Setelah suamiku mengenakan jas dan bersiap berangkat kerja, aku hanya terdiam di ruang tengah sambil menahan air mataku mengingat bentakannya yang begitu keras. Untung posisinya anak-anak sudah berangkat ke sekolah dan kegiatan masing-masing jadi hanya ada kami berdua saja yang berkonflik
"Aku pergi dulu," ujarnya dingin."Iya, Mas, maafkan aku atas ponselmu." Aku mencoba mengalah meski dalam hati ini sudah bertumpuk-tumpuk sekali amarah dan luka. Aku mencoba menahan dirimu demi tidak bertengkar pagi-pagi dan diperhatikan oleh ketiga anakku. Cindy, Alexa dan kakaknya akan tersinggung jika orang tua mereka ribut pagi-pagi."Iya, tak apa," balasnya sambil menghelakan nafas dengan dalam."Apa perlu aku perbaiki ponsel itu?""Tidak, biar aku sendiri yang membawanya ke tukang reparasi, ada beberapa data dan kontak yang mau aku unduh."'iya, Mas, baiklah.""Kau tidak ke mana-mana hari ini?""Tidak.""Aku terpikirkan tentang dirimu yang sejak kemarin terus bersikap aneh. Puncaknya ... malam tadi, kau yang ingin memeriksa ponselku membuatku merasa sangat tidak nyaman, jika kau memang butuh teman bicara atau sekedar menghibur hatimu, maka aku mengizinkanmu untuk pergi menemui teman-temanmu atau sejenak mengambil waktu ke rumah orang tuamu.""Maksudmu apa?""Kalau kau mau libur sejenak, dari tugas jadi ibu rumah tangga Aku akan memberimu waktu setidaknya 2 sampai 3 hari."Lalu apa yang akan dia lakukan dalam 2 dan 3 hari selama aku tidak ada di rumah. Apa dia akan bebas bermain cinta dengan arsitek kebanggaannya itu, sungguh keterlaluan."Aku yang tidak pernah pergi tanpa dirimu dan kau yang tidak pernah ingin lepas dariku membuat itu terdengar aneh sekali. Kini kau yah mencurigakan Mas?"Dia yang sedang mengemas kunci ke dalam kantongnya langsung menatap diriku dan tiba-tiba tersenyum dengan aksen wajah yang cukup pahit."Apa kita akan terus saling mencurigakan dan membully seperti ini?""Tidak.""Aku berniat baik dengan untuk pertama kalinya mengizinkanmu pergi tanpa diriku. Apa kau anggap itu sebuah keanehan?""Iya.""Terserahlah, aku mau pergi, aku sudah terlambat." Lelaki itu mengabaikan diriku dan coba mengalihkan pembicaraan dengan buru-buru berangkat ke kantornya."Aku pergi." Dia berpamitan padaku dengan cara mengulurkan tangan aku menerimanya dengan hati terpaksa, berduri dan dongkol sekali.Bukannya aku tidak bisa bertanya langsung atau berteriak marah padanya dan bilang kalau aku menyaksikan perbuatannya kemarin malam. Tapi, aku butuh jawaban dan aku ingin tahu alasannya kenapa dia berbuat seperti itu. Aku ingin tahu apakah dia benar-benar serius mencintai Wanita itu atau hanya mengisi waktunya yang luang dengan perzinahan. Sungguh memalukan dan ini tidak bisa diterima."Aku harus pulang telat karena aku harus memantau hotel yang dekat hutan, di sana sedang ada pembangunan besar-besaran dan aku harus hadir untuk melihat konstruksi bangunan Apakah sudah sesuai dengan desain atau belum.""Baik, hati hati.""Ya, baik baik juga di rumah," balasnya sambil menepuk-nepuk bahuku lalu berangkat.Tidak, Aku tidak akan diam dan duduk manis di rumah. Aku aku akan mengikutinya dan melihat pergerakannya seharian ini. Aku benar-benar ingin tahu apakah suamiku mulai bertemu dengan wanita itu lagi atau tidak.Tapi seperti yang dia bilang tadi dia memang berencana untuk menemui Niken.