Share

Bab 14

Author: Kacang Merah
Reina sangat ketakutan melihat Maxime yang menyerangnya penuh nafsu, dia hanya bisa melindungi perutnya dengan hati-hati.

Entah setelah berapa lama barulah Maxime berhenti.

"Reina, jangan membuatku marah," ujar Maxime dengan napas yang tersengal-sengal.

Perkataan Maxime terdengar samar-samar di telinga Reina.

Dengan tatapan kosong, dia bertanya, "Bukannya kamu yang bilang nggak akan pernah menyentuhku?"

"Sekarang apa maksud semua ini?"

Reina membenamkan wajahnya di bantal, Maxime tidak menyadari wajahnya yang pucat.

Reina menambahkan, "Apa pacarmu tahu perbuatanmu ini? Dia pasti akan sangat marah kalau tahu."

Dulu Reina merasa Maxime itu kejam, tetapi ada kalanya penuh kasih sayang.

Sekarang, Reina hanya merasa Maxime itu pria jahat.

Pacar?

Maxime tahu yang Reina maksud adalah Marshanda.

"Apa kamu pernah memikirkan hal ini waktu bersama Revin?"

Mereka saling menyerang.

Maxime tidak akan pernah menyalahkan diri sendiri demi seorang wanita, apalagi wanita itu Reina.

Maxime mengejek tanpa sungkan, "Lihat tubuhmu yang kurus kering ini, nggak kusangka bisa-bisanya ada pria yang menyukaimu."

Maxime bicara sambil memakai baju.

Telinga Reina berdengung, dia bisa merasakan sesuatu mengalir keluar dari bawah tubuhnya ....

Sebelum Maxime pergi, Reina tidak lagi menahan diri dan bertanya, "Pak Maxime, apa kamu sedih kalau aku mati?"

Mati?

Bagi Maxime, pertanyaan ini terdengar konyol.

Maxime tidak menjawab dan hanya berujar, "Besok kamu harus pulang ke Vila Magenta."

Reina tidak mendengarnya.

Setelah Maxime pergi, Reina menyibak selimutnya dan mendapati ada darah segar di antara kedua kakinya ....

Maxime tidak tahu bahwa tidak lama setelah dia pergi, suara ambulans terdengar di lantai bawah tempat tinggal Reina.

Hari berikutnya, di rumah sakit.

Reina sedang bersandar di kasur, ditemani oleh Revin.

Semalam, kalau bukan karena dia sampai di rumah sakit tepat waktu, mungkin dia sudah keguguran.

Setelah kejadian ini, Reina semakin bertekad untuk meninggalkan Maxime.

"Ting!"

Reina mengambil ponsel dan melihat ada pesan masuk dari Treya yang kabur ke luar negeri.

"Reina, ternyata kamu masih hidup? Ayo cepat bantu Ibu selesaikan masalah ini dengan Pak Jeremy, Ibu dan Diego akan mengingat kebaikanmu ini."

Reina tidak membalas dan langsung menghapus pesan itu.

Reina tahu selama dia hidup, ibu dan adiknya pasti akan terus menindasnya.

Pesan lain berasal dari ibu Maxime, Joanna.

"Reina, harusnya kamu sadar 'kan Max itu sangat membencimu? Dia nggak menceraikanmu karena ingin membuatmu menderita! Jadi, bisa nggak kamu menghilang saja dari dunia ini? Anggap ini satu-satunya permohonanku padamu."

Revin datang menghampiri dan tidak sengaja melihat pesan itu.

Dia mengernyit dan mengumpat, "Mereka semua nggak tahu malu!"

Reina mematikan ponselnya, menatap Revin dan tertawa.

"Ya, tapi masih ada orang baik. Terima kasih."

Revin merasa pilu saat melihat Reina yang memaksa mengulas senyum.

Seberapa hebat penderitaan atas ketidakadilan yang harus ditanggung Reina selama ini?

Kenapa dia masih begitu sungkan saat berhadapan dengan Revin, teman masa kecilnya?

Revin duduk di hadapan Reina dan menatapnya, "Kita 'kan teman, nggak perlu sungkan."

Reina mengangguk.

Setelah ragu-ragu sejenak, Reina pun berujar.

"Revin, apa kamu bisa membantuku?"

Reina tahu saat ini hanya Revin seorang yang bisa membantunya.

...

Di Vila Magenta.

Setelah selesai kerja, Maxime langsung pulang.

Harusnya Reina sudah tidak marah, 'kan?

Namun, saat dia membuka pintu, lagi-lagi kesunyian dan kegelapan yang menyambutnya.

Tatapan Maxime jadi suram.

Spontan, dia mengeluarkan ponsel untuk melihat pesan masuk, tetapi tidak ada pesan selain urusan pekerjaan.

Maxime menyeret tubuhnya masuk ke rumah, melonggarkan dasinya dan duduk di sofa.

Entah kenapa kepalanya terasa sangat sakit.

Maxime duduk bersandar, memijit pelipisnya dan memejamkan mata. Tiba-tiba sosok Reina yang tersenyum ramah muncul di depan matanya.

Senyum ramah wanita itu semakin membuat kecantikan Reina semakin sempurna.

Maxime masih ingat saat pertama kali mereka bertemu. Reina mengikat rambutnya dengan gaya kucir kuda dan tersenyum malu-malu, tetapi tatapan Reina sangat hidup dan matanya sangat indah.

Setelah itu, Maxime mengernyit karena menyadari Reina tidak pernah tersenyum sejak mereka menikah ....

Suara telepon membangunkan Maxime.

Maxime menjawab dan ternyata Jovan yang menelepon.

"Kak Max, Reina ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Achmad Nasirudin
sutradara yang konyol banget
goodnovel comment avatar
Norasikin
Cerita bodoh peremouan pun bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2303

    Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2302

    Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2301

    Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2300

    Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2299

    Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2298

    Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status