Home / Rumah Tangga / Rindu yang Terluka / 1. Biarkan Aku Di Sini 1

Share

Rindu yang Terluka
Rindu yang Terluka
Author: Lis Susanawati

1. Biarkan Aku Di Sini 1

last update Huling Na-update: 2024-06-25 20:29:44

RINDU YANG TERLUKA

- Biarkan Aku Di Sini

"Nggak perlu repot-repot mengeluarkanku dari sini, Mas. Biar kujalani hukuman ini. Tiga bulan dipotong masa tahanan nggak akan lama. Kalau aku di sini kalian punya kesempatan untuk bersama tanpa sembunyi-sembunyi lagi dariku." Rinjani menatap sinis pada lelaki di hadapannya.

"Mas sudah membicarakan pembebasanmu dengan pengacara kita." Daffa tidak mengindahkan ucapan istrinya.

"Aku nggak butuh jaminan darimu." Rinjani menghindari tatapan suami dan memilih bangkit dari duduknya. Muak dengan lelaki yang sudah mengkhianati pernikahan mereka.

"Kamu nggak memikirkan bagaimana perasaan Noval?"

Pertanyaan Daffa membuat Rinjani kembali duduk. "Sadar nggak Mas, kamu ngomong kayak gini? Kamu mikir nggak perasaan kami, saat kamu berkhianat. Kalian sudah keterlaluan. Aku diam kalian malah keenakan. Seharusnya perempuan itu kubikin lebih parah lagi.

"Nggak perlu sibuk mengeluarkanku dari sini. Karirku, hidupku, kepercayaanku padamu sudah berakhir. Aku turuti kemauanmu agar tidak buka praktek pribadi supaya kita bisa punya banyak waktu untuk bersama. Aku tolak menjadi dokter jaga di klinik agar waktu kita tidak tersita. Nyatanya apa, Mas? Kamu tetap saja mendua."

"Please, Rin. Maafkan, Mas. Kita proses untuk kebebasan bersyaratmu, setelah itu kita selesaikan permasalahan ini di rumah. Tolong pikirkan Noval, dia setiap hari menanyakan di mana mamanya."

Rinjani terdiam menatap benci pada pria yang sudah menjadi suaminya lima tahun ini. Dadanya terasa sesak. Netranya berkabut saat teringat bocah lelaki umur empat tahun. Anak yang selalu membuatnya menangis setiap malam selama dalam tahanan. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, Rinjani melangkah ke dalam di kawal seorang sipir yang akan mengantarnya kembali ke dalam sel.

"Rin," panggil Daffa. Rinjani terus melangkah tidak mengindahkan panggilan itu. Padahal waktu besuk masuk tersisa.

Hanya Noval yang membuatnya menangis. Ia rindu pada anaknya. Persetan dengan Daffa. Bahkan ia tidak peduli dengan karirnya yang sudah pasti hancur sebagai dokter umum di sebuah rumah sakit.

Daffa mengusap kasar rambutnya. Menatap ruang di mana Rinjani pergi tadi. Dua kali ia menemui istrinya yang mendapatkan masa penahanan selama tiga bulan karena telah menganiaya Abila tiga minggu yang lalu.

Pria itu bangkit dari duduknya dan keluar ruangan. Gagal lagi kali ini. Rinjani lebih memilih mendekam di penjara daripada dibebaskan bersyarat. Bahkan sinar matanya mengobarkan api amarah dan kebencian. Marah pada suami yang telah mengkhianatinya.

Ponsel di saku celana Daffa berdering. Abila meneleponnya. Namun dibiarkan benda pipih itu bergetar di saku celana. Kekasih gelapnya terus menghubungi hingga Daffa sampai di kantor.

"Halo." Akhirnya dijawab juga panggilan itu.

"Mas, kamu tahu apa hasilnya setelah aku melakukan perawatan hampir sebulan ini? Bekas itu masih ada. Kamu harus bertanggungjawab, Mas. Kamu nggak boleh ninggalin aku," pekik Abila dengan nada frustasi. Perempuan itu panik karena pipi kirinya terluka akibat cakaran kuku-kuku Rinjani.

Kecantikan wajahnya yang tercoreng luka, membuat wanita itu stres dan terus meneror Daffa dengan telepon dan ancaman. Ia harus pulih. Daffa harus mengusahakan itu. Operasi plastik atau apapun supaya pipi Abila kembali mulus seperti sebelumnya.

"Mas!" teriak Abila di seberang.

"Iya. Kita bisa bicarakan ini nanti. Aku masih ada meeting sebentar lagi."