*Setelah membereskan pekerjaan rumah dan membuat makan siang aku mengganti pakaian dan segera berangkat menuju lokasi proyek yang disebutkan suamiku.Tidak sulit bagiku menemukan tempat itu karena setelah memeriksa meja kerja dan dan beberapa perencanaan proyek aku jadi tahu lokasi tempat itu dan alamatnya.Aku tiba di sana pukul 11.00 siang, masuk ke lokasi itu saat orang-orang tidak memperhatikanku, mengendap dari halaman belakang dan berdiri di balik tiang-tiang penyangga berukuran besar. Aku mengendap dengan nafas tertahan takut kalau seseorang akan melihat dan mencurigaiku. Memang sebagian staf suamiku mengenalku tapi aku tidak ingin mereka tak tiba-tiba menyapa dan tahu kalau aku datang.Aku bisa menyaksikan suamiku yang mengenakan helm proyek berwarna putih, Dia terlihat membuka desain proyek dan berbicara dengan Niken serta dua orang pekerja lainnya yang kurasa adalah staf penting. Dia menunjuk beberapa bangunan dan meminta mereka untuk segera mengerjakannya dan menyelesaikannya.Usai bicara tinggallah dia berdua dengan Niken, wanita itu memberi isyarat dengan angkutan kepala ke kiri, dan suamiku mengikutinya, mereka berjalan ke arah bangunan di mana aku bersembunyi.Dari balik tiang itu aku bisa melihat dua sejoli itu saling mengungkapkan kerinduan dengan berciuman, mereka saling memagut dan saling memeluk dengan penuh perasaan.Setelah 5 menit saling mencurahkan isi hati, wanita itu kemudian bertanya pada suamiku."Mas, bagaimana kelanjutan hubungan kita, Apa kau sudah beritahu istrimu kalau aku ingin dinikahi?""Tidak, aku tidak memberitahunya. Anak anak akan kacau!""Kalau kau tidak beritahu sebaiknya hubungan kita berakhir sampai di sini saja."Mas Farid nampak terkejut mendengar perkataan wanita berambut panjang itu, meski dia mengenakan pakaian kerja khusus konstruksi tapi cetakan bagian tubuhnya yang terbungkus celana jeans dan sepatu boot membuat dia nampak sangat seksi. Dia menawan dan sungguh menarik."Apa? Kau bilang apa?" Suamiku nampak terguncang saat kekasihnya minta putus darinya. Dia segera meraih tangan wanita itu dan membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Aku belum pernah mencintai orang setulus aku mencintaimu.""Cih, jangan bohong." Wanita itu mendeci sambil membuang pandangannya ia seakan benci sekali pada suamiku."Aku memang mencintai Hafsah, tapi aku lebih mencintaimu, aku tergila-gila padamu dan akan kutinggalkan segalanya lebih bisa bersamamu.""Oh ya?" "Ya, aku bersumpah!" ucapnya sambil mengecup jemari Niken."Lalu kenapa kok belum juga meninggalkan mereka semua jika kau memang yakin begitu mencintaiku.""Aku harus menyelesaikan hubungan itu dengan baik-baik agar tidak ada dendam Antara
PraaaaakAaaaah! Auhhh tolong ....Wanita itu menjerit minta ampun, keningnya berdarah, saat kulepas tengkuknya dia meluncur jatuh dan terkapar di aspal."Aku peringatkan padamu, untuk jangan main main denganku," ujarku sambil tersenyum miring dan masuk kembali ke mobil, wanita itu terkapar, ia merintih kesakitan dan berusaha bangkit, keningnya pecah lalu mengucurkan darah "Laporkan saja insiden ini pada pacarmu, aku menunggu reaksinya," lanjutku sambil tancap gas dan pergi begitu saja.Wanita itu memandangku dengan kesal tapi dia tak menjawabku."Beraninya wanita obralan sepertinya mencoba memisahkanku dan suamiku." Aku menggunam lalu mengencangkan laju mobil.*Waktu kembali bergulir, siang jadi malam, dan suamiku belum kunjung pulang, aku rasa dia menolong gundiknya, membawanya ke rumah sakit dan merawatnya.Hingga pukul sembilan dia belum kunjung datang, kucoba untuk menghubungi tapi dia tak menjawabnya. Baru aja akan kucari, dia sudah ada di ambang pintu."Dari mana saja Mas, a
