Share

BAB 7 (Pasukan Kerajaan)

Malam setelah Riku mendapat kekuatannya, ia terbangun setelah kelelahan tadi sore. Ia pergi ke ruang makan, perutnya lapar setelah seharian berlatih dengan Morgan.

Sesaat setelah sampai, kakek tengah duduk sendirian di meja makan. Riku duduk, dan langsung mengambil makan, tak memperdulikan kakeknya.

"Kau kelelahan? Dasar lemah!? Hehe." Ucap kakeknya, membuat Riku menahan suapannya, waktunya membalas.

"Bilang saja kau iri, heh. Sekarang aku sudah kuat, dan setelah berlatih menjadi lebih kuat, aku akan pergi dari sini."

"Berkelana jauh, menuju tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi. Tempat dimana kau tidak bisa memarahiku."

"Lalu--" ucapnya tertahan.

"Pergi mencari ayah." Ucap Riku, dan melanjutkan makan.

Kakek hanya memandangnya diam

Dia sudah tumbuh secepat ini hah? Hehe. Lihat lah Kuri! Anakmu akan pergi mencarimu, gumam Kakek.

"Mungkin ini saatnya aku bercerita tentang ayahmu, Riku." Ucap Kakek yang disusul keheningan.

Riku terdiam tak melanjutkan makannya, matanya memandang kakek yang nampak begitu serius akan menceritakan, iya--menceritakan ayahnya. Setidaknya, cerita ini akan lebih jauh dari itu.

***

Dahulu, jauh setelah sang ahli sihir legendaris--Cigam, memecah kekuatannya, yaitu lima ratus tahun setelah itu.

Sihir berkembang dengan pesat di seluruh penjuru benua Meera, secara berangsur, semua orang di dalamnya, mulai memiliki sihir, memiliki kekuatan, ada yang unik, ada pula yang biasa, ada yang kuat, namun juga ada yang lemah.

Demikian kehidupan di mana pun akan berjalan sebagaimana biasanya, lalu fakta yang memilukan dimana yang kuat senantiasa menindas yang lemah.

Raja pada saat itu, ayah dari raja yang sekarang. Melihat hal tersebut sebagai sebuah tindakan keji yang melawan niat baik sang ahli sihir legendaris, Rouza namanya.

Menjadi salah satu dari pemilik kekuatan yang kuat, Rouza pergi mengunjungi tiap daerah di seluruh benua, mengalahkan para penjahat sihir yang berkeliaran di seluruh dunia, mengalahkan para pemilik kekuatan besar, mengalahkan dan terus mengalahkan.

Namanya yang mulai terdengar seantero benua Meera, membuat banyak orang mencarinya, untuk berlatih, dan juga untuk bergabung membasmi seluruh kejahatan di benua Meera. Rouza adalah orang yang baik, namun tegas, tidak ada syarat tertentu bagi mereka yang ingin bergabung dengannya, hanya tujuan dan semangat yang sama, siapapun berhak untuk bergabung.

Selama hampir setengah tahun, tidak terhitung sudah berapa banyak penjahat sihir yang ia kalahkan, begitu pun bersama pasukannya. Nama Rouza berserta pasukannya menjadi sebuah mimpi buruk bagi para pelaku kejahatan, tidak ada yang bisa lepas dari radar pasukan Rouza, para pasukan terbaik dari seluruh benua Meera, para pemilik kekuatan unik, menjadi basis pasukan Rouza yang tidak bisa dihancurkan pada masanya.

Melihat kehidupan yang tenang dan tentram, tidak membuat Rouza diam, dia merasakan sesuatu yang lain, dia takut akan kejahatan yang bergerak dalam senyap, yang ia pun tidak mampu merasakannya, nalurinya berbisik, bahwa sebuah kekuatan jahat akan datang.

Menindak lanjuti semua itu, dengan kekuatannya, dan seluruh pasukannya, ia membangun sebuah kerajaan yang bergerak menjadi pusat kepemimpinan benua Meera, dan juga menjadi tempat bagi mereka yang ingin melindungi benua ini.

Rouza menjadi raja, dan sisanya menjadi apa yang kini disebut dengan Pasukan Kerajaan, pasukan paling elit di seluruh benua Meera.

Puluhan tahun berlalu, kerajaan bergerak sesuai semangat dari para pendahulunya. Berjalannya waktu, pada akhirnya, kepemimpinan Rouza pun diganti, oleh seorang penerus terbaiknya, seorang pemimpin dari pasukan kerajaan, Ralph, kini ia diangkat menjadi raja.

Kepemimpinan Ralph bergerak dengan baik setelahnya, dengan kebijakannya, seluruh aspek-aspek penting di benua Meera mulai dibangun, perdagangan, perkebunan, dan pola-pola kehidupan yang lebih umum, yang terlepas dari rasa takut akan sebuah kekuatan jahat.

Sebab Ralph yang diangkat menjadi raja, maka pasukan kerajaan ikut beregenerasi mencari anggota baru, para pejuang baru, dan Kuri--ayah Riku, menjadi salah satunya.

Semua berjalan sebagaimana seharusnya, secara pesat Kuri berkembang, dia yang pada awalnya dihina sebab begitu sulit mengendalikan kekuatannya, kini menjadi yang tidak terkalahkan, semua percaya padanya.

Melihat hal itu, Ralph pun setuju, entah bagaimana mengatakannya, ia melihat sesuatu yang sama antara Kuri dengan sang raja, Rouza. Lalu tanpa sadar, Ralph sudah mengangkat Kuri, sebagai pemimpin pasukan kerajaan. Dia adalah yang terkuat, dia adalah yang termuda di umurnya, dia adalah Kuri, pengguna sihir api murni, pemimpin pasukan kerajaan. Dari sini lah, cerita utamanya dimulai.

