Share

6. suamiku pergi

Setelah suamiku mengenakan jas dan bersiap berangkat kerja, aku hanya terdiam di ruang tengah sambil menahan air mataku mengingat bentakannya yang begitu keras. Untung posisinya anak-anak sudah berangkat ke sekolah dan kegiatan masing-masing jadi hanya ada kami berdua saja yang berkonflik

"Aku pergi dulu," ujarnya dingin.

"Iya, Mas, maafkan aku atas ponselmu." Aku mencoba mengalah meski dalam hati ini sudah bertumpuk-tumpuk sekali amarah dan luka. Aku mencoba menahan dirimu demi tidak bertengkar pagi-pagi dan diperhatikan oleh ketiga anakku. Cindy, Alexa dan kakaknya akan tersinggung jika orang tua mereka ribut pagi-pagi.

"Iya, tak apa," balasnya sambil menghelakan nafas dengan dalam.

"Apa perlu aku perbaiki ponsel itu?"

"Tidak, biar aku sendiri yang membawanya ke tukang reparasi, ada beberapa data dan kontak yang mau aku unduh."

'iya, Mas, baiklah."

"Kau tidak ke mana-mana hari ini?"

"Tidak."

"Aku terpikirkan tentang dirimu yang sejak kemarin terus bersikap aneh. Puncaknya ... malam tadi, kau yang ingin memeriksa ponselku membuatku merasa sangat tidak nyaman, jika kau memang butuh teman bicara atau sekedar menghibur hatimu, maka aku mengizinkanmu untuk pergi menemui teman-temanmu atau sejenak mengambil waktu ke rumah orang tuamu."

"Maksudmu apa?"

"Kalau kau mau libur sejenak, dari tugas jadi ibu rumah tangga Aku akan memberimu waktu setidaknya 2 sampai 3 hari."

Lalu apa yang akan dia lakukan dalam 2 dan 3 hari selama aku tidak ada di rumah. Apa dia akan bebas bermain cinta dengan arsitek kebanggaannya itu, sungguh keterlaluan.

"Aku yang tidak pernah pergi tanpa dirimu dan kau yang tidak pernah ingin lepas dariku membuat itu terdengar aneh sekali. Kini kau yah mencurigakan Mas?"

Dia yang sedang mengemas kunci ke dalam kantongnya langsung menatap diriku dan tiba-tiba tersenyum dengan aksen wajah yang cukup pahit.

"Apa kita akan terus saling mencurigakan dan membully seperti ini?"

"Tidak."

"Aku berniat baik dengan untuk pertama kalinya mengizinkanmu pergi tanpa diriku. Apa kau anggap itu sebuah keanehan?"

"Iya."

"Terserahlah, aku mau pergi, aku sudah terlambat." Lelaki itu mengabaikan diriku dan coba mengalihkan pembicaraan dengan buru-buru berangkat ke kantornya.

"Aku pergi." Dia berpamitan padaku dengan cara mengulurkan tangan aku menerimanya dengan hati terpaksa, berduri dan dongkol sekali.

Bukannya aku tidak bisa bertanya langsung atau berteriak marah padanya dan bilang kalau aku menyaksikan perbuatannya kemarin malam. Tapi, aku butuh jawaban dan aku ingin tahu alasannya kenapa dia berbuat seperti itu. Aku ingin tahu apakah dia benar-benar serius mencintai Wanita itu atau hanya mengisi waktunya yang luang dengan perzinahan. Sungguh memalukan dan ini tidak bisa diterima.

"Aku harus pulang telat karena aku harus memantau hotel yang dekat hutan, di sana sedang ada pembangunan besar-besaran dan aku harus hadir untuk melihat konstruksi bangunan Apakah sudah sesuai dengan desain atau belum."

"Baik, hati hati."

"Ya, baik baik juga di rumah," balasnya sambil menepuk-nepuk bahuku lalu berangkat.

Tidak, Aku tidak akan diam dan duduk manis di rumah. Aku aku akan mengikutinya dan melihat pergerakannya seharian ini. Aku benar-benar ingin tahu apakah suamiku mulai bertemu dengan wanita itu lagi atau tidak.

Tapi seperti yang dia bilang tadi dia memang berencana untuk menemui Niken.

*

Setelah membereskan pekerjaan rumah dan membuat makan siang aku mengganti pakaian dan segera berangkat menuju lokasi proyek yang disebutkan suamiku.

Tidak sulit bagiku menemukan tempat itu karena setelah memeriksa meja kerja dan dan beberapa perencanaan proyek aku jadi tahu lokasi tempat itu dan alamatnya.

Aku tiba di sana pukul 11.00 siang, masuk ke lokasi itu saat orang-orang tidak memperhatikanku, mengendap dari halaman belakang dan berdiri di balik tiang-tiang penyangga berukuran besar. Aku mengendap dengan nafas tertahan takut kalau seseorang akan melihat dan mencurigaiku. Memang sebagian staf suamiku mengenalku tapi aku tidak ingin mereka tak tiba-tiba menyapa dan tahu kalau aku datang.

Aku bisa menyaksikan suamiku yang mengenakan helm proyek berwarna putih, Dia terlihat membuka desain proyek dan berbicara dengan Niken serta dua orang pekerja lainnya yang kurasa adalah staf penting. Dia menunjuk beberapa bangunan dan meminta mereka untuk segera mengerjakannya dan menyelesaikannya.

Usai bicara tinggallah dia berdua dengan Niken, wanita itu memberi isyarat dengan angkutan kepala ke kiri, dan suamiku mengikutinya, mereka berjalan ke arah bangunan di mana aku bersembunyi.

Dari balik tiang itu aku bisa melihat dua sejoli itu saling mengungkapkan kerinduan dengan berciuman, mereka saling memagut dan saling memeluk dengan penuh perasaan.

Setelah 5 menit saling mencurahkan isi hati, wanita itu kemudian bertanya pada suamiku.

"Mas, bagaimana kelanjutan hubungan kita, Apa kau sudah beritahu istrimu kalau aku ingin dinikahi?"

"Tidak, aku tidak memberitahunya. Anak anak akan kacau!"

"Kalau kau tidak beritahu sebaiknya hubungan kita berakhir sampai di sini saja."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status