Tanpa sengaja air mataku berderai, lututku gemetar dan aku berusaha membekap mulutku dengan kedua tangan, menghalau tangisanku agar tidak pecah dan terdengar oleh penghuni rumah. Aku tidak kuasa melihat benda berwarna merah marun yang teronggok di lantai kamarku itu. Aku merasa jijik menyentuhnya dan segera kulempar tapi aku tak bisa menepis fakta bahwa mereka memang melakukan sesuatu sebelum jam pulang kerja dan sebelum aku memukul wanita itu di tepi hutan. Aku rasa ini kan berusaha memprovokasi dan cari gara-gara denganku sehingga dia punya celah untuk masuk dan memanasi suamiku sehingga hubungan kami keruh.Ada tabir tipis antara penipuan dan rasa cinta yang sesungguhnya. Jika diperhatikan saat suamiku mengutarakan cinta padaku dia mengatakannya dengan begitu tulus jujur dan tatapan matanya benar-benar menunjukkan kalau dia mengatakan yang dia rasakan. Tapi saat aku menyaksikan dia mengatakan hal yang sama kepada Niken, maka aku tersadar, bahwa suamiku memang pandai bersandiwa
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya lelaki itu saat aku sedang melata piring di meja makan. Dia menjumpaiku, mendekati ke dapur saat aku sedang menyiapkan sarapan lalu mencium kening ini."Iya, tidurku bagus, kau bagaimana Mas?""Aku nyaman memelukmu," balasnya sambil duduk lalu mengesap kopi, aku menggeser kursi lagi duduk harapannya. Memberinya piring makan dan meletakkan nasi goreng ke atas permukaan benda itu."Makanlah.""Baik," jawabnya.Kami makan dan saling diam sekali aku dan dia saling memandang sampai akhirnya lelaki itu tidak tahan untuk bertanya,"Ada apa, kenapa kau diam saja?""Aku ingin bertanya padamu.""Tentang apa?""Apa yang kau sembunyikan dariku?" tatapanku tajam padanya, "Apa maksudmu, sudah nyari seminggu kau terus bertanya tentang apa yang aku sembunyikan Memangnya apa yang aku sembunyikan," tanya lelaki itu sambil menahan makanan di sendoknya."Baiklah kalau kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Tapi, Aku tetap menunggumu untuk jujur.""Kejujuran macam
"Kupikir kau cukup bijaksana untuk menentukan langkah dan sikapmu tapi kau benar-benar mengundang masalah," desis Mas Farid."Apa maksudmu?""Kau pikir istriku akan diam saja mengetahui ini, Kau pikir dia akan bisa melihat kau meletakkan celana dalammu ke dalam jasku! Akan ada keributan besar dan kehancuran dalam keluargaku, anak-anakku akan murka dan semuanya akan bergulir jadi masalah yang begitu besar, apa kau sengaja melakukan ini?""Aku melakukannya agar kau merindukanku.""Jelas alasanmu tidak masuk akal, kau sengaja meletakkannya karena kau tahu istriku yang akan membersihkan jasku, kau sengaja ingin mengungkap perselingkuhan kita, iya kan.""Kalau iya terus kenapa? Sejauh ini aku menunggu kejelasan darimu kau bilang kita akan menikah dan bersama tapi buktinya belum ada sampai saat ini!"Wanita itu jadi berang dan menyingkirkan tangan mas Farid dari kedua lengannya, dia menepisnya dengan kasar dan berteriak. Untungnya koridor di sayap barat tidak terlalu ramai dengan pekerja ka
