Home / Pendekar / Rimba Memburu Senala / 25- Dan Itu Menyangkut Senala

Share

25- Dan Itu Menyangkut Senala

Author: Erbidee
last update Last Updated: 2025-06-10 12:04:57

Sebagai seorang perempuan, Senala memiliki kepekaan. Meskipun hari-harinya semenjak bayi dihabiskan di Hutan Belubuk bersama Mamak Jambul dan si Manis, tetap saja anugerah berupa kepekaan sebagai seorang perempuan itu dia dapatkan. Sebuah kepekaan akan anasir cinta. Sebuah hal yang belum sepenuhnya dia mengerti, hanya dapat dia rasakan. Dalam pandangan Senala, si Culun murid Calistung itu kian lama memiliki gelagat aneh. Setiap kali berdekatan dengannya, si Culun itu bertingkah salah. Senala bahkan sempat mencuri pandang bagaimana cucuran keringat di dahi murid Calistung itu nyaris membuat basah wajahnya. Bajunya pun begitu. Basah. Warna putih bajunya menjadi kusam akibat lepek oleh pori-pori di tubuhnya bak menjadi sumber banjir bandang keringat. Namun Senala hanya tersenyum saat melihat semua tingkah Rimba Rangkuti.

Senala tidak suka si Culun. Selama Calistung dan muridnya itu bertemu dengannya, perintah Mamak Jambullah yang membuat Senala mau menemani Rimba Rangkuti.

“Mereka berdua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Rimba Memburu Senala   30- Zulaika Bertemu Salman

    Bukit yang dimaksud Pak Ranu memang memiliki danau. Danau itu jernih karena airnya bersumber dari mata air. Namun informasi yang diberikan oleh Pak Ranu tidaklah jernih. Rimba Rangkuti menjadi kecewa manakala menemukan seorang perempuan yang duduk bersimpuh sendirian di pinggir danau. Murid Calistung itu segera mengetahui bahwa perempuan itu bukanlah Senala. Senala tidak menggunakan cadar.Calistung segera menepuk dahi begitu menyadari bahwa Pak Ranu itu sudah sepuh, buta warna dan mulai pikun.Begitu Calistung menjelaskan ihwal Pak Ranu kepada Rimba, raut wajah remaja tanggung itu bagai awan gelap, pucat.Perempuan bercadar ungu itu menolehkan wajah begitu menyadari ada sesuatu yang terdengar seperti melangkah di antara rerumputan. Dengan waspada, tubuhnya bangkit sedang kedua matanya tajam menyelidik kepada Calistung dan Rimba.“Jangan berprasangka buruk, Nona ...,” Calistung berkata untuk memudarkan kekhawatiran perempuan itu. “Saya Calistung. Dan ..., ini Rimba Rangkuti.”Rimba me

  • Rimba Memburu Senala   29- Jingan Berambut Panjang dan Berjubah

    Pagi hari di Padepokan Mamak Jambul, pada satu sudut tanah lapang berumput sebetis, Senala memperhatikan gurunya dan Baramundi yang berdiri saling berhadapan.“Mereka berdua serius sekali kelihatannya,” ujar Senala pelan. Sedang kedua tangannya sibuk membereskan perabotan makan yang hendak dibawanya untuk dicuci, kedua mata Senala beberapa saat terus memperhatikan mereka berdua masih berbincang sambil berjalan berdampingan. Dengan satu baskom berisi perabotan kotor di kedua tangannya, Senala menuju dapur.Sementara itu, Baramundi dan Mamak Jambul masih serius berbincang. Dan apa yang menjadi bahan perbincangan itu menyangkut Senala, murid semata wayang Mamak Jambul.“Sebagai pewaris seluruh kemampuan bela dirimu, Senala harus cepat belajar menyerap seluruh ilmu yang engkau miliki dalam waktu singkat, Mak.” Baramundi mengelus jenggotnya yang hitam.Tanpa menimpali, Mamak Jambul melangkah berdampingan dengan Baramundi. Perempuan itu sedang merenung untuk mencari cara yang terbaik agar S