Ketakutan akan sebuah kekuatan yang gelap lagi berbahaya juga ada di dalam diri Ralph, sebuah ketakutan yang ia tahu sekali bagaimana kekuatan tersebut, yang nantinya akan diceritakan.

Ia pun mulai melatih pasukan kerajaan menjadi lebih kuat, berharap jika kekuatan jahat muncul, semua akan siap untuk mengalahkannya. Sayangnya, apa yang ditakutkan oleh Ralph, kekuatan jahat itu, muncul, datang menyerang.

Empat belas tahun yang lalu, satu tahun setelah kelahiran Riku. Kuri ayahnya mendapat panggilan dari sang raja, Ralph. Kuri segera pergi menuju kerajaan.

"Hamba datang, Raja. Ada hal apa sampai Raja memanggil hamba kesini?" Ucap Kuri, seraya membungkuk kan tubuhnya, layaknya seorang hamba di hadapan rajanya.

"Bangun lah prajurit, tidak perlu se-formal itu di hadapanku." Ucap Raja.

"Demikian lah titah baginda." Kuri pun berdiri menatap Rajanya.

"Kejahatan telah datang."

"Kekuatan gelap. Kekuatan yang selalu aku ucapkan padamu bagaimana menakutkannya kekuatan itu." Jelas Raja.

Kuri memandangi Raja, tenang.

"Lantas, apa yang harus kita lakukan, yang mulia." Tanya Kuri.

Tidak ada hal yang terlalu mengejutkan bagi dia. Khusus untuk kekuatan jahat ini, dia sudah punya pengalaman sendiri yang tidak pernah ia ceritakan.

"Kita panggil pasukan, kita akan bertempur dengannya."

"Siapkan semuanya, kita bertempur esok hari di lembah kematian." Pinta Raja.

Kuri mengangguk.

"Baik, yang mulia. Laksanakan." Ia menunduk, dan memohon izin untuk pergi.

"Kuri." Panggil Raja.

"Baik, yang mulia?" Ucapnya seraya membalikkan badannya.

"Aku akan bertarung"

Kuri terkejut melihat apa yang dikatakan Raja, dia hendak menolaknya, karena tidak pantas seorang raja ikut bertarung dalam peperangan.

Tapi, mata itu, adalah mata seseorang yang bersungguh-sungguh, Kuri tahu itu.

Kuri hanya menundukkan badannya.

"Baik, yang mulia. Demikian keinginanmu adalah perintah untukku." Ia kembali menegakkan tubuhnya.

Sesaat tangannya terkepal dan ia posisikan tepat di dadanya, sikap hormat.

"Aku akan membersamaimu dalam pertarungan, bahkan sampai neraka terdalam."

"Demikian sumpahku padamu, hamba mohon izin untuk pergi."

Kuri pun pergi meninggalkan kerajaan.

Hal yang pertama dan terpenting bagi Kuri pada saat itu adalah menyelamatkan anaknya, ia pun pergi membawa Riku menuju rumah ayahnya, Yuo, kakek Riku.

Kuri datang begitu saja, menemui ayahnya, dan menyerahkan Riku, lalu beranjak pergi. Kakek hanya berpesan.

"Kembalilah, Kuri. Aku tidak akan bisa menjaga Riku sebaik dirimu."

Kuri menghentikan langkahnya, terdiam sejenak.

"Aku tidak bisa memastikan. Aku mohon, jaga dia."

Kuri pun dengan cepat pergi meninggalkan rumah.

Pertempuran besar pun terjadi, pertempuran terbesar di masanya. Pertarungan sengit terjadi, antara pasukan kerajaan dengan para pemilik kekuatan jahat, pemimpin mereka, terlalu kuat. Namun, tidak menjadi alasan bagi para pasukan kerajaan untuk menyerah, terlebih Kuri. Pertempuran besar itu berlangsung cukup lama, dengan kemenangan diraih oleh pasukan kerajaan.

Pemimpin kekuatan jahat berhasil dikalahkan dengan serangan terkuat yang pernah ada, serangan yang dibayar dengan nyawa pemilik kekuatannya, sang pemimpin pasukan kerajaan--Kuri, telah gugur dengan kekuatan terakhirnya, mempersembahkan kemenangan bagi kerajaannya.

Raja dan seluruh pasukan bersedih ditinggal pasukan terbaik mereka, pemimpin mereka, walau mereka tahu, ia pergi dengan membawa kemenangan bagi kerajaan dan ketentraman bagi rakyat benua Meera.

Namun, dengan cepat mereka menghentikan kesedihan itu. Mereka sadar, tidak ada yang perlu disesali dalam sebuah pengorbanan.

Begitu lah kisah Kuri, yang dikenal sebagai pemimpin pasukan kerajaan terbaik pada masanya, sang pemilik kekuatan api murni. Kakek menghentikan ceritanya hanya sampai disana, padahal masih banyak bagian yang belum diceritakan, namun ia yakin kelak Riku akan mengetahui itu dengan sendirinya, dan itu lebih baik baginya.

Riku yang mendengar dengan jelas kisah ayahnya hanya bisa menangis bahagia mendengar bagaimana ayahnya berjuang dengan segenap kekuatannya, walau gugur adalah harga dari perjuangan itu.

Ia pun semakin bangga dengan kekuatannya, kekuatan yang sama dengan ayahnya, api murni, yang memang belum ia ketahui sepenuhnya, bahwa kekuatannya lebih dari sekedar api yang membara. Lalu, apakah itu?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status