"Beneran? Kutunggu di rumah."

Daffa menarik napas panjang. Kalau dia tidak datang, Abila bisa nekat melakukan apa saja. Oh, kenapa dia terjerat oleh perempuan gila seperti Abila. Kenapa dia main-main dan terjerumus bersama perempuan yang begitu terobsesi padanya.

Diraihnya lagi ponsel di atas meja untuk menghubungi mamanya. Setelah peristiwa itu, sang mama lebih sering tinggal bersamanya untuk menemani dan menghibur Noval yang selalu menanyakan tentang mamanya. Terkadang Noval yang diajak ke rumah kakek dan neneknya.

"Bagaimana, Daf? Kamu sudah menemui Rinjani, kan?"

"Sudah, Ma. Aku barusan kembali ke kantor. Rin menolak. Dia nggak mau dibebaskan."

"Kenapa nggak mau? Apa dia nggak mikir anaknya. Nggak mikir karirnya sendiri, dan hancurnya reputasi keluarga kita." Bu Tiwi bicara dengan nada emosi. Daffa menghela nafas panjang.

"Urus dan bebaskan secara diam-diam. Dan satu lagi, putus dengan kekasih gilamu itu." Ponsel langsung dimatikan oleh sang mama sebelum Daffa selesai bicara.

Berapa kali ia hendak putus, tapi ada saja cara Abila untuk membuatnya bertahan dan lama kelamaan terbiasa dalam pesona wanita itu.

Ponsel kembali berdenting. Ada pesan masuk dari Abila yang mengirimkan foto-foto tentang calar di pipinya, tentang jemari tangannya yang bengkok. Daffa hanya memandang tanpa membalas. Ditinggalkannya ponsel di atas meja. Dia harus segera ke ruangan meeting karena sudah ditunggu.

***L***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Mampir baca cerita nya
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
sek sebelumnya BCA di crita apa kk kok dah msk tahan aja si Rinjani..mkane Daffa jngn main api kalo gak lebaran sendiri..punya istri Mash aja slingkuh..trs slingkuh gila lg
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
q baca ini dulu kk..crita ke 7 habis baca Puspa bram
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 174. Sehari di Surabaya 3

    Rasa bahagia sekaligus haru menyelimuti ruang perawatan mamanya Bobby. Pria dengan seragam lapas itu memeluk erat dua putrinya. Air mata tumpah tak terkira. Karena isaknya, sampai menyulitkan untuk bicara.Sang mama yang tergolek di atas brankar tak bisa bergerak selain menangis. Adik Bobby sibuk menghapus air matanya sendiri. Begitu juga dengan Ika. Tidak menyangka jika jalan kehidupan putri-putrinya seperti ini. Reza merangkul sambil mengusap-usap lengan istrinya untuk menenangkan. Ika bukan menangisi Bobby, tapi menangis untuk kedua anaknya.Sedangkan Nasya yang tidak seberapa mengerti, duduk diam di sebelah papanya."Terima kasih banyak, Pak Reza. Sudah menjaga dan membimbing anak-anak saya. Terima kasih. Saya titip mereka." Bobby yang sudah mulai tenang, bicara pada Reza."Jangan khawatir, Pak Bobby. Saya akan menyayangi dan menjaga mereka dengan baik," jawab Reza dengan penuturan sopan dan ramah. Bobby ganti memandang mantan istrinya. "Maafkan kesalahanku. Maafkan keluargaku j

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 173. Sehari di Surabaya 2

    Ika menghela nafas panjang. Pantaslah suara mantan adik iparnya terdengar cemas. Perempuan yang beberapa bulan lalu sempat mencak-mencak dan marah karena sang kakak mendapatkan hukuman lumayan lama, kini melunak. Mungkin sekarang benar-benar merasakan bagaimana kehilangan support dan ATM berjalannya.Selama ini Bobby dan Ika yang mensupport pengobatan wanita itu. Makanya kesehatannya terjaga. Namun mulai drop setelah Bobby masuk penjara dan tidak ada dukungan finansial lagi.Sudah hidup enak karena Ika tidak sayang uang buat mereka, tapi mereka diam-diam malah memberikan dukungan pada Bobby bermain serong. Apa mereka pikir, hidupnya akan jauh lebih baik lagi? Orang tamak akan terperosok pada ketamakannya sendiri."Bagaimana, Ma?" Reza menyentuh pundak sang istri yang masih berdiri di teras rumah.Ika mengajak suaminya duduk. Kemudian menceritakan tentang percakapannya dengan mantan ipar."Sebenarnya ini solusi, Ma. Kalau pihak keluarga Bobby mau mengajukan permohonan supaya Bobby diiz