Dia terbelalak saat hendak keluar dengan langkah yang cepat dan nyaris menabrakku, dia hampir jatuh karena kaget. Ekspresi wajahnya yang tadinya biasa-biasa saja langsung pias dan gugup."Ka-kau ada di sini?" Mendadak suamiku panik dan terbata-bata. "Ya....""Sejak tadi?""Ya."Dia semakin pucat dan menelan ludah. "Apa kau melihat semua yang terjadi di dalam?""Ya, kenapa?""Ah!" Lelaki itu memegang keningnya dan mulai gelisah."Aku bisa jelaskan Sayang, Ini hanya salah paham. Kau pasti hanya mendengar percakapan itu setengah-setengah saja kan?""Aku dengar dengan jelas saat kamu memanggil wanita itu dengan ungkapan sayang kau bujuk dan kau kecup keningnya lalu kau minta dia untuk kembali ke lokasi proyek! Apa itu salah?" Suamiku gemetar bukan main saat aku mengatakannya. Sebenarnya aku ingin sekali menampar wajahnya dengan tas yang kubawa tapi aku tidak suka main kasar pada kepala keluarga. Lagipula, main kasar akan membuatnya kehilangan respek pada istrinya sendiri. Lalu kesemp
Jujur saja bertengkar dan berteriak-teriak bukan keahlianku, aku lebih memilih untuk bicara seperti itu padanya, dengan demikian, Dia mungkin akan berpikir keras untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Atau... bisa jadi dia tidak menemukan kesadarannya.Kuambil makananku ke piring lalu kubawa piringku ke ruang tengah dan makan di depan tv, untuk pertama kalinya aku tidak makan di meja makan karena lelaki itu ada di sana."Aku jadi malu dan segan untuk makan.""Malu menunjukkan bahwa kau masih punya akal. Tapi entah kenapa, sejak awal, ke mana rasa malu itu pergi. Ke mana rasa takut akan dosa dan kemungkinan aibmu akan terungkap di saat kau berani menyingkap pakaian wanita itu di dalam ruang kerjamu?""Aku mohon, aku ...."Aku tidak lagi mendengar perkataannya karena tiba-tiba kuambil remote dan kubesarkan volume TV. Aku benci mendengar pembelaannya yang seperti pembenaran tidak masuk akal. Aku sudah bosan dan aku lelah. Melihatku yang acuh tak acuh saja serta hanya sibuk menonton TV
"Ada apa sebenarnya Bunda?" Putra sulungku datang bertanya padaku saat diri ini mencuci piring sendiri yang di dapur sementara kedua putriku duduk dengan ayahnya di depan TV sambil makan buah.Tiada seorangpun yang menyadari kesalahan Ayahnya di antara mereka, lagi pula aku tidak ingin merusak citra panutan mereka menjadi lelaki yang akan mereka benci seumur hidup. Aku tidak akan merusak keluargaku atau menghancurkan rumah tangga dengannya hanya saja aku butuh waktu untuk menerima kenyataan dan berdiri menata hatiku sendiri. Mungkin suatu saat Mas Farid akan sadar dan bertobat, mungkin juga tidak. Segala sesuatu atas keputusan dan sikapnya hanya akan kupasrahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Yang di atas lebih tahu mana yang terbaik untukku dan anak-anak.Di sisi lain, kadang dalam kesendirian dan saat terlintas kenangan-kenangan baik aku kerap meneteskan air mata, aku benar-benar mencintainya dan mempercayainya tapi tiba-tiba dia berselingkuh dengan seorang arsitek hanya karena wa