Beranda / Pendekar / Rimba Memburu Senala / 35b- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

Share

35b- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

Penulis: Erbidee
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 12:12:18

Kabut Bukit Berkabut semakin pekat, membungkus pohon-pohon tua dalam bayangan yang samar. Angin berembus pelan, mengusap lembut cadar ungu yang menutupi wajah Zulaika. Dia berjalan sejajar dengan Baramundi, tapi pandangannya tidak pernah benar-benar lepas dari lelaki itu.

"Baramundi," panggilnya lirih.

Pendekar Golok Rajawali itu melangkah tanpa menoleh. Sejak mereka meninggalkan teras rumah, pikirannya terjebak dalam pusaran kenangan yang belum bisa dia pecahkan.

Zulaika menghela napas lalu mempercepat langkahnya agar bisa sejajar dengannya. "Aku ingin bertanya sesuatu," katanya. Nada suaranya hati-hati dengan penuh harap.

Baramundi akhirnya menatapnya sekilas, tapi hanya dengan sisa-sisa perhatian. "Apa itu?"

Perempuan bercadar ungu itu menelan ludah, menimbang kata-kata yang tepat. "Kalikabur. Apa kau benar-benar tak mengingat apa pun tentang malam itu?"

Langkah Baramundi terhenti. Ada sesuatu yang menusuk di dadanya—sesuatu yang be

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Rimba Memburu Senala   35d- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

    Baramundi berdiri diam di tengah kabut yang terus bergerak, seolah-olah Bukit Berkabut sendiri sedang bernapas. Jemarinya gemetar saat dia menyentuh gagang Golok Rajawali yang tergantung di pinggangnya. Selama ini, senjata itu hanya dia kenali sebagai alat bertarung—sebuah bagian dari dirinya yang terpisah dari ingatannya. Namun kini, sesuatu dalam dirinya bergetar, seakan-akan Golok Rajawali tidak sekadar baja yang ditempa untuk membunuh. Ia adalah saksi bisu dari malam yang merampas segalanya dari Salman Baramundi.Zulaika tetap di sisinya, menunggu tanpa mendesak. Dia tahu ingatan Baramundi tidak akan kembali dalam sekejap, tapi dia juga tahu bahwa lelaki itu sedang bergulat dengan sesuatu yang semakin mendekati kebenaran.Baramundi menatap ujung goloknya yang terbungkus sarung kulit tua. Kilasan-kilasan ingatan mulai muncul—kilat baja yang bersinggungan, suara dentingan yang mengisi udara, dan wajah seorang lelaki yang pernah menjadi musuh bebuyutannya.

  • Rimba Memburu Senala   35c- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

    Kabut di Bukit Berkabut semakin menebal, menyelimuti pohon-pohon tua yang berdiri kokoh di lereng bukit. Cahaya matahari merembes melalui celah-celah dedaunan, menciptakan kilasan-kilasan cahaya yang berpendar di antara embun yang masih menggantung di rerumputan. Udara di sekitar mereka basah, membawa aroma tanah yang bercampur dengan wangi dedaunan yang basah karena embun semalam.Baramundi berjalan perlahan, jejak langkahnya menghilang hampir seketika dalam tanah yang lembap. Di sisinya, Zulaika tetap melangkah sejajar. Cadar ungu yang menutupi wajahnya bergoyang lembut setiap kali angin berembus. Matanya tajam, bukan karena ketegangan, tetapi karena harapan—harapan bahwa di tempat ini, di saat ini, sesuatu akan berubah."Kau tahu," suara Zulaika melayang ringan di antara desiran angin, "Bukit Berkabut bukan hanya tempat bagi mereka yang mencari ilmu atau perlindungan. Calistung menceritakan hal itu kepadaku."Baramundi meliriknya sekilas. "Lalu tempat a

  • Rimba Memburu Senala   35b- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