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 172. Sehari di Surabaya 1

    RINDU YANG TERLUKA- Sehari di Surabaya "Ma, papa nggak ngelarang kamu membawa anak-anak menjenguk papanya. Apapun yang terjadi, nggak ada yang bisa memisahkan darah yang mengalir sama di tubuh mereka. Tapi papa ngasih saran, bisakah diusahakan bertemu selain di penjara?"Malam itu Ika memberitahu sang suami perihal pesan yang dikirim mantan adik iparnya. Tentu Ika harus mendiskusikan bersama Reza untuk mengambil keputusan. "Pikirkan psikologis anak-anak. Selama ini mereka hanya mendengar papanya di penjara dari cerita. Tidak menyaksikan secara langsung. Kalau mereka melihat sendiri, pasti akan menjadi beban mental dan mengusik ketenangan jiwa anak-anak. Terutama Zahra yang sudah besar."Ika mengangguk. Benar yang dikatakan sang suami. Karena dia pun memikirkan hal yang sama."Bobby baru setahun menjalani hukumannya, Pa. Mana mungkin diizinkan keluar sebentar dengan alasan tertentu.""Ada beberapa alasan yang bisa membuat pihak berwenang memberi izin untuk Bobby keluar dalam beberap

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 171. Biarlah Berlalu 3

    "Sudah. Tadi malam Iren ngasih tahu kalau Mas Yansa diopname. Livernya kambuh lagi. Kamu mau nyambangi?""Kayaknya nggak, Mbak. Rin juga lagi sakit.""Sakit apa?""Masuk angin.""Jangan-jangan istrimu hamil lagi?""Nggak. Hanya masuk angin. Beberapa hari ini memang sibuk di klinik sampai malam karena rekannya ada yang cuti. Minggu kemarin, tiga hari Rin juga bolak-balik ke Batu untuk seminar.""Nanti mbak ke rumahmu.""Oke. Kalau gitu aku berangkat dulu, Mbak.""Kamu nyetir sendiri?""Iya. Ibnu sudah berangkat pagi tadi ngantar proposal ke Surabaya."Daffa bangkit dari duduknya. Menyapa sebentar pada Bu Murti yang sedang memetik sayuran di halaman samping, lantas masuk mobil dan pergi.Ika masuk ke dalam rumah dan langsung ke dapur. Sebelum mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia selalu menyempatkan untuk membantu memasak. Sambil memotong sayuran, ia teringat dengan sepupunya. Mereka pernah membesar bersama di dalam keluarga besar Joyo Winoto. Itu nama kakek mereka. Disaat masih sekola

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 170. Biarlah Berlalu 2

    "Noval sudah berani tidur sendiri di kamarnya, Mas. Asal sebelum tidur ditemani dulu. Kalau Rachel biar tidur di kamar kita untuk sementara. Setelah dia bisa jalan biar ditemani oleh Mak Sum di kamarnya. Gimana?""Oke," jawab Daffa seraya merapatkan pelukannya. Mereka berdua sedang duduk menyaksikan hujan di luar dari balik jendela kaca."Terima kasih untuk hadiahnya, Mas. Tadi pagi kita buru-buru sampai aku nggak sempat bilang terima kasih." Rinjani berkata sambil menyentuh kalung di lehernya."Apa yang mas berikan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kamu berikan dalam hidup mas, Rin. Kamu menyempurnakan hidup lelaki yang tidak sempurna ini. "Kamu memberikan gelar lelaki br*ngsek ini sebagai seorang ayah. Memberikan kesempatan disaat kesalahan mas teramat fatal. Maaf, untuk semua kesalahan kemarin. Mas bangga memilikimu.""Nggak usah diingat lagi. Kita sudah melangkah sejauh ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita berjuang untuk masa depan keluarga kecil kita. Tapi sekali lagi

