk, jangan Kirana.
Richard masuk kedalam apartemennya itu, matanya menangkap beberapa pengawalnya serta Thomas yang tak sadarkan diri di lantai.
"Brengsek! Aku akan membalas mereka," ucap Richard, dan dia pun melangkahkan kakinya naik keatas.
Tak menunggu waktu lama, akhirnya Richard sampai di atas, dia berlari menuju kamar.
Kosong. Richard tak melihat orang yang ia cari berada di kamar itu, ia hanya melihat kamarnya yang sudah di obrak abrik oleh penyusup tadi.
"Kirana kamu dimana?" ucap Richard. Namun langkahnya terhenti saat melihat pintu loteng yang tak sempat Mr Monkey tutup.
Dia pun berjalan kearah kursi dan langsung menaikinya. Richard langsung melemas, dia tersenyum bahagia melihat orang yang ia cari tengah pingsan di dalam loteng.
"Maafkan aku Kirana, maafkan aku yang datang terlambat untuk menolongmu." Richard menuruni loteng, setelah ia berhasil membopong tubuh Kirana.
Richard langsung berlarian untuk turun, dia bergegas ke rumah sakit karena takut Kirana kenapa-kenapa.
"Aku akan membalas perbuatan kalian brengsek!" batin Richard dan melajukan kecepatan mobilnya ke rumah sakit.
BERSAMBUNG...
Di rumah sakit Mutiara Alkasih, beberapa orang lalu lalang masuk kedalam, ada juga yang keluar.Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk."Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya."Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"&n
Jam menunjukan pukul 09:00, menandakan bahwa pertumpahan akan terjadi.Richard telah mengumpulkan semua pasukannya. Pasukan yang ia ambil dari pembunuh tingkat atas, serta mantan komandan militer terkuat di indonesia dan negara luar."Kalian harus membunuh siapapun yang kalian temui di gedung itu! Jangan biarkan seekor nyamuk lolos dari gedung itu!" Richard berbicara dengan lantang, dia baru saja menjelaskan struktur bangunan markas Black Tiger."SIAP!" teriak mereka semua serempak.Richard menatap pengawalnya yang sibuk mengetes beberapa perlengkapan yang akan mereka bawah di pertarungan ini.Dari jauh Arnold berjalan mendekat lalu merangkul pundak Richard. "Kita harus kalahkan mereka malam ini.""Tentu saja, dengan ini aku bisa tahu siapa dalang di balik semua ini, dan aku akan menghancurkanmu Justin Hernandos," ucap Richard menggebu-gebu.Emosinya benar-benar memuncak, yang ada di pikirannya hanya niat untuk membunuh. Walau s
DORR!"TUAN!!" teriak Thomas saat dia melihat Richard yang baru saja tertembak hingga ia tersungkur kebawah.Thomas dengan cepat mengarahkan shotgunnya kearah orang yang menembak Richard, orang dengan topeng monyet, serta sepuluh penjaga yang berdiri di belakangnya."Aku tidak menyangka kalian akan menyerang markas kami, sungguh tindakan yang bodoh Richard," ucap Mr Monkey."Kau ... brengsek!" Thomas mengkongkang shotgunnya."Percuma kau melancarkan serangan itu, kau hanya akan membuang nyawamu," ucap Mr Monkey dengan santai.Nafas Richard tak teratur, penglihatan dan pendengarannya kurang tajam, rasanya dia akan kehilangan kesadaran di saat seperti ini."Sial! Aku harus selesaikan semua hari ini." Richard memaksa dirinya untuk berdiri, dia menatap tajam Mr Monkey.Mr Monkey terkekeh geli. "Baru kali ini aku melihat orang yang masih saja bertindak bodoh.""Brengsek! Aku akan menghancurkan kalian semua." Richard berdiri,
DORR!!Peluru yang Richard lancarkan berhasil melumpuhkan kedua tangan Mr Monkey, kini dia tak bisa berkutik apa-apa lagi."Siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan semua ini?" tanya Richard ketika Mr Monkey sudah terbaring lemas di bawah.Mr Monkey terkekeh. "Kamu pikir sudah menang Richard? Semua masih belum berakhir.""Apa keluarga Hernandos dibalik penyerangan dan teror semua ini?""Aku tak mengerti dengan apa yang kau katakan.""JAWAB AKU BRENGSEK! JANGAN ALIHKAN PERTANYAANKU!""Lebih baik aku mati, dari pada harus memberitahu hal ini kepadamu." Mr Monkey terkekeh.Richard meraih topeng monyet yang di pakai Mr Monkey, dan langsung melepaskannya. Mata Richard menatap wajah di depannya itu, dia tak mengenal orang yang di sebut Mr Monkey ini."Siapa yang membayarmu untuk melakukan ini?" tanya Richard sambil menodongkan senjata yang ia pegang."Jangan buang-buang nyawaku, bunuh aku saja Richard!"K
"Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard saat mengisi beberapa kardus serta koper yang baru saja ia masukan di dalam jok mobil.Kirana menggelengkan kepala dan berjalan kearah Richard sambil membawa kardus terakhir. "Gak ada lagi."Mereka berdua masuk kedalam mobil, dan melaju dengan cepat.Hari ini Kirana dan Richard akan mendiami rumah baru mereka, dari kejadian yang mereka alami, inilah kebebasan yang sesungguhnya.Kejadian yang menjadi sebuah awal pertempuran dan akhir untuk Kirana serta Richard.Mobil Richard melaju dengan cepat di jalan raya, tapi dia tiba-tiba membelok haluannya kearah yang berlawanan."Mau kemana?" tanya Kirana agak keherangan."Kamu gak lupa kan?" tanya Richard balik.Kirana langsung mengingat kemarin malam, dia mengingat jelas Richard berbicara tentang semua kejadian tadi malam.Kirana agak senang karena Richard telah terlepas dari belenggunya dan Richard juga bisa menyelesaikan ko
"Belok kiri pak," ucap Kirana kepada pak supir.Kirana sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi, setelah kejadian di rumah beberapa menit yang lalu, ia melihat Richard di tahan oleh polisi.Tak lama beberapa jam, mobil taxi yang mengantarkan Kirana berhenti tepat di kantor pusat kepolisian."Makasih pak," ucap Kirana sambil menyondorkan uang, ia lalu bergegas keluar.Kirana menggigit bibir bawahnya, dia khawatir kalau Richard akan di tahan.BRUKK!!"Auh ..." Kirana meringis kesakitan, tubuhnya terpental jatuh kebawah ketika bertabrakan dengan seseorang."Ahh maaf, apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang baru saja menabrak Kirana.Kirana langsung mendongakkan kepalanya keatas, tiba-tiba pria yang ada di depannya langsung kaget."Kamu ... Kirana?" tanyanya masih dengan keadaan kaget.Kirana berdiri dan langsung menyesuakan keseimbangannya, dia menatap pria yang ada di depannya itu."Siapa yah?" tan
Malam hari menunjukan pukul delapan tepat, terlihat dua orang insan tengah melakukan aktifitas mereka di rumah baru."Ini yang terakhir," ucap Kirana setelah memberikan box terakhir untuk Richard."Pekerjaan kita jadi banyak karena kamu," keluh Richard sembari membereskan barang-barang di dalam box."Inikan salah kamu, siapa suruh kamu ketangkap polisi." Kirana tak mau mengalah."Kan udah aku bilang jangan ikut aku lagi." Richard berpegang teguh pada pendiriannya."Kamu pikir aku gak khawatir.""Kamu khawatirin aku?""Iyalah."Richard tercengan, dia kaget ketika Kirana ternyata mengkhawatirkan dirinya."Aku khawatir, karena kalau kamu ketangkap siapa yang mau menyelesaikan kontrak ini." Sambung Kirana dan berhasil menjatuhkan ekspetasi Richard.Richard berdiri ketika dirinya telah menyelesaikan box terakhir itu, dia melangkahkan kakinya menuju ke atas."Gak mau di antar?" tanya Kirana.Richard member
KRINGG!!Sebuah panggilan telfon yang berdering dengan sangat kencang hingga memenuhi ruangan kamar pria yang sedang tertidur ini.Pria itu sedikit terusik, dia mengangkat tangannya dan mencari-cari ponselnya dengan keadaan mata masih tertutup."Halo," ucapnya dengan suara yang sedikit agak parau."RICHARD! KAMU GAK LUPA HARI INI KAN!" Teriakan dari balik ponsel membuat Richard menjauhkan ponselnya dari telinga."Berisik tau, kamu nelpon cuman buat teriak doang?""Astaga Richard! Kamu lupa kalau hari ini ada acara penting?"Richard langsung bangun dari tidur, matanya terbuka lebar, dia baru ingat ada acara penting hari ini."Kenapa gak bilang dari tadi," gerutu Richard, dia turun dari kasurnya, lalu pergi berjalan menuju kamar mandi.Tak sampai beberapa menit, Richard akhirnya telah selesai mandi dan juga berganti pakaian, dia menatap dirinya yang sudah terpampang rapi di kaca.Richard mengambil tas kantorny