    Kabut Bukit Berkabut semakin pekat, membungkus pohon-pohon tua dalam bayangan yang samar. Angin berembus pelan, mengusap lembut cadar ungu yang menutupi wajah Zulaika. Dia berjalan sejajar dengan Baramundi, tapi pandangannya tidak pernah benar-benar lepas dari lelaki itu."Baramundi," panggilnya lirih.Pendekar Golok Rajawali itu melangkah tanpa menoleh. Sejak mereka meninggalkan teras rumah, pikirannya terjebak dalam pusaran kenangan yang belum bisa dia pecahkan.Zulaika menghela napas lalu mempercepat langkahnya agar bisa sejajar dengannya. "Aku ingin bertanya sesuatu," katanya. Nada suaranya hati-hati dengan penuh harap.Baramundi akhirnya menatapnya sekilas, tapi hanya dengan sisa-sisa perhatian. "Apa itu?"Perempuan bercadar ungu itu menelan ludah, menimbang kata-kata yang tepat. "Kalikabur. Apa kau benar-benar tak mengingat apa pun tentang malam itu?"Langkah Baramundi terhenti. Ada sesuatu yang menusuk di dadanya—sesuatu yang be

  • Rimba Memburu Senala   35a- Kalikabur dan Semua Ingatan yang Kabur

    Mamak Jambul dan Senala berpamitan kepada tuan rumah Bukit Berkabut. Urusan mereka berdua sudah selesai. Senala kelihatan berbeda ketimbang saat kedatangannya pertama kali ke Bukit Berkabut. Lekuk tubuhnya menjadi berisi. Setiap gerakannya tertata hati-hati. Nyaris ilmu Mamak Jambul sudah bersemayam, membuat Senala bukanlah Senala yang dulu lagi.Dengan bertengger di bahu kanan Senala, si Manis melambaikan tangan kepada Nenek Suyatim, Calistung, Baramundi dan Zulaika. Mamak Jambul dan Senala sudah pula saling berjabat tangan dengan mereka berempat. Punggung murid dan guru itu lama-kelamaan menghilang di balik pemandangan indah yang diselimuti kabut.Zulaika dan Baramundi memutuskan tetap berada di Bukit Berkabut. Mereka berdua mengikuti saran Calistung.“Lebih baik kalian berdua menenangkan pikiran selama beberapa waktu di sini.”“Ah, Calistung, urusan Senala sudah beres,” elak Baramundi menolak saran Calistung. “Sebaiknya, a

  • Rimba Memburu Senala   34- Dari Lembah Rahasia, Petualangan Bermula

    Cucu mengedarkan pandangannya ke seluruh Lembah Rahasia di mana ceruk itu berada masih dengan pendaran cahaya. Matanya yang merah menyala berhenti mengamati sekeliling sehingga terhenti pada satu wajah dengan rambut ikal, kulit sawo matang.Wajah itu bergeming. Tubuhnya berdiri bagai terpancang di bebatuan lembah. Sorot matanya tajam bagai hendak memecahkan kristal berpendar. Sebuah cincin masih terpenjara di dalam kristal yang berpendar dan diam mematung di ceruk itu bagai pertapa mandraguna.Patah hati membawa Rimba Rangkuti hingga kembali ke Lembah Rahasia. Sesudah meminum air Telaga Mati Rasa, dia memutuskan untuk tidak kembali ke Bukit Berkabut.Kepergiannya sendirian ternyata membawanya kembali ke Lembah Rahasia. Cuculah yang membuat langkah-langkah kaki Rimba kembali ke lembah itu.“Mungkin kamu membawaku kemari sup

  • Rimba Memburu Senala   33b- Remuk Redam Hati Rimba

    Selepas malam itu, Bukit Berkabut tak lagi sama. Kabutnya lebih tebal, seolah-olah menyimpan bisikan dan mata yang mengintai dari balik pepohonan. Beberapa hewan hutan tak lagi mendekat ke pekarangan, dan para penunggu—termasuk Nenek Suyatim—mulai menaruh sesajen kecil di setiap sudut rumah.Senala, sejak menerima mewarisi ilmu Mamak Jambul melalui Ajian Kukumpul, berubah. Geraknya lebih hening, tetapi auranya seperti menciptakan pusaran saat dia lewat. Dia bangun tiap pagi sebelum fajar, mengolah tenaga dalam yang belum sepenuhnya jinak. Kadang matanya berkedip pelan, bak melihat sesuatu yang tak terlihat oleh yang lain.Rimba memperhatikannya dari jauh. Dia tak berani mendekat seperti dulu. Ada jarak yang tumbuh—bukan karena takut, tapi karena tak ingin mengusik perubahan itu. Namun rindunya tetap membuncah walau hatinya sudah remuk redam.Suatu malam, saat rembulan mengambang rendah dan kabut turun seperti tirai sutra, Rimba memberanikan dir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status