  • Rimba Memburu Senala   28- Danau yang Mengisahkan Kenangan

    Zulaika duduk bersimpuh di pinggir danau. Sekelilingnya menghampar pemandangan indah. Desir angin yang berasal dari lereng gunung menerpa wajahnya, membuat rambut panjangnya yang terjurai bergerak-gerak anggun bersama helaian cadarnya.Ingatan perempuan itu kembali ke masa lalu. Satu masa di mana kenangan-kenangan indah itu bermula. Sebagai gadis, para lelaki pada masanya banyak yang menyukai dan ingin menyuntingnya sebagai istri. Dan suatu hal yang wajar bila Zulaika digandrungi banyak pemuda. Sebagai perempuan, Zulaika terlahir dengan anugerah berupa kecantikan memesona.Dari sekian banyak pemuda, beberapa dari mereka berusaha mendekat untuk mendapatkan perhatian dan hati Zulaika. Namun gadis itu tidak mudah untuk ditaklukkan.“Zulaika, menikahlah denganku, maka akan kujadikan engkau bagai ratu,” mohon seorang pemuda yang terkenal orang tuanya kaya raya. Pemuda itu bertandang ke rumah orang tua Zulaika dengan membawa buah tangan berupa harta benda seperti emas dan perak serta pakaia

  • Rimba Memburu Senala   27b- Pertarungan yang Nyaris Terjadi

    Langkah kaki mereka menyusuri jalan setapak berbatu menuju markas GPBTTB. Malam semakin pekat, tetapi bayangan dari pendar pedang hijau milik Jit memberikan cukup penerangan untuk bergerak dengan hati-hati. Di sisi lain, Cucu melangkah dengan tenang, tubuh besarnya hampir tidak menimbulkan suara.Raka berjalan di samping Rimba, sesekali melirik sosok tinggi besar itu. “Kau dan sahabatmu, dari mana kalian berasal?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan gelap di depan.Rimba tersenyum tipis. “Jauh. Lebih jauh dari yang kau bayangkan.”Jut, yang berjalan di belakang mereka, menatap Cucu dengan gelisah. Sosok besar itu telah menunjukkan kekuatannya beberapa saat lalu. Meskipun dia tidak menyerang, keberadaannya masih mengundang ketegangan.“Kau berbicara seolah tempat itu bukan bagian dari dunia ini,” ujar Jit sambil mengayunkan pedangnya perlahan, memastikan cahaya hijau tetap menerangi langkah mereka.Rimba tidak segera menjawab. Dia hanya memandang ke depan, matanya menelis

  • Rimba Memburu Senala   27a- Pertarungan yang Nyaris Terjadi

    Sebuah lingkaran berwarna kuning emas menyala terang menyilaukan. Lingkaran itu tiba-tiba muncul di sebuah lembah terpencil di wilayah Ragajaya. Percikan-percikan yang lepas dari lingkaran itu bagai bunga api petasan yang melesat ke langit. Dua makhluk keluar dari bagian dalam lingkaran yang nyala emasnya berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Dengan hati-hati, langkah kaki kedua makhluk itu meloncat untuk menghindari warna kuning emas yang berputar ajek. Meskipun lingkaran itu serupa bak keajaiban, tetapi lembah terpencil itu tetap hening. Lingkaran berwarna kuning emas menyala itu tidak bersuara. Beberapa detik kemudian, lingkaran itu lenyap. Lembah terpencil itu kembali gelap pekat.Dari kejauhan, Raka dan orang-orang yang tergabung dalam Gerakan Pembebasan dari Bercocok Tanam yang Tidak Berkeadilan (GPBTTB) melihat dengan jelas apa yang terjadi di lembah terpencil barusan. Meskipun peristiwa itu terjadi kurang dari satu menit, itu sudah menjadikan rasa penasaran mereka tergeli

  • Rimba Memburu Senala   26- Rimba Risau

    Meninggalkan Padepokan Mamak Jambul membuat murid Calistung itu bersedih. Wajahnya menjadi murung. Jarang tersenyum. Sering melamun. Remaja berambut ikal itu kian sering menyendiri. Ketika mengikuti langkah kaki gurunya menuju suatu tempat, dia memilih membuntuti sembari melamun. Calistung menjadi lebih sering menengok ke belakang selama berjalan sekadar memastikan bahwa muridnya tidak salah jalan.Apa yang dirasakan Rimba mungkin adalah suatu rasa yang belum dia kenal, tetapi membuatnya seakan-akan dunia berubah. Senala, sudah berhasil membuat hatinya senantiasa berdenyar bila berdekatan dengan gadis itu. Darah di balik kulitnya berdesir. Bulu kuduknya meremang, pori-pori kulitnya menjadi getol mengeluarkan keringat. Namun yang pasti, berdekatan dengan Senala membuatnya bahagia. Hatinyalah yang merasakannya. Dan itu bagai candu. Oleh karena itu, saat berpisah dengan Senala, candu itu tidak ada. Tidak bisa lagi dia mabuk kepayang. Dia bagai kehilangan sebagian jiwa. Kehilangan semanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status