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 169. Biarlah Berlalu 1

    RINDU YANG TERLUKA - Biarlah Berlalu Kejutan macam apa ini. Daffa malah sukses membuat Rinjani kelabakan dan tergesa-gesa ke klinik dengan rambut yang belum kering. Dan jadi pusat perhatian, karena belum pernah ia datang ke klinik dengan rambut seperti ini.Mau marah, tapi ini hari ulang tahunnya. Mau marah, tapi Daffa seromantis itu. Ah, sejak dulu sebenarnya Daffa memang sangat romantis meski kemauannya tidak bisa dibantah. Bahkan di tengah perselingkuhannya, Daffa tetap romantis plus egois.Rinjani menghela nafas lalu duduk di kursinya. Meraba kalung berlian di balik kerah bajunya. Daffa yang memakaikannya sesaat sebelum pria itu membawanya terbang ke nirwana."Ini harus dipakai. Nggak mengganggu aktivitasmu, kan?"Sekarang hadiah istimewa itu melingkar dan di sembunyikan di balik kerah baju. Rinjani selalu memakai baju dengan kerah yang menutupi leher jenjangnya."Nanti malam kita dinner dan nginap di Batu," kata Daffa sebelum Rinjani turun dari mobil saat di antar tadi. Jarak

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 168. Romantis 3

    Netra Bu Murti berkaca-kaca saat diberitahu kalau Ika sedang hamil. Bibirnya yang bergetar mengucap syukur berulang kali. Reza, Ika, dan anak-anak sampai di Pujon sudah jam sembilan malam. Reza langsung ke kamar sang mama untuk membagikan kabar gembira."Jaga Ika baik-baik. Jangan biarkan dia melakukan pekerjaan rumah. Biar anak-anak di urus ART. Kamu juga harus tirakat."Kata terakhir yang diucapkan Bu Murti, bagi Reza tidak menjadi masalah. Dia sudah terbiasa mengatasi kesendiriannya hampir lima tahun setelah mamanya Nasya meninggal. "Ika akan bekerja dari rumah, Ma. Jadi dia nggak akan ngantor lagi.""Syukurlah. Segera ajak Ika periksa ke dokter.""Besok kami pergi periksa. Jadwalku ke kampus kebetulan siang.""Ya sudah. Kamu istirahat sana."Reza mengusap punggung mamanya. Kemudian beranjak meninggalkan kamar itu.***L***Satu bulan kemudian ...."Tri, tinggalin aja. Kamu ke depan sana. Kamu ini pengantin baru, nggak usah ikutan beres-beres," tegur Mak Sum menghampiri Lastri yan

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 167. Romantis 2

    Usai makan siang, Daffa mengajak istri dan anaknya pulang ke Malang. Sedangkan Ika dan Reza memutuskan pulang sorenya. Sebab Reza masih ada acara ketemuan dengan temannya di Surabaya.Daffa singgah di Batu. Bertemu Bre di sebuah kafe. Kehadiran Noval agak mengobati kerinduannya pada Alvian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan anak Alan dan Livia itu.Bre juga mengendong baby Rachel."Nggak pengen kamu punya boneka hidup seperti ini?" tanya Daffa menghampiri Bre yang membopong Rachel di balkon kafe.Bre tersenyum. "Aku sudah cukup bahagia melihat kamu bisa kembali bersama dengan Rin. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Aku juga bahagia melihat Livia bahagia. Biar aku menjalani hidup yang aku pilih.""Sebeku itu hatimu?"Bre diam. Daffa juga diam. Mereka memperhatikan pemandangan di kejauhan yang mulai berselimut kabut. Entah sudah berapa kali Daffa memberikan semangat pada sahabatnya, tapi tampaknya sia-sia. Bre keukeh dengan keputusannya."Mbak Ika juga lagi hamil." "Oh ya?""

  • Rindu yang Terluka Ā Ā Ā 166. Romantis 1

    RINDU YANG TERLUKA - Romantis "Tekanan darah Mbak Ika menurun, detak jantung meningkat. Ini salah satu tanda stres. Tapi aku yakin Mbak Ika nggak sedang dalam tekanan. Mbak dan Pak Reza sangat bahagia. Kata Mas Daffa pekerjaan juga baik-baik saja. Jadi aku yakin kalau Mbak Ika pasti sedang hamil ini," kata Rinjani setelah melakukan pemeriksaan pada kakak iparnya. Meski sebagai dokter umum, Rinjani memiliki kompetensi ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan kehamilan secara umum.Ika bangun dari pembaringan. "Mbak emang udah telat datang bulan, Rin. Sudah sepuluh hari ini.""Kenapa Mbak nggak melakukan testpack?""Nggak, karena mbak takut kecewa lagi. Bulan-bulan kemarin kalau telat haid Mbak langsung test tapi hasilnya negatif. Makanya kali ini Mbak biarin.""Coba cek, Mbak. Aku yakin Mbak Ika lagi hamil ini.""Nanti Mbak beli testpack. Yuk, kita keluar."Ika dan Rinjani melangkah keluar kamar. Di depan pintu sudah ada Reza yang menunggu. Dia tadi khawatir kenapa istri dan iparnya masuk k

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status